BAB II
2.1 Pembahasan
1.
Pengertian Penalaran
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran
adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri
tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain
menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola
berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam
penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta.Mereka yang berpendapat
bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan
mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia
merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme.
Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Melalui proses penalaran, kita dapat
sampai pada kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran
disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis
berdasarkan fakta yang relevan. Dengan kata lain,penalaran adalah proses
penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.
Menurut tim balai pustaka istilah penalaran mengandung tiga
pengertian diantaranya:
1)
Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berfikir logis.
2)
Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan
perasaan atau pengalman.
3)
Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip.
2.
Penalaran mempunyai ciri-ciri yaitu :
Ø Dilakukan
dengan sadar
Ø Didasarkan oleh
sesuatu yang sudah di ketahui
Ø Sistematis
Ø Terarah dan
bertujuan
Ø Menghasilkan
kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan dan sikap terbaru
Ø sadar tujuan
Ø premis berupa
pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang di dapatkan
Ø pola pemikiran
tertentu
Ø sifat empiris
nasional
3.
Salah nalar ada dua macam:
1)
Salah nalar induktif, berupa :
Ø kesalahan
karena generalisasi yang terlalu luas,
Ø kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
Ø kesalahan
analogi.
2)
Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
Ø kesalahan
karena premis mayor tidak dibatasi;
Ø kesalahan
karena adanya term keempat;
Ø kesalahan
karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
Ø kesalahan
karena adanya 2 premis negatif.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali
kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi
secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan,
seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada pula kesalahan yang terjadi
karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan
tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan yang
berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini
akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan
karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses
penalarannya yang merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau
simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar.
4.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran,
maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika
syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu
yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di
sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebagai premis tepat.
2.2 Pendekatan deduktif dan Indukti
Penelitian dengan pendekatan deduktif mendasarkan diri pada
cara “ berpola pikir secara deduktif”, yaitu menguji kebenaran
materiil kasus berdasarkan dalil, hukum, teori atau preposisi umum uiversal
lain disimpulkan secara khusus. Sedangkan penelitian dengan pendekatan induktif
mendasari diri pada “ berpikir secara induktif”, yaitu berpijak pada hal-hal
yang bersifat khusus( fakta) kemudian mengambil kesimpulan umum apakah sesuai
dengan dalil, hukum, dan teori yang ada.
Teori
Induktif Deduktif
Fakta Ferifikasi
Proposisi pada umumnya dikenal dengan nama;
asumsi, aksioma,postulat, teori dan tesis. Yang dimaksud dengan ansumsi adalah
preposisi universal yang self-evident benar
dan tidak memerlukan pembuktian. Aksioma merupakan pernyataan tentang sejumlah
hubungan tertentu dan kebenaran itu (kalau perlu) dapat dibuktikan, dengan itu
dikenal dengan postulat yang berlaku dalam ilmu sosial.
Tesis merupakan pernyataan yang telah diuji
kebenarannya lewat evidensi, mungkin berlandaskan empirik, yang lain mungkin
melandaskan pada argumentasi, hal itu tergantung pada teori ilmu yang dianut
dan teori merupakan konstruksi pernyataan yang integratif yang didalamnya
terkandung asumsi, aksioma/postulat, sejumlah tesis dan sejumlah preposisi
serta biasanya teori yang valid lebih banyak memuat tesisi daripada proposisi.
Terdapat bermacam-macam penarikan
kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang
memusatkan diri kapada penalaran ilmiah, yakni logika induktif dan
logika deduktif. Logika induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan
yang bersifat umum. Sedangkan dipihak lain logika deduktif membantu menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(khusus).
A.
Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum.
Berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum
yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti.
Contoh :
Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata,
kerbau mempunyai mata, dan harimau mempunyai mata. Dari kenyataan-kenyataan
ini, kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum, yaitu semua binatang
yang berkaki empat mempunyai mata.
I.
Macam-macam penalaran Induktif
1)
Generalisasi
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik
kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa
khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
·
Nikita Willy adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
·
Marshanda adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi : Semua bintang
sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang
sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas(pernyataaan
yang masih mentah) karena belum pernah diselidiki kebenarannya dan dapat
menimbulkan kesalahan.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan,
tetapi tidak berparas cantik.
Macam – macam generalisasi:
a.
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena
yang menjadi dasar kesimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan
yang amat kuat dan tidak dapat diserang,tetapi tetap saja yang belum
diselidiki.
b.
Generalisasi tidak sempurana adalah generalisasi berdasarkan
sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari
satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai
kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat
dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang
berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada
bagian awal.
Generalisasi juga disebut induksi
tidak sempurna (tidak lengkap). Guna menghindari generalisasi yang terburu-buru,
Aristoteles berpendapat bahwa bentuk induksi semacam ini harus di dasarkan pada
pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan, tapi semacam ini jarang di
capai. Jadi kita harus mencari jalan yang lebih prakis guna membuat
generalisasi yang sah.
Tiga cara pengujian untuk menentukan generalisasi:
a). Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat menambah
probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan kritis untuk menentukan
apakah generalisasi (mencapai probabilitas).
b). Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki cukup
representatif mewakili kelompok yang di periksa.
c). Apabila ada kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di
perhatikan dalam membuat dan melancarkan
generalisasi?
2)
Analogi
Analogi Induktif adalah suatu cara
berfikir yang didasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki
suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa
karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan
perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
Analogi
induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang
sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang
diperbandingkan.
Cara
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
v Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
a)
Membandingkan
beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
b)
Meramalkan
kesaman
c)
Menyingkapkan
kekeliruan
d)
klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian
pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong
dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan
kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
3)
Hubungan Kausalitas
Berupa sebab sampai kepada
kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab
akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke
sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke
akibat dan akibat ke sebab.
Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:
a.
Hubungan sebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan
fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada
pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab
merupakan gagasan penjelas. Contoh:
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai
mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka
bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses
sosialisasi itu.
b.
Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang
menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya. Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula
anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak
dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan
oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.
c.
Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang
dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian
beberapa akibat. Contoh :
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam
negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan
lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya,
dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker
naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan
naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport
harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh
karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha
menaikan pendapatan rakyat.
B.
Pengertian Penalaran Deduktif
1) Menurut Jujun S Suriasumantri
Deduksi adalah cara berpikir dimana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Silogismus
disusun dari dua buah pernytaan dan kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus
ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan ysng didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut,contoh:
Semua makhluk
mempunyai mata ( Premis
mayor)
Si Polan adalah
makhluk hidup (
Premis minor)
Jadi Si Polan
mempunyai mata (
Kesimpulan)
Kesimpulan yang
diambil bahwa si Polan mempunyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif,
sebab kesimpulan ini ditarik secar logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan itu benara maka hal ini harus dikembalikan kepada
kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya
adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah
benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya benar,
sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak sah.
Dengan demikian
maka ketepatan penarikkan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran
premis mayor, kebenaran premis minor dan keabshan pengambilan kesimpulan.
Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi
maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
2) Menurut Wikipedia
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
3) Menurut Diktat Universitas Sumatera Utara
Deduksi merupakan proses pengambilan
kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil
analisis data.
4) Menurut Santoso
Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pengertian deduktif adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa
kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran Deduktif adalah proses
penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini
disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni
dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang
lebih rendah.Proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari
suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
A.
Macam – Macam Penalaran Deduktif
1.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan. Contohnya:
·
Semua manusia akan mati
·
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi /
kesimpulan)
Macam-macam Deduktif Silogisme:
a.
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah
silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan
b.
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa
proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik(dengan
pasti). Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)
c.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
2.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
Penalaran ilmiah pada hakikatnya
merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut
penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan
empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang
sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara
empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat
sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Penalaran ilmiah pada hakikatnya
merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif.
1.
Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan
berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3
jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat
ataupun hubungan akibat–sebab.
2.
Penalaran Deduktif adalah
proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut
Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan entimen.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun
secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang
sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses
induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk
menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian
hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa
nalar deduktif dan nalar induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan
yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar