Selasa, 01 September 2015

Hakikat manusia serakah (Adam Smith)




Adam Smith (1729-1790)
Dari buku Perkembangan Pemikiran Ekonomi DELIARNOV




Kenyataan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah sudah dikenal oleh pemikir-pemikir masa Yunani Kuno, terutama oleh Plato. Pemikiran yang sama juga dilontarkan oleh Bernard de Mandeville (1670-1733) dalam bukunya yang telah menjadi klasik: The Fable of the Bees tahun 1714. Adam Smith, seperti halnya Mandeville, juga percaya bahwa pada hakikatnya manusia rakus, egoistis, selalu ingin mementingkan diri sendiri. Walaupun asumsi mereka tentang hakikat manusia sama, konklusi mereka berbeda seperti bumi dan langit. Mandeville menganggap sifat rakus manusia yang selalu lebih mementingkan diri sendiri ini akan memberikan dampak sosial-ekonomi negative bagi masyarakat. Untuk menghindari dampak negative ini, Mandeville menganjurkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith tidak anti dengan sifat egoistis manusia, malahan menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sikap egoistis manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. Menurut penjelasannya lebih lanjut, setiap orang yang menginginkan laba dalam jangka panjang (artinya serakah), tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga pasar. Secara sederhana, dalam The Wealth of Nations Smith menjelaskan:

If a pin manufacturer tried to charge more than his competitors, they would take away his trade; if a workman asked for more than the going wage, he would not be able to find work; if a landlord sought to exact a reny steeper than another with land of the same quality, he would get no tenants”.
Jadi, jika seorang penjual peniti mencoba menetapkan harga lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pesaing-pesaingnya, demikian kata Smith, bisnisnya pasti akan hancur. Mengapa? Hal itu disebabkan orang tidak mau membeli lagi peniti padanya dan berpindah pada pesaingnya. Begitu juga buruh yang menetapakan upah lebih tinggi dari upah pasar akan sulit memperoleh pekerjaan. Selanjutnya, tuan tanah yang menetapkan sewa lebih tinggi untuk kesuburan tanah yang sama, tidak akan menemukan penggarap.
Menurut smith lebih lanjut, tindak-tandyk manusia pada umumnya didasarkan pada kepentingan diri sendiri (self-interest), bukan belas kasihan dan juga bukan perikemanusiaan. Menurut Smith:
It is not from the benevolence of the butcher that we expect our dinner, but from his regard to his own interest”.
(Bukan dari kebaikan hati sang tukang daging kita mengharapkan makan malam kita, melainkan dari kepentingan si tukang daging sendiri).
Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia, bukan berarti kita harus menolak berbisnis dengan orang lain. Hal ini hanya akan menghancurkan diri sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar