Sabtu, 12 Oktober 2013

Tata Surya Dan Karakteristik Anggotanya



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Tata Surya kita adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek Tata surya termasuk Matahri sebagai pusatnya, delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Dari kesemua anggota Tata surya, hanya di Planet Bumi yang ada kehidupan. Beberapa ilmuwan, akhir-akhir ini mengatakan bahwasannya ditemukan kehidupan diplanet selain Bumi namun, hal itu tidak menunjang beberapa aspek untuk dikatakan ada kehidupan didalamnya.
Oleh karena itu, Penulis mengambil judul “Tata Surya dan kharakteristik anggotanya ” dengan harapan dapat membantu para pembaca. Dengan adanya paper ini bukan berarti benda langit hanya itu saja tetapi masih ada banyak lagi yang tidak dapat ditangkap oleh indera manusia sehingga kita harus banyak belajar.

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu :
1.         Bagaimana pengertiana dan Hipotesis terjadinya Tata Surya?
2.         Apa saja pengelompokkam planet beserta kharakteristik anggota Tata Surya?

C.      Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui pengertian dan hipotesis terjadinya Tata Surya.
2.         Untuk mengetahui pengelompokkan planet beserta kharakteristik anggota Tata Surya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Tata Surya
Pada awal kelahirannya, jagat raya yang kita diami ini adalah tempat yang sepi dan tidak memiliki kehidupan. Berdasarkan perhitungan terbaru dari para astronom, kehidupan baru mulai muncul paling tidak 500 juta tahun setelah Big Bang. Sebelumnya, saat bintang-bintang generasi pertama dan kedua baru muncul, jagat raya masih belum memiliki lingkungan yang cocok bagi kehidupan untuk berkembang. Teori menyebutkan bahwa kelahiran jagat raya ditandai dengan Big Bang, suatu ledakan yang menyebabkan jagat raya dipenuhi panas dan radiasi. Secara teori, diperlukan 300-an juta tahun untuk membuat jagat raya dingin kembali. Pada masa itu lahirlah bintang-bintang generasi pertama yang terbentuk dari hydrogen dan sedikit helium. Bintang-bintang itu berukuran sangat besar, jauh lebih besar dari bintang masa kini dan beratnya mencapai 200 kali massa Matahari. Namun, mereka diperkirakan tidak hidup lebih dari beberapa juta tahun dan lebih cepat mati. Kematian bintang-bintang raksasa itu ditandai suatu ledakan supernova dahsyat, yang menyempurnakan partikel-partikel ke ruang angkasa. Hasil ledakan bintang generasi pertama ini membentuk bintang-bintang bermassa kecil seperti Matahari.
Tata surya sering disebut “Sistem Matahari” (The Solar System),  “Kerajaan Matahari” (The Kingdom of the Sun) atau “Keluarga Matahari” (The Sun and Its Family). Tata surya merupakan suatu system yang terdiri atas Matahari, planet-panet, dan berbagai benda langit seperti satelit, komet, dan asteroid. Planet-planet berevolusi mengelilingi Matahari dengan orbit (garis edar) yang berbentuk elips. Beberapa planet mempunyai satelit. Satelit ini berputar mengelilingi planet dan bersama planet mengelilingi Matahari. Jadi tata surya merupakan system rotasi yang berpusat pada Matahari.
Ilmu yang mempelajari bintang dan benda-benda angkasa lain disebut astronomi, yang merupakan salah satu ilmu eksakta. Astronomi Yunani yang artinya bintang (star). Setelah 76 tahun, Pluto berstatus sebagai planet. Namun sejak Agustus 2006, persatuan ahli astronomi internasional memutuskan mengeliminasi Pluto dari system tata surya. Pluto digolongkan sebagai anggota tata surya yang sejajar dengan Eris dan Ceres.

B.       Hipotesis Terjadinya Tata Surya
1.        Hipotesis Kabut/Nebula Kant dan Laplace
Kelahiran planet diduga dari wujud yang sama dengan Matahari atau planet lahir dari Matahari. Fakta menunjukkan bahwa planet-planet terletak pada bidang yang mendekati datar. Ada beberapa teori pembentukan tata surya, diantaranya yang terkenal adalah hipotesis kabut atau teori kondensasi (pengentalan) yang dikemukakan oleh filosof jerman, Immanuel Kant pada tahun 1755, kemudian dikembangkan oleh ahli matematika Prancis, Pierre Laplace pada tahun 1796.
Menurut teori ini, menceritakan kejadian tersebut dalam tiga tahap.
a.         Matahari dan planet-planet lain masih berbentuk gas dank abut yang begitu pekat dan besar.
b.   Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat dan terjadi pemadatan di pusat lingkaran yang kemuudian membentuk Matahari. Pada saat yang sama, materi lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dan Matahari yang disebut sebagai planet bergerak mengelilingi Matahari.
c.      Materi-materi tersebut tumbuh semakin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi Matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk susunan planet keluarga Matahari.

2.        Hipotesis Planetesimal dari Moulton dan Chamberlain
Moulton dan Chamberlain berpendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal yang mengelilingi inti yang berwujud gas bersuhu tinggi. Gabungan bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat gas dan bersuhu tinggi membentuk Matahari.


3.        Hipotesis Pasang Surut dari Jeans dan Jefferys
Astronom Jeans dan Jefferys mengemukakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya adalah Matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari Matahari yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat Matahari. Bagian yang terlepas itu seperti cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi Matahari sehingga lama kelamaan mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.

4.        Hipotesis Bintang Kembar dari Lyttleton
Hipotesis ini menyatakan bahwa pada awalnya Matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan yang lain saling mengelilingi, pada suatu massa melintas bintang lainnya dan menabrak salah satu bintang kembar itu dan menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planet yang mengelilingi bintang yang tidak hancur, yaitu Matahari.

5.        Hipotesis Awan Debu dari Weizsaecker dan Kuiper
Weizsaecker dan Kuiper berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hydrogen dan helium). Ketidakaturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi Matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet.

C.      Pengelompokan Planet
1.        Berdasarkan jarak ke Matahari, planet-planet dibedakan atas:
a.         Planet-planet dalam
Planet-planet yang jarak rata-ratanya ke Matahari lebih pendek dari jarak rata-rata Bumi-Matahari dikelompokkan sebagai planet dalam. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Planet Merkurius dan Venus.
b.         Planet-planet luar
Planet-planet yang jarak rata-ratanya ke Matahari lebih panjang dibandingkan dengan jarak rata-rata Bumi-Matahari dikelompokkan ke dalam planet luar. Termasuk kelompok ini adalah Planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
2.        Berdasarkan massanya, planet-planet dibedakan atas:
a.         Planet Superior (bermassa besar) terdiri atas Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
b.         Planet Inferior (bermassa kecil) terdiri atas Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

D.      Karakteristik Anggota Tata Surya
Tata surya terdiri atas Matahari, delapan planet, dan berbagai benda-benda langit seperti satelit, komet dan asteroida. Planet-planet berevolusi mengelilingi matahari dengan orbit berbentuk elips. Beberapa planet mempunyai satelit. Satelit itu berputar mengelilingi planet dan bersama dengan planet lainnya mengelilingi Matahari. Jadi, tata surya merupakan system rotasi yang berpusat pada Matahari.
1.        Matahari
Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri dan bintang yang paling dekat dengan Bumi yaitu Matahari. Kumpulan bintang disebut galaksi dan Matahari termasuk dalam galaksi Bimasakti. Matahari adalah bintang yang relative kecil didalam jagat raya dan yang paling dekat dengan Bumi. Jarak rata-rata Bumi – Matahari adalah 150 juta kilometre atau disebut satu Satuan Astronomis (1 SA). Matahari terbentuk 5 milyar tahun yang lalu, terdiri atas bola api raksasa. Suhu permukaan Matahari sekitar 6.000oC, tetapi bagian intinya mencapai 15 juta derajat celcius. Matahari terdiri atas materi gas dengan komposisi hydrogen (70%), helium (25%), dan unsur lain (5%).
2.        Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya. Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.
3.        Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti Bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
4.        Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet Bumi di dalam Tata Surya.
5.        Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
6.        Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
7.        Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
8.        Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.

9.        Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
10.    Pluto
(rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto gagal mendominasi orbitnya disekitar matahari seperti yang dilakukan planet lain. Dianggap sebagai planet kecil, para ilmuwan menyepakati syarat benda angkasa yang disebut planet adalah harus berada di orbit sekitar matahari, ukurannya cukup besar sehingga bentuknya hampir bulat dan menjauhkan orbitnya dari benda-benda lain.
11.    Bulan (Moon)
Bulan merupakan benda angkasa berbentuk bulat yang beredar mengelilingi bumi dalam satu lintasan garis edar tertentu (orbit). Oleh karena itu bulan disebut sebagai satelit alam bumi. Diameternya sekitar 3.476 km atau sekitar tiga perempat diameter bumi, jarak rata-rata ke Bumi sekitar 384.000 km. periode revolusi bulan terhadap Bumi sekitar 27,3 hari atau satu bulan ideris, yaitu peredaran Bulan mengelilingi Bumi dalam satu lingkaran penuh.
12.    Asteroid
Secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku. Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter. Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometre.  Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid. Asteroid yang terbesar adalah Ceres.
13.    Komet
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Komet terdiri atas pecahan benda angkasa, es, dan gas yang membeku. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Tata surya adalah system rotasi yang berpusat pada Matahari dan terdiri atas planet-panet, dan berbagai benda langit seperti satelit, komet, dan asteroid. Planet-planet berevolusi mengelilingi Matahari dengan orbit (garis edar) yang berbentuk elips. Adapun Hipotesis terjadinya Tata surya terdiri dari:
1.    Hipotesis Kabut/Nebula Kant dan Laplace
2.    Hipotesis Planetesimal dari Moulton dan Chamberlain
3.    Hipotesis Pasang Surut dari Jeans dan Jefferys
4.    Hipotesis Bintang Kembar dari Lyttleton
5.    Hipotesis Awan Debu dari Weizsaecker dan Kuiper
Pengelompokan planet dibagi berdasarkan jarak ke Matahari yang terdiri dari planet-planet dalam dan planet-planet luar dan dibedakan berdasarkan massanya yang terdiri dari planet Superior dan planet Inferior.
B.       Saran
Materi mengenai Tata surya dan kharakteristik anggotanya ini, penulis berharap agar dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan keilmuan yang lebih luas.
Cukup kiranya bahasan penulis tentang materi ini, kami sadar sepenuhnya paper ini masih jauh dari sempurna. Mohon kiranya saudara pembaca memberikan masukan demi adanya perbaikan di tugas penulis selanjutnya. Akhir kata kami sampaikan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 2010. Geografi Untuk Kelas X SMA/MA Semester 1. Surakarta: PT Widya Duta Grafika.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tata Surya  (diakses pada 30 September 2013).

2 komentar:

