PEMBAHASAN
A. Sejarah Bangsa Arab
Bangsa
Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam, putra tertua
Nabi Nuh.Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia.Mereka berdomisili disekitar
wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi min Asia), atau yang biasa
dikenal dengan Semenanjung Arabia.
Semenanjung
Arabia sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di
gurun pasir). Sedikit sekali menyisakan wilayah yang layak ditinggali di
sekitar pinggirnya, dan daerah itu semuanya dikelilingi laut.Ketika jumlah
penduduk kian bertambah, mereka harus mencari lahan baru guna dijadikan tempat
tinggal.
Mayoritas
sejarawan dan peneliti sejarah mencatat, ada dua komunitas bangsa Arab yang
pernah tinggal di wilayah Semenanjung Arabia ini, yaitu:
1.
Komunitas pertama adalah bangsa Arab yang datang jauh hari sebelum datangnya
islam, sehingga referensi dan fakta sejarah tentang mereka sangat sulit
diungkap. Hal ini cukup beralasan, mengingat jauhnya rentang waktu serta tidak
ditemukannya indikasi eksistensi mereka dalam panggung sejarah kehidupan
manusia. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari keterangan kitab-kitab
samawi, terutama al-Qur’an, Injil, Taurat, dan syair-syair jahiliyah. Bangsa
ini selanjutnya dikenal dengan istilah Baidah. Arab baidah adalah orang Arab
yang kini tidak ada lagi dan musnah. Di antaranya adalah A’ad, Tsamud, Thasm,
Jadis, Ashab ar-Rass, dan penduduk Madyan.
2.
Komunitas kedua adalah bangsa Baqiyah (yang masih ada). Terdiri dari dua suku
besar, yaitu Adnaniyin dan Qahthaniyin. Kabilah Adnaniyin berasal dari
keturunan Ismail ibn Ibrahim as. Dinamakan Adnaniyin karena nenek moyang dari
kabilah ini bernama Adnan, yaitu salah satu keturunan Nabi Ismail. Suku kedua
dari bangsa Baqiyah adalah kabilah Qahthan.Garis keturunan Qahthan sampai pada
Yaqthan yang dalam kitab taurat disebut Yaqzan. Nassabun (pakar genealogi)
mengatakan, bahwa Qahthan adalah nenek moyang suku-suku di negeri Yaman (Ab
al-Yamaniyin). Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan Adnaniyin, dan
wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyin. Akan tetapi, lama kelamaankedua
golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau
sebaliknya.
B. Kondisi Politik
Kondisi
politik internal wilayah Arabia di masa Jahiliyah menjelang kedatangan Islam
pada dasarnya terpecah-pecah, tidak
mengenal kepemimpinan sentral ataupun persatuan. Kepemimpinan politik di sana
didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari serangan
suku-suku yang lain. Seluruh kesetiaan terserap dalam kelompok yang bertindak
sebagai sebuah kolektivitas untuk mempertahankan individu warganya dan untuk
menghadapi tanggung jawab bersama. Jika seorang warga teraniaya, maka klan
menuntut balas atas penganiayaan tersebut. Jika seseorang melakukan penganiayaan, maka hal itu menjadi
tanggung jawab klan. Sebagai konsekuensi solidaritas kelompok, yang disebut
asabiyah. Sebuah klan dipimpin oleh syaikh yang biasanya dipilih oleh warga
klan yang tua-tua dari salah satu keluarga berpengaruh dan ia senantiasa
bertindak setelah meminta saran-saran mereka. Mereka menyelesaikan perselisihan
internal sesuai dengan tradisi kelompok, namun ia tidak berhak mengatur ataupun
memerintah. Syaikh haruslah seorang yang kaya dan suka berderma kepada fakir
miskin dan kepada pendukungnya; ia haruslah seorang yang berperilaku adil dan
bijak, sabar, pemaaf dan rajin bekerja. Di atas segalnya, ia haruslah seorang
yang memiliki keputusan yang adil untuk menghindarkan pertentangan di kalangan
pengikutnya.
Pada
masa itu, bangsa Arab tidak memiliki sistem atau norma yang secara ketat
mengatur wilayah kehidupan sosial baik antar individu maupun kelompok
(kabilah). Tidak ada hukuman bagi pelanggar hukum. Yang ia terima hanya sebatas
kebencian atau sikap acuh dari kelompoknya.
C. Kondisi Ekonomi
Sumber
ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab adalah perdagangan dan
bisnis.Orang-orang Arab dimasa jahiliyah sangat dikenal dengan bisnisdan
perdagangannya. Perdagangan menjadi darah daging orang-orang Quraisy sepeti
yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, : “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (Quraisy:
1-2). Mereka melakukan perjalanan bisnis ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam
pada musim panas.
Perekonomian
bangsa Arab di negeri Yaman yang merupakan negeri yang subur, khususnya di
sekitar bendungan Ma’rib, di mana pertanian maju secara pesat dan
menakjubkan.Di masa itu juga telah berkembang industri, seperti industri kain
katun dan persenjataan berupa pedang, tombak, dan baju besi.Akan tetapi, mereka
tidak bersyukur dan justru berpaling dari ketaatan kepada Allah.Karena
kekufuran itu, Allah pun menghancurkan bendungan Ma’rib itu.
Sementara
itu, mayoritas kabilah Adnan tinggal di tengah gurun pasir dengan rumput yang
sedikit untuk mengembala domba. Mereka hidup dari susu dan dagingnya.
D. Kondisi Moral
Memang
pada dasarnya masyarakat Arab Jahiliyah memiliki sejumlah sifat-sifat positif
dan kelebihan-kelebihan.Seperti sifat dermawan, pemberani, setia, ramah,
sederhana, serta cinta kebebasan, ingatannya kuat dan pandai bersyair.Namun,
itu semua menjadi tenggelam dan tidak mampu menampilkan moralitas tinggi
masyarakat Arab saat itu. Hal ini disebabkan oleh suatu kondisi yang
menyelimuti kehidupan mereka, yaitu kemusyrikan, kekafiran, ketidakadilan,
kejahatan dan fanatisme suku-suku sehingga menghalalkan segala cara. Di sinilah
arti Jahiliyah dapat dipahami. Mereka bukan bodoh (jahil) dalam arti buta huruf
dan tidak mengenal pengetahuan sama sekali, tetapi mereka tidak mengetahui
hakikat dan sumber kebenaran, dan tidak mengenal tuhan yang semestinya mereka
sembah.
Struktur
masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat rendah, bahkan tak
terhitung sebagai manusia yang wajar.Iadinilai identik dengan barang-barang
komoditas. Perempuan halal dijadikan gundik-gundik seorang penguasa, dimana
mereka mudah dikawini dan mudah pula diceraikan.Di saat mereka menjalani masa
haid, mereka tidak diperbolehkan untuk tidur dalam satu rumah dengan
keluarganya.Mereka harus tidur di kandang bagian belakang rumah.
Sistem
perbudakan berlaku dan berkembang di kalangan bangsa Arab.Mereka di pekerjakan
dengan sekehendak majikan, dan dijual belikan serta ditukar dengan barang
sebagai layaknya pedagang melakukan transaksi jual beli secara barter.
Kaum
bangsawan menindas rakyat jelata dengan sesuka hati dan segala cara. Maka,
perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi peperangan terus
terjadi di antara mereka. Penghargaan manusia didasarkan atas prestise bukan
prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah dan emosi, bukan
ikatan-ikatan kemanusiaan dan keagamaan sebagaimana yang nanti ditawarkan oleh
islam.
Contoh
beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah lainnya yaitu:
1. Perjudian atau maisir. Ini merupakan
kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif,
Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
2. Minum arak (khamr) dan berfoya-foya.
Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para
pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah perkotaan.
3. Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah
suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka,
keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika
seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka
takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
5. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan
kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan
mereka alami.
6. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita
terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu
berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang
memujinya.
7. Lelaki yang mengambil wanita sebagai
gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
8. Prostitusi. Memasang tanda atau bendera
merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
9. Fanatisme kabilah atau kaum.
10. Berperang dan saling bermusuhan untuk
merampas dan menjarah harta benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan
menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
E. Kondisi Budaya
Salah
satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada bahasanya.Bahasa Arab merupakan
salah satu bahasa rumpun Semit yang paling sempurna dan mampu bertahan dari
seleksi alam hingga Islam datang, kemudian mengalami perkembangan sangat pesat
karenanya. Mengenahi kebudayaan sebelum islam, buku sejarah dan kebudayaan
islam (Tim Penyusun Depag RI, 1982: 11-15), menjelaskannya agak rinci sebagai
mana disarikan berikut. Berkaitan dengan kelebihan bahasa, bangsa Arab pun
pandai dalam bidang sastera, khususnya membuat syair-syair.Syair bagi mereka
untuk mengungkapkan pikiran-pikiran, pengetahuan-pengetahuan, dan
pengalaman-pengalaman hidupnya.
Ghalan
bin Salamah dari suku Tsaqif dalam satu minggu mampu menciptakan sekumpulan
syair, lalu membacakannya di depan forum untuk dibahas dan dikritik.
Forum-forum seperti ini pada waktunya digelar untuk umum di suatu pasar yang
disebut ukadz, di dalamnya dilengkapi dengan kegiatan pertandingan membuat dan
membacakan syair-syair yang terbaik.Di antara syair-syair yang terpilih
kemudian digantungkan di dinding Ka’bah sebagai penghargaan yang biasa disebut
mu’allaqat. Tradisi semacam ini tampaknya masih berkembang dan dimanfaatkan
dalam islam sebagai alat dakwah dan pengembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab
Islam.
