Sabtu, 21 Februari 2015

C.H. Cooley: Konsep Cermin Diri (Looking Glass Self)

C.H. Cooley: Konsep Cermin Diri (Looking Glass Self)


Charles Horton Cooley (1864-1929) menyelesaikan program doktornya di Universitas Michigan pada 1894. Karir dosennya telah dimulai semenjak sebelum meraih gelar Ph.D-nya di almamaternya sampai pension. Meski C.H. Cooley mengajar di Universitas Michigan, namun pemikiran sosiologinya mengikuti aliran Chicago yang sejalan dengan teori interaksionisme simbolik.
Diri sebagai sisi khs dari kemanusiaan (Humanness), dibangun secara social; maksudnya, perasaan mengenai diri kita berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Cooley (1964) mengusulkan konsep Looking Glass Self (cermin diri) untuk menggambarkan suatu analogi perkembangan diri melalui cermin, di mana cermin memantulkan apa yang ada didepannya, dari sana seseorang melihat dirinya: ganteng, cantik, perkasa, dan ramah. Terdapat tiga unsure dalam Looking Glass Self (cermin diri):
1. Anda membayangkan bagaimana anda tampak bagi mereka di sekeliling kita. Sebagai contoh, kita dapat berpikir bahwa orang lain menganggap anda sebagai seorang peramah atau pemarah.
2. Anda menafsirkan reaksi orang lain. Anda menarik kesimpulan bagaimana orang lain mengevaluasi anda. Apakah mereka menyukai anda karena anda seorang peramah?
3. Anda mengembangkan suatu konsep-diri (self-concept). Cara anda menginterpretasikan reaksi orang lain terhadap anda memberikan anda perasaan dan ide mengenai diri anda sendiri. Suatu refleksi diri yang menyenangkan dalam cerminn diri social ini mengarah pada suatu konsep diri yang positif; suatu refleksi negative mengarah ke suatu konsep diri negative.
Melakukan cermin diri tidak berhenti pada suatu masa, misalnya masa dewasa yang dianggap telah memiliki konsep-diri yang mapan dan tetap; sebaliknya konsep diri dibangun terus-menerus sepanjang hayat. Dengan demikian, konsep diri menurut Cooley merupakan produk yang tidak pernah selesai dibentuk, bahkan sampai usia lanjut.
Bagaimana relevansi Looking Glass Self (cermin diri) pada proses perkembangan diri di masyarakat saat ini? Kalau kita cermati apa yang dilakukan oleh para pejabat public dan politisi yang bersaing meraih kekuasaan pada berbagai tingkatan, seperti anggota legislatif dan elite eksekutif (pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota), ternyata mereka mengeksplorasi dan mengintensifkan pemanfaatan efek cermin cermin diri bagi pencitraan diri menjadi positive sesuai denagn konstruksi yang diharapkan. Pencitraan diri melibatkan berbagai cara dan teknik efek citra melalui media sehingga apa yang dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan dalam situasi apa hal ini dikatakan meminta pertimbangan berbagai ahli (seperti politik, sosiologi, militer, agama, etika, komunikasi, dan psikologi). Seseorang bias mendapat pencitraan positif karena meraih award antikorupsi karena diberikan oleh suatu lembaga yang dibuat seolah independen pada saat sekian bulan menjelang suatu pemilihan, misalnya. Pencitraan positif ini dikristalkan melalui penyebaran informasi sedemikian rupa melalui berbagai media massa. Padahal sejatinya, orang ini tidak begitu serius memberantas korupsi atau melakukan suatu program antikorupsi. Konsekuensi pencitraan seperti ini rating-nya menjadi naik dimata pemilih. Sehingga pemilih memberikan suara terbanyak pada kandidat yang memperoleh award antikorupsi ini.

Apakah cermin diri politik dapat berubah? Dalam kehidupan politik di Indonesia pernah ada satu partai partai politik yang mencitrakan diri sebagai “partainya wong cilik”. Pada awalnya pencitraan ini menarik banyak orang untuk memilih partai ini. Namun pencitraan tersebut memudar di kala pemimpin “partainya wong cilik” menjadi kepala pemerintahan, yang memiliki otoritas untuk merealisasikan citra yang melekat pada partainya. Namun sayangnya kebanyakan kebijakan yang dibuat, menurut pandangan pemilihnya, tidak mencerminkan keberpihakan pada “wong cilik”. Akibatnya lawannya melesatkan jargon “partainya wong cilik” menjadi “partainya wong cilik”. Sehingga “partainya wong cilik” yang sebelumnya sebagai partai pemenang pemilihan umum dikalahkan oleh partai lain pada pemilihan berikutnya.

0 komentar:

Posting Komentar