Senin, 04 November 2013

Ragam Bahasa



PEMBAHASAN
2.1 Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan media pengantar dan situasi pemakaiannya. Berdasarkan media pengantarnya, ragam bahasa dapat dibagi atas dua macam, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Serta berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibagi atas tiga macam, yaitu ragam formal, ragam semi formal, dan ragam non formal.
Jumlah ragam bahasa ada lima, yaitu:           
1. Ragam Lisan
2. Ragam Tulis
3. Ragam Formal
4. Ragam Semi Formal
5. Ragam Nonformal
Jika ada nama atau istilah yang lain berhubungan dengan variasi bahasa, sebaiknya tidak dilekatkan dengan istilah ragam bahasa, agar tidak terjadi kerancuan. Istilah ragam sastra, ragam jurnalistik, ragam ilmiah, dan lain-lain yang sebelum ini kita pakai, mulai saat ini sebaiknya diganti menjadi laras sastra, laras jurnalistik, laras ilmiah dan aneka laras yang lainnya. Dan perlu diketahui, ragam bahasa itu berbeda dengan laras bahasa. Oleh sebab itu tidak boleh menyamakan antara ragam bahasa dengan laras bahasa.
Dalam praktik pemakaiannya, para penutur bahasa tentulah dapat merasakan perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis. Perbedaan itu dapat dilihat sebagai berikut.
1.      Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang siap mendengar apa  yang diucapkan oleh seseorang, sedangkan ragam tulis tidak selalu memerlukan “lawan bicara” yang siap membaca apa yang dituliskan oleh seseorang.
2.      Di dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan tidak selalu dinyatakan dengan kata-kata, melainkan bisa dengan bantuan gerak tubuh, mimik muka, atau dengan menunjuk benda. Akan tetapi di dalam ragam tulis, fungsi gramatikal harus dinyatakan secara eksplisit atau divisualisasikan agar orang-orang yang membaca suatu tulisan, misal daalm majalah, surat kabar atau buku-buku dapat memahami maksud penulisannya.
3.      Ragam lisan terikat pada ruang, waktu, situasi dan kondisi; sedangkan ragam tulis tidak.
4.      Di dalam ragam lisan makna dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang pendeknya nada suaara, sedangkan dalam ragam tulis ditentukan oleh pemakaian tanda baca.
Uraian diatas tidak di maksudkan untuk mengatakan bahwa ragam lisan lebih unggul dari ragam tulis atau sebagainya,tatapi hanya sekedar mengingatkan bahwa antara bahwa ragam lisan dan ragam tulis terdapat perbedaan dan di sarankan bagi orang yang ingin menguasai bahasa secara maksimal sebagai alat komunikasi hendaknya menguasai keduanya.
            Jika seseorang hanya menguasai satu ragam lisan saja atau tulis saja  sebenarnya kemampuan berkomunikasinya kurang lengkap.Menggunakan  satu jenis komunikasi saja ternyata tidak cukup. Alangkah idealnya jika di satu sisi seseorang terampil berbicara, berceramah, berdiskusi; dan di sisi lain iya terampil pula menulis surat, menulis makalah, dan menulis artikel.Jadi, berkomunikasi secara  lisan dan tulis sama pentingnya karena keduanya saling melengkapi.Di bawah ini membuat argumen yang menyatakan  pernyataan tersebut.
2.2 Keunggulan Berkomunikasi Secara Lisan dan Tulis
1.      Keunggulan komunikasi lisan atau ragam lisan 
a.Berlaku cepat
b.Sering berlangsung tanpa alat bantu
c.kesalahan dapat langsung di koreksi
e.Dapat di bantu dengan gerak tubuh dan mimik muka.
2. Keunggulan komunikasi tulis atau ragam tulis
a.       Mempunyai bukti
b.      Dasar hukumnya kuat
c.       Dapat disajikan lebih matang atau bersih
d.      Lebih sulit dimanipulasi.
2.3 Kelemahan Berkomunikasi Secara Lisan dan Tulis
1.Kelemahan  komunikasi lisan atau ragam lisan
a.       Tidak selalu mempunyai bukti atau autentik
b.      Dasar hukumnya lemah
c.       Sulit disajikan secara matang/bersih
d.      Mudah dimanipulasi
2.      Kelemahan komunikasi tulis atau ragam tulis
a.       Berlangsung lambat
b.      Selalu memakai alat bantu
c.       Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
d.      Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka
Saat ini masyarakat dan lingkungan kita masih kurang menyadari perlunya ketrampilan menggunakan ragam lisan dan tulis secara berimbang. Dan yang sudah cukup baik adalah pemahaman tentang perbedaan ragam lisan dan ragam tulis, karena hal-hal konstranstif yang telah dideskripsikan di atas, dan secara tidak sadar, mau tidak mau mereka alami dalam praktik pemakaian.
Dan di tengah masyarakat, pemakaian ragam formal, semiformal dan nonformal tampak campur aduk. Sebenarnya, sebagai penutur bahasa Indonesia perbedaan ketiga ragam itulah yang sangat perlu dipahami, karena setiap hari kita memakai salah satu bahkan ketiga ragam tersebut. Yang menjadi masalah saat ini adalah banyak penutur yang masih bisa ragam nonformal merasa dirinya sudah mampu memakai ragam formal. Selain itu, banyak penutur yang belum bisa membedakan secara tegas antara ragam semiformal dan ragam formal.
Untuk pegangan sekaligus sebagai patokan dalam berbahasa, di bawah ini ada beberapa contoh sederhana yang memperlihatkan pemakaian kata ganti dan sapaan; imbuhan dan partikel penegas; serta pilihan kata tertentu jika akan menggunakan ragam formal, semiformal dan nonformal. Dan pemakaian bahasa di bawah ini dari bahasa Jawa dan bahasa Betawi hanyalah sebatas contoh.
2.4 Pemakaian Kata Ganti dan Sapaan; Imbuhan dan Partikel Penegas; Serta Pilihan Kata Tertentu dalam Ragam Formal, Semiformal dan Nonformal.
Ragam
Kata Ganti dan Sapaan
Imbuhan dan Partikel Penegas
Pilihan Kata Tertentu





Formal



saya-Anda
saya-Bapak
saya-Ibu
saya-Saudara


...sudah menerima...
...sudah membaca... betulkan
mengobrol
minum kopi
beri tahu(kan)
sudah
tidak
begitu
seperti itu
sebentar
saja
laki-laki/pria
perempuan/wanita




Semiformal
aku-bung
aku-kamu
aku-mas/dik
aku/mbak
...sudah terima...
...sudah baca...
betulin/bikin betul
ngobrol
ngopi
lho, kok
sih, deh
kasih tahu
sudah
tidak
gitu
kayak gitu
sebentar
saja
orang laki-laki/anak laki
orang perempuan/anak perempuan





Nonformal
gue-Bang/Mbak
gue-lu(elu)
gue-Neng
gue-Situ
...udah terima...
...udah baca...
betulin
ngobrol
ngopi
lho,kok
sih,deh
bilang(in)/omong(in)
udah
nggak
gitu
kek gitu
entar/bentar
aja
cowok
cewek

Para penutur bahasa Indonesia hendaknya mengetahui kapan menggunakan salah satu ragam dengan tepat. Ragam nonformal dapat dipakai jika penutur dan komunikannya berasal dari etnik yang sama, atau dengan sesama teman. Jika penutur melihat mitranya sebagai orang biasa yang tidak perlu “dihormati” dan pendidikan atau status sosial mitranya juga tidak tinggi, ragam nonformal tidak dipakai. Pilihan ragam akan beralih ke ragam semi formal atau ragam formal jika para penutur dan mitranya multietnik, situasinya resmi, status sosial komunikan tinggi dan topik pembicaraan serius. Jadi penetapan ragam bahasa yang dipakai bergantung pada situasi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antarpelaku dalam berkomunikasi.
Banyak pertanyaan mengapa kita harus mempelajari bahasa Indonesia? Bukankah kita sudah pandai bahasa Indonesia seperti tampak sehari-hari? Apakah belajar bahasa Indonesia tidak membuang-buang waktu?
Pertanyan tersebut dapat dijawab dengan, kita sebagai orang Indonesia  sudah tentu terampil dalam berbahasa Indonesia dengan lisan maupun tulis. Buktinya, kita sangat lancar dalam mengobrol dengan tetangga; bersenda gurau dengan teman; atau berbelanja di warung kecil; menulis surat kepada teman kita; menulis buku harian; surat pada pacar, dan sebagainya. Lalu kapan seseorang mengalami kesulitan memakai bahasa?
Dalam berbahasa lisan kesulitan dapat muncul misalnya pada saat seseorang ditunjuk menjadi ketua panitia dari suatu kegiatan yang menuntut dirinya harus memimpin rapat dengan serius; menyampaikan kata sambutan dan berpidato; atau ketika harus mempresentasikan suatu progam. Dan biasanya orang yang seperti itu akan bertanya ke kana dan kiri untuk minta diajari kata-kata apa saja yang harus diucapkan dan bagaimana caranya agar bahasanyaa nanti terdengar bagus oleh audience.
Sedang dalam berbahasa tulis kesulitannya terasa saat waktu seseorang harus menulis surat kepada pejabat pemerintah atau kepada suatu organisasi, misalnya menulis surat permohonan atau pada saat seseorang diminta menulis makalah atau menyusun proposal. Setelah mengalami hal-hal yang seperti itulah baru mereka menjadi ribut meminta bantuan kesana kemari karena bahasa yang tadinya terasa enteng sewaktu menulis surat pada teman, ternyata tidak cocok untuk menulis surat resmi, makalah dan proposal.
Kondisi tersebut biasanya terjadi karena kondisi yang sudah berbeda. Bahasa yang kita pakai dalam keseharian pun didominasi oleh ragam nonformal dan ragam semiformal. Kedua ragam ini hanya cocok dipakai untuk situasi yang tidak resmi,semisal ketika mengobrol (lisan) dan menulis catatan harian (tulis). Bahasa seperti itu tidak baku/tidak standar, tidak berlaku umum, dan serasa tidak terpelajar. Ragam nonformal tidak bisa digunakan untuk berdiskusi ilmiah, berbicara dalam rapat yang resmi, presentasi sesuatu, menulis surat resmi, menulis laporan dan lain sebagainya.
2.5 Pemakaian Ragam Bahasa nonformal dan Ragam Formal
Ragam Nonformal Lisan
Ragam Formal Lisan
Dipakai untuk
 berbicara sehari-hari di rumah
 bergunjing
 bercerita
 mengobrol
Dipakai untuk
 berceramah
 berpidato
 berdiskusi
 mempresentasikan sesuatu
Ragam Nonformal Tulis
Ragam Formal Lisan
 menulis surat kepada kerabat
 menulis surat kepada teman
 menulis surat kepada pacar
 menulis catatan harian
 menulis surat resmi
 menulis makalah, artikel
 menulis proposal
 menulis laporan foormal

Uraian di atas dapat dianggap sebagai salah satu jawaban atas pertanyaan mengapa kita harus atau masih perlu mempelajari bahasa Indonesia. Karena sebagian besar masyarakat hanya mengetahui ragam nonformal. Sebenarnya mereka perlu meningkatkan ketrampilan berbahasa dengan mempelajari ragam formal karena kegiatan berkomunikasi tidak mungkin terus-menerus berlangsung dalam situasi yang tidak resmi. Dalam era globalisasi ini menuntut agar para pelakunya mampu memakai ragam formal karena aktifitas masyarakat modern umumnya didominasi oleh kegiatan yang bersifat resmi.
Belajar bahasa Indonesia sangatlah penting, karena bahasa sendiri bersifat dinamis dan terus berkembang. Perkembangan bahasa Indonnesia yang masih mencari bentuk menuju pembakuan yang mantap, berlangsung sangat cepat.

0 komentar:

Posting Komentar