Kehidupan
masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu ke lain tempat yang di anggap dapat
memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi alam semacam ini membuat mereka
bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan
kepercayaan.Kondisi ini pula yang membuat mereka harus menguasai seperangkan ilmu
dan ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, mereka
mengusai ilmu meramal jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti kapan
turun hujan, dimana terdapat mata air, dan dimana terdapat sarang binatang
buruan serta binatang buas. Di siang hari mereka mampu membaca jejak melalui
padang pasir, sedangkan di malam hari mereka mengunakan bintang-bintang. Karena
itu, ilmu-ilmu perhitungan (semacam ramal) dan perbintangan, dalam batas-batas
tertentu, berkembang di kalangan bangsa Arab sebelum islam.
Bangsa
Arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah keluarga dan nenek
moyangnya. Mereka bangga dengan kemampuan itu, karenanya mereka mampu
menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek moyangnya yang besar-besar, sehingga
mereka akan memperoleh prestise karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan
mengetahui silsilah keturunannya.
F. Sistem Kepercayaan dan Agama
Bangsa
Arab sebelum Islam sebenarnya telah mengenal keyakinan terhadap satu Tuhan
(Tauhid / Monoteisme), yaitu Allah SWT.; sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Al-Qur’an sendiri mengakui eksistensi ajaran Ibrahim
dan menyebutnya dengan nama Hanif (agama yang lurus). Namun, beberapa abad
sebelum kedatangan Islam, kemurnian ajaran suci itu telah ternoda oleh tahayul
dan khurafat, hingga sampai pada penyekutuan (syirk) terhadap Allah
SWT.Penyimpangan ini kemudian dikenal dengan watsaniyah (penyembahan terhadap
berhala / patung).
Al-Syihristani,
seorang sejarawan Muslim terkemuka, mengatakan bahwa terdapat 360 berhala di
Ka’bah, yang paling terkenal adalah Hubal, yang dibawa dari Belka di Syria ke
Arabia oleh Umru bin Lahi,dengan tujuan agar bisa mendatangkan hujan ketika di
mintai. Yang menarik untuk di catat adalah Hubal di anggap bisa mendatangkan hujan,sebuah
sifat khas Tuhan yang berasal dari wilayah pertanian. Tiga patung Tuhan lain
yang terkenal di Mekkah adalah Manat, al-Lat, dan al Uzza.
Bangsa
Arab selatan menyembah banyak dewa dan dewi, di antaranya yang paling terkenal
adalah ‘Athar, yang dianggap sebagai personifikasi planet Venus.Mereka juga
menyembah dewa matahari yang bernama Almaqah di Saba’, Wadd (cinta?) di Ma’in,
‘Amm di Qataban, dan Sin di Hadramaut.Matahari juga disembah sebagai dewi Syam
(matahari).Para dewa dan dewi dipuja di berbagai tempat ibadah yang
masing-masing menpunyai pengikutnya sendiri.
Kaum
nomad padang pasir tidak mempunyai agama formal atau doktrin tertentu. Mereka
menganut apa yang disebut dengan “humanisme suku”, dimana yang paling penting
adalah keunggulan manusia dan kehormatan suku.
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø Bangsa Arab adalah salah satu entitas
yang berasal dari keturunan Sam, putra tertua Nabi Nuh. Entitas lainnya adalah
Romawi dan Persia. Mereka berdomisili disekitar wilayah barat daya benua Asia
(al-Janub al-Gharbi min Asia), atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung
Arabia.
Ø Kondisi politik internal wilayah Arabia
di masa Jahiliyah memjelang kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal kepemimpinan sentral ataupun
persatuan. Kepemimpinan politik di sana didasarkan pada suku-suku atau
kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain.
Ø Sumber ekonomi utama yang menjadi
penghasilan orang Arab adalah perdagangan dan bisnis.
Ø Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak
pada bahasanya. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun Semit yang
paling sempurna dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang,
kemudian mengalami perkembangan sangat pesat karenanya.
Ø Bangsa Arab sebelum Islam banyak yang menyembah
berhala.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Tim Karya Ilmiah Purnasiswa MHM 2006, Sejarah Tasyri’ Islam, Periosdisasi
Legislasi Islam dalam Bingkai Sejarah (Lirboyo: Forum Pengembangan Intelektual
Islam, 2006)
2.
Ahmad al ‘Usairy, Penerjemah: H. Samson
Rahman, Sejarah Islam cet. 2, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003)
3.
Drs. Badri Yatim, M. A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008)
4.
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004)
5.
Ira M. Lapidus; Penerjemah, Ghufron A.
Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
6. http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/05/13/kondisi-bangsa-arab-pra-islam/
7.
http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/05/13/kondisi-bangsa-arab-pra-islam/
0 komentar:
Posting Komentar