Sabtu, 16 November 2013

Kepemimpinan



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah process of ditecting and influencing the task-related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan dengan menggunakan kekuasaan[1]. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi 2 konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
Demikian halnya para pemimpin heroic seperti Washington, Napoleon, Rooseveld, dan sebagainya telah membuktikan kepada dunia bahwa ia telah membentuk dirinya menjadi seorang pemimpin dunia. Semuanya menjadi termasyhur, karena keahliannya dalam memainkan peran penting dalam membantu bangsa dan negaranya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Soeharto, presiden kedua Republik Indonesia yang hadir pada masa orde baru telah mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju tahap tinggal landas dalam rangka mewujudkan tujuan nasional yang telah dirumuskan oleh para pendiri republic tercinta ini. Hal ini disebabkan karena kemahirannya dalam mengaplikasikan ilmu dan seni pemimpin dalam bentuk sikap dan perilaku
Sedangakan menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
a)  Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang–orang yang dipimpinnya.
b)   Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat dalam berprestasi dan berkreasi pada orang–orang yang dibimbingnya.
c)   Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang–orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kemampuan dan keterampilan pemimpim (leadership) untuk mengarahkan merupakan factor penting dalam efektivitas manajer. Banyak terjadi organisasi bisnis yang tampaknya akan bangkrut mendapat kekuatan baru ketika pemimpin puncaknya diganti. Namun sulit kiranya untuk mengidentifikasikan karakteristik manajer yang efektif. Sekiranya sikap dan perilaku manajer dapat diidentifikasi, niscaya dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga mampu meningkatkan efektifitas organisasi.
Banyak ilmuwan dan ahli riset perilaku telah memberikan batasan tentang kepemimpinan. Salah satu ilmuwan dan ahli riset perilaku yang telah memberikan batasan tentang kepemimpinan yaitu Ralph M. Stogdill. Batasan yang diajukan adalah sebagai berikut: managerial leadership as the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan manajerial sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang dihubungkan dengan tugas dari pada anggota kelompok.[2]
1.        Kepemimpinan harus melibatkan orang lain atau bawahan. Karena kesanggupan mereka untuk menerima pengarahan dari manajer, para bawahan membantu menegaskan eksistensi manajer dan memungkinkan proses kepemimpinan.
2.        Kepemimpinan mencakup distribusi otoritas yang tidak mungkin seimbang diantara manajer dan bawahan. Manajer memiliki otoritas untuk mengarahkan beberapa aktivitas para bawahan, yang tidak mungkin dengan cara yang sama mengarahkan aktivitas manajer.
3.        Di samping secara legal mampu memberikan para bawahan berupa perintah atau pengarahan, manajer juga dapat mempengaruhi bawahannya dengan berbagai sifat kepemimpinannya.
Chester I. Bernard, berpendapat bahwa kepemimpinan mempunyai dua aspek. Pertama adalah kelebihan individual teknik kepemimpinan. Seseorang yang mempunyai kondisi fisik baik, memiliki keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, mempunyai persepsi yang tepat, mempunyai pengetahuan yang luas, mempunyai ingatan yang baik serta imajinasi yang meyakinkan akan mampu memimpin bawahan. Kedua adalah keunggulan pribadi dalam hal ketegasan, keuletan, kesadaran, dan keberhasilan.[3] Kualifikasi kepemimpinan yang memungkinkan seorang pemimpin memainkan peranannya dalam menopang kondisi yang ad adalah sebagai berikut:
1. Watak dan kepribadian yang terpuji
Agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang manajer harus mempunyai watak dan kepribadian yang terpuji. Manajer adalah cermin bawahan dan ia adalah sumber identifikasi, motivasi, dan moral para bawahan.
2. Prakarsa yang tinggi
Seorang pemimpin hendaknya seorang self starter, mempunyai inisiatif sendiri. Ia mengajukan gagasan dan bersedia menanggung resiko kegagalan bersama dengan adanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3. Hasrat melayani bawahan
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan. Ia mendengarkan pendapat mereka dan keinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan mengembangkan keterampilan mereka agar karir mereka meningkat.
4. Sadar dan paham kondisi lingkungan
Seorang manajer tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi disekitarnya, tetapi juga harus mempunyai pengertian yang memadai, sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan untuk kepentingan organisasi dan para bawahannya.
5. Intelegensi yang tinggi
Seorang manajer harus mempunyai kemampuan berfikir pada taraf yang tinggi. Ia dituntut untuk mampu menganalisis problema dengan efektif, belajar dengan cepat, dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali suatu ilmu pengetahuan.
6. Berorientasi kemasa depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal tentang kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi yang dimanajemeninya dan para bawahan yang terorganisasi.
7. Sikap terbuka dan lugas
Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi yang baru. Lugas namun konsisten pendiriannya. Bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan cara kerja beru yang dipandang mampu memberi nilai guna yang efisien dan efektif bagi organisasi yang dipimpinnya.
Seorang manajer adalah mempunyai berita kepada orang lain. Vertical ke bawah untuk memberikan intruksi dan perintah kepada bawahan dan horizontal kepada pihak-pihak yang mempunyai transaksi dengan organisasi. Keterampilan memainkan peran dalam hal ini sangat membantu efektifitas organisasi yang dipimpinnya.

B.                 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Aspek ini terkait dengan fungsi-fungi yang akan mendukung tercapainya tim yang efektif sehingga manajemen dapat dijalankan secara efektif dalam mencapai tujuan. Terdapat dua fungsi yang terkait dengan hal ini, yaitu fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan (task-related fuctions), dan fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok (group-maintenance fuctions). Fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam menjalankan berbagai pekerjaan atau tugas yang telah direncanakan dalam suatu organisasi. Dengan demikian kepemimpinan yang efektif adalah ketika pemimpin mampu memengaruhi orang-orang untuk dapat melakukan tugas-tugas yang telah dipercayakan kepada mereka. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam upaya untuk senantiasa memelihara kesatuan diantara sesame pekerja, pengertian dengan sesame mereka. Dengan demikian pemimpin yang efektif adalah ketika pemimpin tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dengan tim kerja, mengajak mereka untuk senantiasa memelihara kebersamaan dan saling penegertian sehingga tim kerja yang ada senantiasa terpelihara dengan baik.

C.                Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry salah seorangsimpatisan terhadap ilmu manajemen mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan sebanyak 6 macam, yaitu:[4]
1.  Kepemimpinan pribadi (Personal leadership)
Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi. Intruksi disampaikan secara oral ataupun langsung oleh manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh organisasi sederhana, karena kompleksitas bawahan maupun aktifitasnya amat kecil, sehinggan pelaksanaannya selain mudah, juga sangat efektif dan memang biasa dilaksanakan tanpa mengalami prosedur yang berbelit-belit.
2. Kepemimpinan non pribadi (Non personal leadership)
Segala norma dan kebijakan yang berlaku pada organisasi disampaikan melalui aggotanya atau mempergunakan media non pribadi baik rencana, intruksi maupun program pembeliannya pada tipe kepemimpianan non pribadi program pendelegasian otoritas sangat berperan, karena memang dalam hal ini berlaku dan harus diaplikasikan.
3. Kepemimpinan otoriter (Authoriter leadership)
Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara sungguh-sungguh, teliti, dan cermat. Manejer bekerja menurut norma dan kebijakan yang berlaku dengan ketat (walaupun agak kaku, dan segala intruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan) para bawahan tidak berhak untuk mengomentarinya. Kerena manajer beranggapan bahwa dialah yang bertindak sebagai pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala kompeksitas organisasi.
4. Kepemimpinan demokrasi
Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama-sama berbagai elemen organisasi secara berbarengan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab atas terwujudnya produktivitas kerja yang tinggi. Oleh karena itu agar seluruh bawahan berpartisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan evaluasi, dan program penyeliaan. Setiap bawahan merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.
5. Kepemimpinan paternalistic (paternalistic leadership)
Kepemimpinan yang paternalistic dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan bawahan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arah, tindakan, dan perilaku ibarat seorang bapak kepada anaknya.
6. Kepemimpinan menurut bakat (Indigineous leadership)
Tipe kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informal di mana mungkin mereka mendapatkan pelatihan, walupun tak langsung. Dengan adanya system kompetisi, sehingga dapat menimbulakan perbedaan pendapat yang satu dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul manajer yang mempunyai kelemahan di antara mereka yang ada dalam kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul manajer yang mempunyai kelemahan di antara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut keahliannya di mana ia terlibat di dalamnya.

D.Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1)  Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat–sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat–sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata–rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuatinikemudiantercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d.Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya

2) Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Perilaku seorang pemimpin memiliki kecendrungan kearah 2 hal berikut.
a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3) Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
4) Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5) Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda–beda atas dasar motivasi,kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Dalil Al-Qur’an dan Hadist Tentang Kepemimpinan
Ketaatan kepada pemimpin

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً.

“Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS.An-Nisa (4):59).

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ.

”Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,” (QS. Al-Anbiya (21):73).

حديث عبدالله بن عمر رضى الله عنه، أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم، قال: كلّكم راع فمسؤل عن رعيّته، فالأمير الّذى على النّاس راع وهو مسؤول عنهم، والرّجل راع على أهل بيته وهومسؤل عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهى مسؤلة عنهم، والعبد راع على مال سيّده وهو مسؤل عنه، ألا فكلّكم راع وكلّكم مسؤل عن رعيّته..
أخرجه البخارى فى ٤٩ كتاب العتق: ١٧ باب كراهية التطاول على الرقيق

Hadits dari Abdullah bin Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya.” (HR. Bukhari).


[1] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996) h. 88. 
[2] Bernard M. Bass, Stogdill’s Hand  book of leadership: A Survey of  Theory and Research, Rev. ed (New York: Free Press, 1981), hal. 7.
[3] Charles Bernard “Fuction of The excentive” Harvard university. Press, 1968.
[4] G. R. Terry, principles of manajement, Homewood, Richard D. Irwan, Inc, 1960.

0 komentar:

Posting Komentar