  1. Semua akhli sepakat bahwa panas di bagian Inti Matahari
    mencapai 15 Juta Derajat Celcius.
    Dalam sebuah diskusi rutin saya bertanya kepada Ki Mandalajati Niskala:
    “Ki, berapa panas di bagian Inti Matahari”?
    Mandalajati Niskala menjawab: “SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN”.
    Saya jadi penasaran khawatir Ki Mandalajati Niskala salah
    mendengar pertanyaan sehingga salah memberikan jawaban.
    Saya mengulang pertanyaan:
    “KI, BERAPA PANAS DI BAGIAN INTI MATAHARIIIIIIII”?
    Beliau serentak menjawab:
    “PANAS DI BAGIAN INTI MATAHARIIIIIIII
    ADALAAAAH SEDINGIIIIIN AIIIIR PEGUNUNGAAAAAAN”.
    Beliau menambahkan:
    “KALAU TIDAK PERCAYAAAAA SILAKAN BUKTIKAN SENDIRIIIII”.
    Saya kaget: “WOOOOOOOOOW MANDALAJATI NISKALA GILAAAAAAA……!”
    Beliau mengatakan bahwa kulit Matahari memang sangat panas,
    tapi suhu Inti Matahari TETAP SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN.
    Mandalajati Niskala sangat logis menjelaskan kepada banyak
    pihak bahwa MATAHARI ADALAH GUMPALAN BOLA AIR RAKSASA
    YANG BERADA PADA RUANG HAMPA BERTEKANAN MINUS,
    SEHINGGA DI BAGIAN SELURUH SISI BOLA AIR RAKSASA TERSEBUT
    IKATAN H2O PUTUS MENJADI GAS HIDROGEN DAN GAS OKSIGEN,
    YANG SERTA MERTA AKAN TERBAKAR DISAAT TERJADI
    PEMUTUSAN IKATAN TERSEBUT.
    Suhu kulit Matahari menjadi sangat panas karena Oksigen
    dan Hidrogen terbakar, tapi suhu Inti Matahari
    TETAP SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN.
    Mandalajati Niskala menegaskan:
    “CATAT YA SEMUA BINTANG TERBUAT DARI AIR DAN SUHU PANAS
    INTI BINTANG SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN. TITIK”.
    Begitu kata Mandalajati Niskala.
    Memang mandalajati Niskala ORANG GILA KALIIIIII…..!!!
    TEORI YANG SUDAH MAPAN AMBRUK DIANTITESIS.

    Filsuf Sunda Mandalajati Niskala dalam banyak dialog
    sering mengungkap rahasia ke~Jagatraya~an.
    Beliau banyak melontarkan hipotesa,
    bahkan sering menyatakan antitesis yang sangat fenomenal
    terhadap kemapanan ilmu pengetahuan.
    Belakangan ini Mandalajati Niskala ‘berantitesis’:
    “GAYA GRAVITASI BUKAN DITIMBULKAN OLEH ADANYA
    MASSA PADA SEBUAH ZAT ATAU BENDA”.
    Berbicara soal Gravitasi, banyak Para Akhli bertanya:
    “Bagaimana Jika Gaya Gravitasi Bumi Menghilang”?
    Menurut Mandalajati Niskala:
    “Pasti semua orang DENGAN MUDAH SEKALI dapat membayangkan sebuah
    keadaan yang akan terjadi jika Bumi kehilangan Gaya Gravitasi”.

    Kata Mandalajati Niskala jika ada pertanyaan seperti itu,
    SEBENARNYA PERTANYAAN KURANG MENARIK.
    Mungkin tiga pertanyaan dari Mandalajati Niskala di bawah ini
    cukup menantang bagi orang-orang yang mau berpikir:
    1) BAGAIMANA TERJADINYA GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?
    2) BAGAIMANA MENGHILANGKAN GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?
    3) BAGAIMANA MEMBUAT GAYA GRAVITASI DI PLANET LAIN YG TIDAK MEMILIKI GAYA GRAVITASI?
    Pernyataan yang paling menarik dari Mandalajati Niskala sbb:
    1) Matahari tidak memiliki Gravitasi tapi memiliki ANTI GRAVITASI.
    2) Suhu di Inti Matahari SEDINGIN AIR PEGUNUNGAN,
    padahal kata Para Akhli di seluruh Dunia suhu Inti Matahari
    LIMA BELAS JUTA DERAJAT CELCIUS.
    3) Jumlah bintang di alam semesta adalah 1.000.000.000.000.000.000.000.000.000
    4) Jumlah galaksi di alam semesta adalah 80.000.000.000.000
    5) Jumlah bintang di setiap galaksi sekitar 13.000.000.000.000

    Saya mendapat penjelasan dari Mandalajati Niskala,
    namun tentu tidak akan saya jelaskan kembali disini.
    Yang pasti Filsuf Sunda Mandalajati Niskala
    memiliki semua jawaban tersebut secara tuntas.

    Memang pernyataan Mandalajati Niskala membuat para akhli geleng kepala.
    Mandalajati Niskala pantas juga menyandang gelar
    Sang Pembaharu Dunia di Abad 21

    Selamat berfikir
    @Sandi Kaladia

    BalasHapus