This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 24 Maret 2014

Hakekat dan Peranan Model Pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Hakikat Model Pembelajaran
Model (metode) adalah cara yang berbasis prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian pelajaran kepada siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kata bentukan dari kata dasar belajar, yang berarti proses belajar. Model pembelajaran adalah cara yang sederhana untuk melukiskan hubungan-hubungan beberapa variabel pembelajaran.[1]
Kegiatan merancang model-model pembelajaran penting bagi calon guru atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam menentukan model pembelajaran.[2]
Salah satu desain pembelajaran dalam kegiatan belajar-mengajar ialah desain pembelajaran inkuiri (inquiry approach). Secara umum, istilah “inquiry” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah. Apabila orang terkait dalam proses investigasi, berusaha menjawab pertanyaan, dan berusaha memecahkan masalah secara berkelanjutan, maka orang-orang ini telah melakukan proses inkuiri. Inkuiri digunakan dalam aktivitas penelitian, khususnya pada proses melakukan investigasi.[3]
Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar di persekolahan.[4]
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas. Pendekatan ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instruction) daripada kepada guru (teacher-centred instruction).[5]
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media. Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.[6]
2.2  Pengertian Model Pembelajaran
Joyce & Weil berpendapat bahwamod pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yangd apat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.[7]
2.3  Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut.
1.      Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2.      Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
4.      Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
5.      Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6.      Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.[8]

2.4  Model-model Pembelajaran
1.      Model Pembelajaran Kontekstual (Cotextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan  masyarakat.[9]
Ø  Langkah-langkah yang dapat di lakukan:
a.       Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakana.
b.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
c.       Menegmbangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d.      Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
e.       Melakukan penilaian secara objektif.[10]
Ø  Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual
Ø  Pengalaman nyata
Ø  Kerja sama, saling menunjang
Ø  Gembira, belajar dengan bergairah
Ø  Pembelajaran terintegrasi
Ø  Menggunakan berbagai sumber
Ø  Siswa aktif dan kritis
Ø  Menyenangkan, tidak membosankan
Ø  Sharing dengan teman
Ø  Guru kreatif[11]

Ø  Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual
a.       Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
b.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.[12]
Ø  Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual
a.       Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
b.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar.[13]
2.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.[14]
Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran.
b.      Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan melalui bahan bacaan.
c.       Guru menjelaskan pada siswa bagaimana memebentuk kelompok belajar.
d.      Guru membimbing kelompok-kelompok belajar.
e.       Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.[15]
Ø  Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie adalah(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntanbilitas individual, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau ketrampilan social yang secara sengaja diajarkan.[16]
Ø  Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
a.       Saling ketergantungan yang positif.
b.      Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
c.       Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas.
d.      Suasana kelas yang rileks dan menyenanakan.
e.       Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
f.       Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.[17]
Ø  Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
a.       Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikran dan waktu.
b.      Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c.       Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas.
d.      Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.[18]
3.      Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.[19]
Ø  Kelebihan model pembelajaran terpadu :
a.       Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
b.      Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
c.       Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
d.       Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
e.       Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.[20]
Ø  Kekurangan model pembelajaran terpadu :
a.       Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
b.      Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif  baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
c.       Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
d.      Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi.
e.       Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
f.       Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.[21]

4.      Metode Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme.[22]
Ø  Kelebihan  pembelajaran kuantum :
a.       Membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
b.      Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi.
c.       Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai.
d.      Setiap pedapat siswa sangat dihargai.
e.       Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif.[23]
Ø  Kekurangan pembelajaran kuantum :
a.       Penggunaan waktu dalam pembelajaran membutuhkan banyak.
b.      Tidak semua guru dapat menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai.
c.        Berlebihan memberi reward pada siswa.[24]
5.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok/lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual.[25]
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berfikir siswa.[26]

Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b.      Membantu siswa mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c.       Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
d.      Membantu siswa dalam merencanakan dan menyampaikan karya yang sesuai seperti laporan.[27]
Ø  Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a.       Membuat siswa lebih aktif.
b.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Menimbulkan ide-ide baru.
d.      Dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama.
e.       Pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.[28]
Ø  Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a.       Model pembelajaran problem based learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas.
b.      Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif.
c.       Membutuhkan banyak waktu dan pendanaan.
d.      Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir anak.
e.       Pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.[29]
6.      Model Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.[30]
Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Siswa belajar/bekerja berpasangan.
b.      Bergantian peran sebagai pembicara atau pendengar.
c.       Pembicara dapat membantu pendengar mengoreksi dan mengingat ringkasan.
d.      Bertukar peran.[31]
Ø  Kelebihan model cooperative script :
a.       Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b.      Setiap siswa mendapat peran.
c.       Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.[32]
Ø  Kekurangan model cooperative script :
a.        Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b.      Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).[33]
7.      Model Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.[34]
Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
b.      Guru menunjukkan gambar-gambar.
c.       Siswa mengurutkan gambarsesuai dengan urutan yang logis.
d.      Dari urutan tersebut guru menanamkan konsep.[35]
Ø  Kelebihan model picture and picture :
a.       Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b.      Melatih berpikir logis dan sistematis.[36]
Ø  Kekurangan model picture and picture :
a.       Memakan banyak waktu.
b.      Banyak siswa yang pasif.[37]
8.      Model Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.[38]
Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Siswa dibagi kelompok.
b.      Setiap siswa mendapat nomor.
c.       Setiap siswa mendapat tugas.
d.      Kelompok mendiskusikan jawaban.
e.       Guru memanggil salah satu nomor untuk melaporkan hasil kerjasama kelompok.[39]
Ø  Kelebihan numbered heads together :
a.       Setiap siswa menjadi siap semua.
b.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c.       Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.[40]
Ø  Kekurangan numbered heads together :
a.       Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b.       Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. [41]

9.      Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.[42]
Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Guru menyiapkan gambar atau dua konsep yang benar dan salah sesuai dengan tujuan.
b.      Siswa diminta mengamati gambar atau konsep.
c.       Siswa dikelompokkan dan mrnganalisis gambar untuk membedakan yang benar dan salah.
d.      Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya.[43]
Ø  Kelebihan model example non example :
a.        Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b.      Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
c.       Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.[44]
Ø  Kekurangan model example non example :
a.       Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b.       Memakan waktu yang lama.[45]
10.  Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.[46]
Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.[47]
Ø  Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b.      Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.
c.       Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru.
d.      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e.       Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.[48]
Ø  Kelebihan pembelajaran Jigsaw :
a.        Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.
b.      Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
c.       Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d.      Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
e.       Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f.       Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g.      Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.[49]
Ø  Kelemahan pembelajaran Jigsaw :
a.         Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b.         Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c.         Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d.        Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.
e.         Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f.          Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model team teaching.[50]

11.  Model Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.[51]
Ø  Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b.      Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
c.       Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
d.      Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
e.       Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.[52]
Ø  Kelebihan model mind mapping :
a.       Melihat gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat informasi secara detail.
b.      Mengingat informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama atau berbeda.
c.       Mengatasi informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa. Secara mental hal ini juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam memahami sebuah persoalan.
d.      Mind map mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan.
e.       Mind maping dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat penggunakan garis lengkung, warna dan gambar. Ini membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah. Secara mental akan memudahkan kita untuk mengingatnya.
f.       Mind maping membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat.[53]
Ø  Kekurangan model mind mapping :
a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.[54]
12.  Model Pembelajaran Sosial
Dikatakan model pembelajaran sosial karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
Dalam hal ini, akan dipelajari 3 model pembelajaran yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu: [55]
a.       Model pembelajaran bermain peran
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bentuk kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran (enactment) yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Disamping itu, tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situation).[56]
Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh tentang perilaku manusia dan berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu (1) pemanasan (warming up), (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung, (5) memainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan.[57]
Melalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya tersendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berperilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.[58]
b.      Model pembelajaran simulasi sosial
Model pembelajaran simulasi sosial merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer. Jadi, berdasarkan teori sibernetika, ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik.[59]
Contoh simulasi yang terkenal di indonesia adalah simulasi simulasi pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila. Suatu simulator yang dirancang untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman nilai-nilai pancasila. Contoh lainnya ialah “Life Career Game”, suatu permainan yang dirancang bagi konselor untuk membantu siswa dalam merencanakan karier, “International Simulation” atau simulator yang dirancang untuk mengajarkan prinsip-prinsip hubungan internasional, dan permainan yang sering digunakan anak-anak, yakni monopoli. Terdapat empat prinsip yang harus dipegang guru/fasilitator dalam simulasi. Pertama adalah kejelasan (eksplanation), kedua adalah pengawasan (refeering), ketiga adalah melatih (coaching), dan keempat adalah diskusi (debriefing).[60]
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain.[61]
c.       Model pembelajaran telaah yurisprudensi (juris prudential inquiry)
Model pembelajaran telaah yurisprudensi ditujukan untuk membantu siswa belajar berpikir secara sistematis tentang isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Model ini juga dapat mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya.[62]
Umumnya kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui metode dialog socrates (debat konfrontatif). Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi: (1) orientasi terhadap kasus, (2) mengidentifikasi isu, (3) pengambilan posisi (sikap), (4) menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, (5) memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan kosekuensi.[63]
Tahap-tahap model pembelajaran telaah yurisprudensi yaitu :[64]
Pertama, guru memperkenalkan kepada siswa materi-materi kasus dengan cara membaca cerita, menonton film yang menggambarkan konflik nilai, atau mendiskusikan kejadian-kejadian hangat dalam kehidupan sekitar, sekolah atau masyarakat. Kedua, siswa mensistesis fakta, mengaitkannya dengan isu-isu umum dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut. Ketiga, siswa diminta untuk mengambil posisi (sikap/pendapat) terhadap isu tersebut dan menyatakan sikapnya. Keempat, sikap (posisi/pendapat) siswa digali lebih dalam. Kelima, tahap penentuan ulang akan posisi (sikap) yang telah diambil siswa. Keenam, pengujian asumsi faktual yang mendasari sikap yang diambil siswa.
13.  Model Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran di mana aktifitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak nonfisik, yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi pendidikan, namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.[65]
a.       Sistem pendidikan jarak jauh
Program pendidikan harus fokus pada kebutuhan intruksional mahasiswa daripada teknologinya sendiri. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan umur, kultur, latar belakang sosioekonomi, interes, pengalaman, level pendidikan dan terbiasa atau tidaknya dengan metode pendidikan jarah jauh. Faktor yang penting untuk keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah perhatian, percaya diri dosen, pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreatif menggunakan alat, dan menjalin interaksi dengan mahasiswa. Pada pembangunan sistem pendidikan jarak jauh perlu diperhatikan tentang desain dan pengembangan sistem, interactivity, active learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif.[66]
b.      Pendidikan jarak jauh secara online
Layanan online dalam pendidikan baik bergelar maupun tidak bergelar pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (mahasiswa) dengan menggunakan internet sebagai media.[67]
Layanan online ini dapat terdiri atas berbagai tahapan dari proses program pendidikan, seperti pendaftaran, tes masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dan lain-lain. Pendidikan jarah jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal sehingga memberikan efektivitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.[68]
Dari sudut pandang dosen, solusi pendidikan online harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut. Mudah digunakan, kemungkinan pembuatan bahan kuliah online dan kelas online dengan cepat dan mudah, hanya memerlukan pelatihan minimal, memungkinkan pengajaran dengan cara mereka sendiri, memungkinkan mereka mengendalikan lingkungan pembelajaran. Dari sudut mahasiswa yang dicari adalah fleksibilitas dalam mengambil mata kuliah. Bahkan kuliah yang didapat secara online lebih kaya dibandingkan yang didapat di kelas. Berjalan di komputer yang sudah mereka miliki. Menyertakan kolaborasi antar mahasiswa seperti cara tradisional, mencakup konsultasi dengan dosen, diskusi kelas, teman belajar, dan proyek-proyek bersama.[69]
c.       Pendidikan jarak jauh berbasis web secara online
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, di mana saja, multiuser, serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya.[70]
Pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut.[71]
1.      Pusat kegiatan siswa
2.      Interaksi dalam grup
3.      Sistem administrasi mahasiswa
4.      Pendalaman materi dan ujian
5.      Perpustakaan digital
6.      Materi online.
d.      Pendidikan secara online di luar negeri
Di luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah menjadi alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metode pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan).[72]
Selama lebih dari 80% pendidikan jarak jauh diselenggarakan secara online melalui internet. Besarnya investasi serta kepiawaian teknologi dalam meramu pendidkan ini, serta apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap teknologi, membuat pendidikan jarak jauh secara online tidak kalah atau bahkan lebih bergengsi dibandingkan pendidikan konvensional. Kini bahkan pendidikan konvensional pun menyelenggarakan pendidikan online.[73]
e.       Prospek pendidikan secara online di indonesia
Di indonesia, proses pendidikan jarak jauh dengan sarana internet telah menjadi perhatian beberapa kalangan, baik dari dunia pendidikan maupun dunia teknologi informasi. Saat ini di indonesia terdapat sekitar 75 universitas negeri dan 1.200 universitas dan perguruan tinggi swasta di indonesia. Dengan total lebih kurang bisa mencapai 5 juta mahasiswa yang merupakan potensi pengguna internet.[74]
Keberhasilan pendidikan jarah jauh ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Apabila pendidikan berbasis pada web maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antargrup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakaan digital, dan materi online.[75]
14.  Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD)
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan lain-lain. Dalam praktiknya, pembelajaran orang dewasa sering disebut dengan diklat (pendidikan dan pelatihan), pelatihan ataupun training sehingga pembahasan dalam bab ini tidak lain adalah untuk tujuan penyelenggaraan diklat, pelatihan ataupun training menjadi lebih mudah, praktis, dan terukur.[76]
a.       Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi)
Andragogi berasal dari bahasa yunani andr artinya orang dewasa dan agogos artinya membimbing. Dengan demikian, andragogi secara harfiah mempunyai makna membimbing orang dewasa. Definisi orang dewasa dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu:[77]
1)      Definisi biologis, jika seseorang telah mencapai usia dimana ia dapat melakukan reproduksi.
2)      Definisi hukum, jika orang tersebut telah mencapai usia dimana undang-undang menyatakan ia dapat memiliki hak suara dalam pemilihan umum.
3)      Definisi sosial, jika orang tersebut telah mulai melaksanakan peran-peran orang dewasa, seperti peran kerja, peran pasangan, peran orang tua, peran sebagai warga negaradengan hak pilih, dan lain-lain.
4)      Definisi psikologi, jika orang tersebut telah memiliki konsep diri yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya, yaitu konsep untuk mengatur dirinya sendiri (self directing), seperti mengambil keputusan sendiri.
Knowles mendapatkan beberapa asumsi model pembelajaran orang dewasa yang berbeda dengan pembelajaran anak/remaja, yaitu berkaitan dengan kebutuhan untuk mengetahui, konsep diri peserta belajar (pembelajar), peranan pengalaman peserta belajar (pembelajar), kesiapan belajar, orientasi belajar, dan motivasi.[78]

b.      Pendekatan, ruang lingkup, dan tujuan pembelajaran orang dewasa
Pendekatan pembelajaran orang dewasa lebih berpola monotoriter atau pola persuasif, bersifat informal, yang memberikan rasa aman, fleksibel, dan tidak mengancam dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran orang dewasa lebih bertujuan untuk menemukan pengertian dan pencarian pemikiran guna merumuskan perilaku yang standar.[79]
Ruang lingkup pembelajaran orang dewasa mencakup pencarian terbaru tentang makna kehidupan. Pembelajaran orang dewasa akan efektif manakala berkaitan dengan kebutuhan/kepentingan peserta belajar, situasi kehidupan/pekerjaan, pengalaman hidup, konsep diri, dan memperhatikan perbedaan antarindividu peserta belajar.[80]
Tujuan pembelajaran orang dewasa secara khusus mencakup tiga aspek, yaitu:
1)      Membangkitkan semangat percaya diri dan optimisme;
2)      Memberikan kemampuan dan keterampilan untuk berbuat sesuatu;
3)      Memberi kemampuan untuk dapat menerima atau menolak sesuatu atas dasar standar peraturan, nilai-nilai, atau etika masyarakat yang dianutnya.[81]
c.       Strategi pembelajaran orang dewasa
Strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi secara sistematis sehingga menghasilkan hasil belajar tertentu. Sebagaimana dikemukakan atwi, secara garis besar strategi pembelajaran mengandung komponen-komponen, yaitu:
1)      Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2)      Metode  pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pembelajaran.
3)      Media  pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4)      Waktu  pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar dalam menyelesaikan proses pembelajaran.[82]


d.      Evaluasi program pembelajaran orang dewasa
Evaluasi atau penilaian adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis, yang mencakup penentuan tujuan, perancangan dan pengembangan instrumen, pengumpulan data, analisis, dan penafsiran untuk menentukan suatu nilai dengan standar penilaian yang telah ditentukan. Tujuan dilakukan evaluasi atau penilaian adalah untuk menjawab apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil yang diinginkan atau direncanakan dengan kenyataan di lapangan.[83]
Evaluasi program pembelajaran orang dewasa (training) merupakan salah satu komponen dari keseluruhan sistem pendidikan, pembelajaran, atau pelatihan (training). Tanpa kegiatan evaluasi, tidak akan diketahui apakah suatu penelitian telah berjalan sesuai dengan rencana, atau telah memenuhi kebutuhan peserta pelatihan, atau telah berjalan lancar atau sebaliknya. Dengan demikian, kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting sebagai umpan balik untuk perbaikan program di masa-masa mendatang.[84]


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media. Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Ciri-ciri model pembelajaran adalah Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang. Memiliki bagian-bagian model. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Model-model pembelajaran adalah Model Pembelajaran Kontekstual (Cotextual Teaching and Learning), Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Terpadu, Metode Pembelajaran Kuantum, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Model Cooperative Script, Model Picture and Picture, Model Numbered Heads Together, Model Examples Non Examples, Model Pembelajaran Jigsaw, Model Mind Mapping, Model Pembelajaran Sosial, Model Pembelajaran Jarak Jauh, Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD).


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://www.model-model pembelajaran.com
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pressindo.



[1] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), 83
[2] Dr. Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 140
[3] Dr. Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS, 140
[4] Dr. Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS, 141
[5] Dr. Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS, 141
[6] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 144
[7] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran, 133
[8] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran, 136
[9] Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 14
[10] http://www.model-model pembelajaran.com
[11] Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 23
[12] http://www.model-model pembelajaran.com
[13] http://www.model-model pembelajaran.com
[14] Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 37
[15] http://www.model-model pembelajaran.com
[16] Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 40
[17] http://www.model-model pembelajaran.com
[18] http://www.model-model pembelajaran.com
[19] http://www.model-model pembelajaran.com
[20] http://www.model-model pembelajaran.com
[21] http://www.model-model pembelajaran.com
[22] Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 70
[23] http://www.model-model pembelajaran.com
[24] http://www.model-model pembelajaran.com
[25] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),247
[26] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),247
[27] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran, 243
[28] http://www.model-model pembelajaran.com
[29] http://www.model-model pembelajaran.com
[30] http://www.model-model pembelajaran.com
[31] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012),86
[32] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran, 86
[33] http://www.model-model pembelajaran.com
[34] http://www.model-model pembelajaran.com
[35] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012),89
[36] http://www.model-model pembelajaran.com
[37] http://www.model-model pembelajaran.com
[38] http://www.model-model pembelajaran.com
[39] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012),88
[40] http://www.model-model pembelajaran.com
[41] http://www.model-model pembelajaran.com
[42] http://www.model-model pembelajaran.com
[43] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012),88
[44] http://www.model-model pembelajaran.com
[45] http://www.model-model pembelajaran.com
[46] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),218
[47] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran, 218
[48] Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. 218
[49] http://www.model-model pembelajaran.com
[50] http://www.model-model pembelajaran.com
[51] http://www.model-model pembelajaran.com
[52] Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), 106
[53] http://www.model-model pembelajaran.com
[54] http://www.model-model pembelajaran.com
[55] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 25
[56] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 26
[57] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 26
[58] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 28
[59] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 28
[60] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 29
[61] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 30
[62] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 31
[63] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 31
[64] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 31
[65] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 34
[66] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 35
[67] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 37
[68] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 37
[69] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 38
[70] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 38
[71] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 39
[72] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 40
[73] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 41
[74] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 41
[75] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 42
[76] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 54
[77] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 55
[78] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 58
[79] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 60
[80] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 60
[81] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 61
[82] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 61
[83] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 68
[84] Dr. Hamzah. Model Pembelajaran, 68