BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah adalah proses
mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja
untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan
bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan
sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai
proses memengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang
telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman,
dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah process of ditecting and influencing
the task-related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses
dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas
yang harus dilakukan dengan menggunakan kekuasaan[1].
Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi 2
konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai
proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin,
yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas
tujuan organisasi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi
mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya
produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah
kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena
itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan
untuk memengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin
mereka.
Demikian halnya para pemimpin heroic
seperti Washington, Napoleon, Rooseveld, dan sebagainya telah
membuktikan kepada dunia bahwa ia telah membentuk dirinya menjadi seorang
pemimpin dunia. Semuanya menjadi termasyhur, karena keahliannya dalam memainkan
peran penting dalam membantu bangsa dan negaranya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Soeharto, presiden kedua
Republik Indonesia yang hadir pada masa orde baru telah mampu mengantarkan
bangsa Indonesia menuju tahap tinggal landas dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional yang telah dirumuskan oleh para pendiri republic tercinta ini. Hal ini
disebabkan karena kemahirannya dalam mengaplikasikan ilmu dan seni pemimpin
dalam bentuk sikap dan perilaku
Sedangakan menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
a) Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang–orang yang
dipimpinnya.
b) Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat dalam berprestasi dan berkreasi pada
orang–orang yang dibimbingnya.
c) Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang–orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kemampuan dan keterampilan pemimpim (leadership) untuk
mengarahkan merupakan factor penting dalam efektivitas manajer. Banyak terjadi
organisasi bisnis yang tampaknya akan bangkrut mendapat kekuatan baru ketika
pemimpin puncaknya diganti. Namun sulit kiranya untuk mengidentifikasikan
karakteristik manajer yang efektif. Sekiranya sikap dan perilaku manajer dapat
diidentifikasi, niscaya dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga mampu
meningkatkan efektifitas organisasi.
Banyak
ilmuwan dan ahli riset perilaku telah memberikan batasan tentang kepemimpinan.
Salah satu ilmuwan dan ahli riset perilaku yang telah memberikan batasan
tentang kepemimpinan yaitu Ralph M. Stogdill. Batasan yang diajukan
adalah sebagai berikut: managerial leadership as the process of directing
and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan
manajerial sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang dihubungkan
dengan tugas dari pada anggota kelompok.[2]
1.
Kepemimpinan harus melibatkan orang lain atau bawahan. Karena
kesanggupan mereka untuk menerima pengarahan dari manajer, para bawahan
membantu menegaskan eksistensi manajer dan memungkinkan proses kepemimpinan.
2.
Kepemimpinan mencakup distribusi otoritas yang tidak mungkin seimbang
diantara manajer dan bawahan. Manajer memiliki otoritas untuk mengarahkan
beberapa aktivitas para bawahan, yang tidak mungkin dengan cara yang sama
mengarahkan aktivitas manajer.
3.
Di samping secara legal mampu memberikan para bawahan berupa
perintah atau pengarahan, manajer juga dapat mempengaruhi bawahannya dengan
berbagai sifat kepemimpinannya.
Chester I. Bernard, berpendapat
bahwa kepemimpinan mempunyai dua aspek. Pertama adalah kelebihan
individual teknik kepemimpinan. Seseorang yang mempunyai kondisi fisik baik,
memiliki keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, mempunyai persepsi yang
tepat, mempunyai pengetahuan yang luas, mempunyai ingatan yang baik serta
imajinasi yang meyakinkan akan mampu memimpin bawahan. Kedua adalah
keunggulan pribadi dalam hal ketegasan, keuletan, kesadaran, dan keberhasilan.[3]
Kualifikasi kepemimpinan yang memungkinkan seorang pemimpin memainkan
peranannya dalam menopang kondisi yang ad adalah sebagai berikut:
1. Watak dan kepribadian yang terpuji
Agar
para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi mempercayainya,
seorang manajer harus mempunyai watak dan kepribadian yang terpuji. Manajer
adalah cermin bawahan dan ia adalah sumber identifikasi, motivasi, dan moral
para bawahan.
2. Prakarsa
yang tinggi
Seorang
pemimpin hendaknya seorang self starter, mempunyai inisiatif sendiri. Ia
mengajukan gagasan dan bersedia menanggung resiko kegagalan bersama dengan
adanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3. Hasrat
melayani bawahan
Seorang
pemimpin harus percaya pada bawahan. Ia mendengarkan pendapat mereka dan
keinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan mengembangkan keterampilan
mereka agar karir mereka meningkat.
4. Sadar
dan paham kondisi lingkungan
Seorang
manajer tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi disekitarnya,
tetapi juga harus mempunyai pengertian yang memadai, sehingga dapat
mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan untuk kepentingan organisasi dan para
bawahannya.
5. Intelegensi
yang tinggi
Seorang
manajer harus mempunyai kemampuan berfikir pada taraf yang tinggi. Ia dituntut
untuk mampu menganalisis problema dengan efektif, belajar dengan cepat, dan
memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali suatu ilmu pengetahuan.
6. Berorientasi
kemasa depan
Seorang
pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi sehingga dapat
mengetahui sejak awal tentang kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi
organisasi yang dimanajemeninya dan para bawahan yang terorganisasi.
7. Sikap
terbuka dan lugas
Seorang
pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus sanggup mempertimbangkan
fakta-fakta dan inovasi yang baru. Lugas namun konsisten pendiriannya. Bersedia
mengganti cara kerja yang lama dengan cara kerja beru yang dipandang mampu
memberi nilai guna yang efisien dan efektif bagi organisasi yang dipimpinnya.
Seorang manajer adalah mempunyai
berita kepada orang lain. Vertical ke bawah untuk memberikan intruksi dan
perintah kepada bawahan dan horizontal kepada pihak-pihak yang mempunyai
transaksi dengan organisasi. Keterampilan memainkan peran dalam hal ini sangat
membantu efektifitas organisasi yang dipimpinnya.
B.
Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Aspek ini terkait dengan
fungsi-fungi yang akan mendukung tercapainya tim yang efektif sehingga
manajemen dapat dijalankan secara efektif dalam mencapai tujuan. Terdapat dua
fungsi yang terkait dengan hal ini, yaitu fungsi yang terkait dengan tugas atau
pekerjaan (task-related fuctions), dan fungsi yang terkait dengan
hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok (group-maintenance fuctions).
Fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan memfokuskan fungsi kepemimpinan
dalam menjalankan berbagai pekerjaan atau tugas yang telah direncanakan dalam
suatu organisasi. Dengan demikian kepemimpinan yang efektif adalah ketika
pemimpin mampu memengaruhi orang-orang untuk dapat melakukan tugas-tugas yang
telah dipercayakan kepada mereka. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dengan
hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok memfokuskan fungsi kepemimpinan
dalam upaya untuk senantiasa memelihara kesatuan diantara sesame pekerja,
pengertian dengan sesame mereka. Dengan demikian pemimpin yang efektif adalah
ketika pemimpin tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dengan tim kerja,
mengajak mereka untuk senantiasa memelihara kebersamaan dan saling penegertian
sehingga tim kerja yang ada senantiasa terpelihara dengan baik.
C.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin
dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan
antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R.
Terry salah seorangsimpatisan terhadap ilmu manajemen mengemukakan
tipe-tipe kepemimpinan sebanyak 6 macam, yaitu:[4]
1. Kepemimpinan pribadi (Personal
leadership)
Seorang manajer dalam melaksanakan
tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi. Intruksi disampaikan
secara oral ataupun langsung oleh manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan
ini sering dianut oleh organisasi sederhana, karena kompleksitas bawahan maupun
aktifitasnya amat kecil, sehinggan pelaksanaannya selain mudah, juga sangat
efektif dan memang biasa dilaksanakan tanpa mengalami prosedur yang
berbelit-belit.
2. Kepemimpinan non pribadi (Non personal leadership)
Segala norma dan kebijakan yang
berlaku pada organisasi disampaikan melalui aggotanya atau mempergunakan media
non pribadi baik rencana, intruksi maupun program pembeliannya pada tipe
kepemimpianan non pribadi program pendelegasian otoritas sangat berperan,
karena memang dalam hal ini berlaku dan harus diaplikasikan.
3. Kepemimpinan otoriter (Authoriter leadership)
Manajer yang bertipe otoriter
biasanya bekerja secara sungguh-sungguh, teliti, dan cermat. Manejer bekerja
menurut norma dan kebijakan yang berlaku dengan ketat (walaupun agak kaku, dan
segala intruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan) para bawahan tidak berhak
untuk mengomentarinya. Kerena manajer beranggapan bahwa dialah yang bertindak
sebagai pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala kompeksitas
organisasi.
4. Kepemimpinan demokrasi
Pada kepemimpinan yang demokratis,
manajer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama-sama berbagai
elemen organisasi secara berbarengan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab
atas terwujudnya produktivitas kerja yang tinggi. Oleh karena itu agar seluruh
bawahan berpartisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan evaluasi, dan program
penyeliaan. Setiap bawahan merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.
5. Kepemimpinan paternalistic (paternalistic leadership)
Kepemimpinan yang paternalistic
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan antara
manajer dengan bawahan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arah, tindakan,
dan perilaku ibarat seorang bapak kepada anaknya.
6. Kepemimpinan menurut bakat (Indigineous leadership)
Tipe kepemimpinan menurut bakat
biasanya muncul dari kelompok informal di mana mungkin mereka mendapatkan
pelatihan, walupun tak langsung. Dengan adanya system kompetisi, sehingga dapat
menimbulakan perbedaan pendapat yang satu dari kelompok yang bersangkutan dan
biasanya akan muncul manajer yang mempunyai kelemahan di antara mereka yang ada
dalam kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul manajer yang
mempunyai kelemahan di antara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut
keahliannya di mana ia terlibat di dalamnya.
D.Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar
artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah
dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas
organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori
kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1) Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat
dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama
kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan,
bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.
Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat–sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat–sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang
mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata–rata dari pengikutnya
akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil
mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah
panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya
memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuatinikemudiantercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d.Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan
kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
2) Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Perilaku seorang pemimpin memiliki
kecendrungan kearah 2 hal berikut.
a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu
Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh
yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan,
bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin
yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3) Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam
kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat
mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok
sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.
4) Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang
pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan
dan tingkat kedewasaan bawahan.
5) Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat
tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di
atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat
mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda–beda atas dasar
motivasi,kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara
beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua
ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi.
Dalil Al-Qur’an dan Hadist Tentang
Kepemimpinan
Ketaatan kepada pemimpin
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ
الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ
إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً.
“Hai orang-orang yang
beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”(QS.An-Nisa (4):59).
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا
إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ
وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ.
”Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,” (QS.
Al-Anbiya (21):73).
حديث عبدالله بن عمر رضى الله عنه، أنّ رسول الله صلّى الله عليه
وسلّم، قال: كلّكم راع فمسؤل عن رعيّته، فالأمير الّذى على النّاس راع وهو مسؤول
عنهم، والرّجل راع على أهل بيته وهومسؤل عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده
وهى مسؤلة عنهم، والعبد راع على مال سيّده وهو مسؤل عنه، ألا فكلّكم راع وكلّكم
مسؤل عن رعيّته..
أخرجه البخارى فى ٤٩ كتاب العتق: ١٧ باب كراهية التطاول على الرقيق
أخرجه البخارى فى ٤٩ كتاب العتق: ١٧ باب كراهية التطاول على الرقيق
Hadits dari Abdullah bin Umar r.a
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung
jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab
atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab
atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas
penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas
harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya.”
(HR. Bukhari).
[1]
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya,
1996) h. 88.
[2] Bernard
M. Bass, Stogdill’s Hand book of
leadership: A Survey of Theory and
Research, Rev. ed (New York: Free Press, 1981), hal. 7.
[3]
Charles Bernard “Fuction of The excentive” Harvard university. Press,
1968.
[4] G.
R. Terry, principles of manajement, Homewood, Richard D. Irwan, Inc,
1960.
0 komentar:
Posting Komentar