Adam Smith (1729-1790)
Dari buku Perkembangan Pemikiran
Ekonomi DELIARNOV
Kenyataan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah
sudah dikenal oleh pemikir-pemikir masa Yunani Kuno, terutama oleh Plato. Pemikiran
yang sama juga dilontarkan oleh Bernard de Mandeville (1670-1733) dalam bukunya
yang telah menjadi klasik: The Fable of the Bees tahun 1714. Adam Smith,
seperti halnya Mandeville, juga percaya bahwa pada hakikatnya manusia rakus,
egoistis, selalu ingin mementingkan diri sendiri. Walaupun asumsi mereka
tentang hakikat manusia sama, konklusi mereka berbeda seperti bumi dan langit.
Mandeville menganggap sifat rakus manusia yang selalu lebih mementingkan diri
sendiri ini akan memberikan dampak sosial-ekonomi negative bagi masyarakat. Untuk
menghindari dampak negative ini, Mandeville menganjurkan adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith tidak anti dengan sifat
egoistis manusia, malahan menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sikap egoistis
manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang
ada persaingan bebas. Menurut penjelasannya lebih lanjut, setiap orang yang
menginginkan laba dalam jangka panjang (artinya serakah), tidak akan pernah menaikkan
harga di atas tingkat harga pasar. Secara sederhana, dalam The Wealth of
Nations Smith menjelaskan:
“If a pin manufacturer tried to charge more than his
competitors, they would take away his trade; if a workman asked for more than
the going wage, he would not be able to find work; if a landlord sought to
exact a reny steeper than another with land of the same quality, he would get
no tenants”.
Jadi, jika seorang penjual peniti mencoba menetapkan harga lebih
tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pesaing-pesaingnya, demikian kata Smith,
bisnisnya pasti akan hancur. Mengapa? Hal itu disebabkan orang tidak mau
membeli lagi peniti padanya dan berpindah pada pesaingnya. Begitu juga buruh
yang menetapakan upah lebih tinggi dari upah pasar akan sulit memperoleh
pekerjaan. Selanjutnya, tuan tanah yang menetapkan sewa lebih tinggi untuk
kesuburan tanah yang sama, tidak akan menemukan penggarap.
Menurut smith lebih lanjut, tindak-tandyk manusia pada umumnya
didasarkan pada kepentingan diri sendiri (self-interest), bukan belas
kasihan dan juga bukan perikemanusiaan. Menurut Smith:
“It is not from the benevolence of the butcher that we expect
our dinner, but from his regard to his own interest”.
(Bukan dari kebaikan hati sang tukang daging kita mengharapkan
makan malam kita, melainkan dari kepentingan si tukang daging sendiri).
Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia, bukan
berarti kita harus menolak berbisnis dengan orang lain. Hal ini hanya akan
menghancurkan diri sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar