Rabu, 30 Oktober 2013

Teori Big Bang dan dalam Perspektif Al-Quran




PEMBAHASAN

A. Teori Ledakan Hebat (Big Bang)
           
         Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang,  membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya menghasilkan ledakan maha dahsyat. 
             Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus mengembang. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
          Big bang dan Alam Semesta yang mengembang pada tahun 1929. Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar. Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin. Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.

         Perkembangan Teori Ledakan Hebat (Big Bang)
Berbagai teori tentang jagat raya membentuk suatu bidang studi yang dikenal dengan Kosmologi. Einstein adalah ahli kosmologi modern pertama. Tahun 1915 ia menyempurnakan teori umumya tentang relativitas, yang kemudian diterapkan dalam pendistribusian zat diruang angkasa.
Pada tahun 1917 ditemukan bahwa ada massa bahan yang hampir seragam dimana keseimbangannya tak tentu antara kekuatan gaya gravitasi dan dorong antara kekuatan gaya gravitasi dan kekuatan dorong kosmis lainnya.
Pada tahun 1922 seorang ahli fisika Rusia memecahkan soal itu dengan  cara lain. Ia mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan, bahkan jagat raya terus meluas dan seluruh partikel bergerak saling menjauh dengan kecepatan tinggi. Sebab dengan kekuatan tarik gravitasi, perluasan tersebut semakin melambat. Dalam model jagat raya ini, perluasan tersebut dimulai dengan suatu “ledakan hebat”.
Teori Ledakan Hebat sebetulnya berlawanan dengan pengetahuan astronomi zaman sekarang. Bintang dalam galaksi Bima Sakti bukannya saling menjauhi satu sama lain, tetapi malahan berjalan dalamn orbit sikular mengelilingi bagian pusatnya yang padat. Pada tahun 1929  Edwin Hubble, ahli astronomi dan Observatorium Mount Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi yang telah diamatinya sebenarnya menajuhi kita, dengan kecepatan beberapa ribu kilometer per detik. Rupanya galaksi-galaksi tersebut, termasuk Bima Sakti kita, senantiasa menjaga bentuk keutuhan internya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu secara sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, seperti partikel yang bergerak mengarungi luar angkasa.

         Tahapan-tahapan Terjadinya Ledakan Hebat (Big Bang)
Tahapan-tahapan terjadinya big bang adalah:
         Segera setelah terjadi dentuman besar, alam semesta mengembang dengan cepat hingga menjadi kira-kira 2000 kali matahari.
   Sebelum berusia satu detik, semua partikel hadir dalam keseimbangan. satu detik setelah dentuman, alam semesta membentuk partikel-partikel dasar yaitu elektron, proton, neutron dan neutrino pada suhu 10 milyar kelvin.
     Kira-kira 500 ribu tahun telah terjadi ledakan, lambat laun alam semesta menjadi dingin hingga mencapai suhu 3000 K. partikel-partikel dasar membentuk benih kehidupan alam semesta.
    Gas hidrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang tak teratur. dalam kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk protogalaksi.
    Antara satu dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksi melahirkan bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi raksasa merah dan supernova yang merupakan bahan baku kelahiran bintang-bintang baru dalam galaksi.
      Satu diantara miliaran galaksi yang terbentuk adalah galaksi bimasakti yang didalamnya adalah tata surya kita dengan matahari sebagai bintang yang terdekat dengan bumi.

         Bukti Keberadaan Ledakan Hebat (Big Bang)
       Objek-objek galaksi terjauh yang dapat kita lihat melalui teleskop tidak lain merupakan galaksi-galaksi dalam keadaan sesungguhnya puluhan miliar tahun lampau. Mereka sedang bergerak saling menjauh. Ini menunjukan bahwa awalnya segala sesuatu terkumpul dan terpusat pada suatu tempat.
      Bukti lain keberadaan big bang diperoleh pada tahun 1965, ketika para ilmuwan menangkap gelombang panas sisa dari ledakan mahadahsyat yang menghambur ke segala penjuru antariksa. Pada tahun 1992, satelit COBE mendeteksi riak gelombang panas yang berasal dari big bang ketika mulai mendingin.
       Namun, para astronom menyadari bahwa mereka belum menemukan sebagian materi penyusun alam semesta, yang dapat dijadikan bukti adanya  big bang. Mereka mencari materi gelap yang diperkirakan menyusun 90 persen tubuh alam semesta. Bila berhasil ditemukan, mereka mengungkapkan banyak misteri yang terselip dalam kisah alam semesta.

          Asumsi- Asumsi mengenai Teori Ledakan Besar (Big Bang)

Apabila alam semesta tampak isotropis sebagaimana yang terpantau dari bumi, prinsip komologis dapat diturunkan dari prinsipHYPERLINK "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prinsip_Kopernikus&action=edit&redlink=1" HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prinsip_Kopernikus&action=edit&redlink=1"Kopernikus yang lebih sederhana. Prinsip ini menyatakan bahwa bumi, maupun titik pengamatan manapun, bukanlah posisi pusat yang khusus ataupun penting. Sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar gelombang mikro kosmis.
B. Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Qur’an
            Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan Allah SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firma Allah SWT.
          Al-Qur’an pada empat belas abad yang lalu, ketika manusia masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas tentang alam semesta, menerangkan tentang penciptaan alam semesta. Terjadinya alam semesta merupakan misteri bagi para ilmuwan-ilmuwan. Berbagai teoripun telah dibuat dalam rangka mengungkap misteri ini. Salah satu teori yang telah terkenal sekarang dan menjadi kesepakatan kebanyakan ilmuwan saat ini adalah teori big bang. Teori Big Bang menyatakan alam semesta terbentuk dari adanya ledakan dahsyat dari titik tunggal yang ”bervolume nol” dan ”kerapatan tak terbatas”. Semua materi di alam semesta berasal dari titik tunggal yang meledak ini. Teori ini berlandaskan beberapa hal yang mendukung kebenarannya, antara lain :
         Meluasnya alam semesta
          Penemuan astronom Amerika Edwin Hubble ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa di Observatorium California Mount Wilson pada tahun 1929, bahwa cahaya-cahaya dari bintang terlihat berubah ujung spektrumnya menjadi merah. Ini artinya bintang-bintang tersebut menjauh dari pengamat.. Menurut teori fisika yang sudah diakui, spektrum cahaya berkelip-kelip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna lembayung, sedangkan spektrum cahaya berkelip-kelip yang bergerak menjauhi tempat observasi itu cenderung mendekati warna merah. Lebih jauh lagi, Hubble menemukan ternyata bintang dan galaksi bergerak menjauhi bukan hanya dari kita, tetapi juga saling menjauhi diantara mereka. Hal ini menunjukkan bahwa alam semesta ”bertambah luas” secara tetap. Fakta bahwa alam semesta ini meluas menunjukkan arti bahwa pada mulanya (jika waktu dirunut kebelakang) alam semesta ini berasal dari ”titik tunggal”. Hal ini sesuai dengan teori Big Bang dimana pada mulanya alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal.
         Radiasi Latar kosmos
       Pada tahun 1965, dua peneliti, Arno Penzias dan Robert Wilson, secara kebetulan menemukan gelombang-gelombang yang dinamakan radiasi latar kosmos pada ruang angkasa. Radiasi latar kosmos ini tampaknya tidak dipancarkan dari sumber tertentu tetapi merambati seluruh ruang angkasa. Penemuan ini diperkuat oleh satelit Cosmic Background Explorer (COBE) milik NASA yang mengangkasa untuk meneliti radiasi latar kosmos pada tahun 1989. Hanya membutuhkan delapan menit, scanner-scanner satelit ini menguatkan pengukuran dari Penzias dan Wilson. Dalam hubungan dengan teori Big Bang, gelombang panas yang diradiasikan secara merata dari sekeliling ruang angkasa itu (radiasi latar kosmos) adalah sisa yang tertinggal dari tahap awal Ledakan dahsyat dari Teori Big Bang.
            Teori Big Bang ini secara tidak langsung mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dan secara tidak langsung juga menolak pemahaman ateis bahwa alam semesta tidak diciptakan Tuhan melainkan ada dengan sendirinya. Istilah ”volume nol” dari titik tunggal dalam teori big bang sesungguhnya merupakan satuan teoritis untuk tujuan pemaparan. Ilmu pengetahuan dapat menetapkan konsep ’ketiadaan’, yang berada diluar jangkauan batas-batas pemahaman manusia, dengan hanya mengungkapkannya sebagai ”suatu titik yang bervolume nol”. Alam semesta muncul dari ”ketiadaan”. Dengan kata lain, alam semesta itu diciptakan.
               Dari teori Big Bang ini juga dapat dikembangkan beberapa kenyataan lain yang mampu memojokkan pemahaman para ateis yaitu :
         Bagaimana mungkin setelah terjadinya Ledakan Dahsyat dari teori Big Bang ini muncul galaksi-galaksi, bintang, matahari, bumi, dan semua benda langit lainnya yang tertata serta terbentuk hukum fisika yang sama diseluruh penjuru alam semesta dan tidak berubah? ini semua menunjukkan adanya peran Sang Pencipta dalam terjadinya alam semesta. Bila tidak ada peran Sang Pencipta maka tidak mungkin dari suatu ledakan terbentuk tatanan benda-benda langit yang memiliki aturan keseimbangan yang luar biasa. Secara logika, ledakan pastilah tidak menghasilkan tatanan. Semua ledakan cenderung berbahaya, mencerai-beraikan dan merusak apa yang sudah ada. Contohnya ledakan bom, letusan gunung berapi, dsb memiliki pengaruh yang merusak. Tidak mungkin suatu ledakan dari suatu kumpulan besi-besi misalnya membentuk suatu pesawat terbang. Atau ledakan dari kumpulan benda-benda membentuk rumah yang mengesankan atau istana yang megah. Namun, dalam ledakan dahsyat teori big bang terbentuk tatanan alam semesta yang seimbang dan suatu hukum yang disebut ”hukum fisika”, yang sama diseluruh penjuru alam semesta. Hal ini menunjukkan adanya Sang Pencipta yang mencipta alam semesta. Fisikawan terkenal Prof.Stephen Hawking menyatakan dalam bukunya, A Brief History of Time, bahwa alam semesta tersusun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang tersetel dengan lebih baik dari yang kita rasakan.
         Struktur atom. Alam semesta yang terbentuk dari ledakan dahsyat tersebut bila dilihat dari unsur pembangun zat adalah atom-atom. Bintang, bulan, bumi, matahari, apa yang ada sekitar kita (kursi, meja, buku, makanan, dll), tubuh kita, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya adalah kumpulan atom-atom. Struktur atom yang kompleks bukanlah sembarangan terjadi, bukanlah terjadi dengan kebetulan. Setiap atom mempunyai nukleus yang mengandung proton dan neutron yang jumlahnya tertentu. Disamping itu, ada elektron-elektron yang bergerak mengelilingi nukleus dalam suatu orbit yang tetap dengan kecepatan 1.000 km per detik. Jumlah elektron suatu atom yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif selalu seimbang satu sama lain. Jika salah satu dari jumlah ini berbeda, tidak ada ada atom karena keseimbangan elektromagnetiknya terganggu. Elektron-elektron ini berputar mengelilingi inti atom mereka sendiri dengan kecepatan tertentu tanpa saling menyimpang. Kecepatannya selalu seimbang dengan yang lainnya dan selalu menjaga kelangsungan hidup atomnya. Tidak pernah terjadi salah atur, perbedaan ataupun perubahan. Dengan melihat struktur atom yang luar biasa tertata ini jelas menunjukkan bahwa adanya peran Sang Pencipta. Tidak mungkin bila suatu ledakan menghasilkan sesuatu yang luar biasa seperti kecuali adanya peran Sang Pencipta, sang arsitek alam semesta mulai dari struktur terkecil (atom) sampai keseimbangan alam semesta yang luas. Kesemua hal ini jelas menunjukkan adanya Sang Pencipta dan otomatis tertolak paham ateis yang tidak mempercayai adanya Tuhan.
               Artinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
                        Artinya: “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.
Dengan perincian penafsirannya sebagai  berikut :
                      Tahap pertama penciptaan bumi 2 rangakain waktu
                      Tahap kedua penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu
                      Tahap ketiga penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu
Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
secara umum proses terciptanya alam raya ini berlangsung dalam 6 masa, dimana tahapan-tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya ini terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya satu.

1. Q.S Al-Anbiya’ ayat 30

                        Allah berfirman : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS Al-Anbiya’ : 30). Kata “ratq” yang di Surat Al-Anbiya 30 diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
          Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat “fatq”. Keduanya lalu terpisah (“fataqa”) satu sama lain. kembali pada tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
          Kalimat “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”
          Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
          Ketika dibandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan dipahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain padahal, penemuan-penemuan ini baru terjadi di abad ke-20. Sedangkan Al-Quran diwahyukan 1400 tahun yang lalu.
2. Q.S Adz-Zariyat ayat : 47
 “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Q.S Az-Zariyat : 47)
          Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
                 Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir
          Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut. Menurut teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
          Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einsten yang menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
          Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.
          Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi helium.
         Q.S Fush-shilat ayat : 11
          Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
          Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
          Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang) disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan  energi terkumpul dalam bentuk titik.


3. Q.S Adz-Dzariyat ayat : 47

Artinya: “Dan langit, dengan kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan memuaikannya selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus-menerus denagn kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini sudah dijelaskan dalam :
4. Surat Al-Anbiya’: 104
          Artinya: “(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya”.
5. Surat Ath-Tholaq : 12
          Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
          Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.
6. Surat As-Sajadah : 4
          Artinya: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan”.
          Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
          Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Dari surat-surat tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan di antara langit dan bumi.
Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh.
                        Kini, peristiwa Big Bang yang menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang lalu.
         Teori Big Bang Vs Al-Quran
                        Pembicaraan asal-usul hidup manusia bumi berdasarkan teori evolusi sebagai hasil penyelidikan dapat dilihat adanya faham materialisme yang menyatakan alam semesta telah terwujud sendirinya, menurut proses alamiah, tanpa penciptaan dan rencana tertentu oleh Yang Mahakuasa untuk kehidupan manusia.
                        Teori evolusi ini hampir-hampir meliputi seluruh masyarakat manusia bumi hingga sempat menyusup kedalam sekolah-sekolah yang mengajarkan agama Islam di mana faham materialisme harusnya sangat ditentang. Sampai-sampai kebanyakan anggota masyarakat dalam menanggapi sesuatu yang bersifat alamiah selalu didasarkan atas pandangan sarjana barat naturalisme. Mereka cenderung memperkirakan bahwa semua yang dikemukakan sarjana barat sebagai hal praktis dan benar berlaku. Bahwa mengenai keterangan yang menyangkut dengan bidang astronomi, pada pokoknya teori gravitasi “Newton dan Relativity Einstein” memegang peranan penting, sementara yang sehubungan dengan biologi dan histori, maka teori evolusi Darwin bertindak selaku pedoman.
                        Edwin Hubble yang diberi nama julukan dengan Cosmic Pioneer dari California pada tahun 1949 telah memakai teleskop berukuran 100 inci dengan mana dia mendapat kesimpulan bahwa semua bimasakti di angkasa luas sedang bergerak ke segala arah tanpa kembali lalu dikatakannya semesta raya itu semakin meluas, expanding, dimulai oleh suatu benda atau ataom raksasa , karenanya keadaan daerah ledakan itu, kini berupa angkasa hampa tanpa bintang.
                        Albert Einstein (1879-1955) yang dijuluki dengan Master of Cosmolog, dengan teori Relativitynya dinyatakan memperbaiki teori gravitasi Newton baik dalam bidang mikrokosmos, maupun dalam bidang makrokosmos. Dia sependapat dengan Hubble tentang Big Bang teori yang menyatakan semua bimasakti (galaksi) yang masing-masingnya terdiri dari jutaan bintang, semuanya bergerak melengkung 360 derajat, hingga semesta raya tidak meluas dan akhirnya bimasakti-bimasakti itu kembali pada titik ledakan bermula. Karenanya dikatakan oleh sarjana itu keadaan semesta.dalam.statik.
                        Tetapi keduanya sepakat dalam pendapat bahwa setiap bintang senantiasa membuang energinya ke angkasa luar berbentuk partikel-partikel atom yang kemudian, disebabkan tarikan graviatasi masing-masingnya, berkumpul kembali lalu menciut, mengerut, hingga akhirnya membentuk bintang baru dengan planet-planet yang mengitari. Seterusnya dalam berjuta tahun, bintang baru terbentuk ini meledak pula lalu mengambang di angkasa luas untuk membentuk bintang baru kembali, dan seterusnya berulang kali. Karenanya, dengan keadaaan demikian, Terdapatlah bintang yang baru lahir, yang sudah dewasa, dan yang sedang menghilang. Padahal penganut teori Bing Bang tidak akan sanggup menerangkan:
         Dimana tempat atau daerah ledakan bermula dari atom raksasa itu, tentunya kini   berupa daerah angakasa yang kosong hampa.
         Kenapa ada bimasakti-bimasakti yang tampaknya semakin mendekat, dan ada pula yang sedang menjauh antara sesamanya?
         Apa yang menyebabkan semua pecahan ledakan demikian berbentuk globe-globe bulat sempurna menjadi bintang-bintang, planet-planet , dan bulan-bulan? Sedangkan meteoritis dan asteroids yang puluhan ribu ribuan jumlahnya sebagai pecahan planet antara mars dan jupiter, semuanya berbentuk tidak teratur, tiada satupun di antaranya yang bulat sempurna.
         Apa yang menyebabkan bintang-bintang senantiasa bergolak dengan api nyala, sementara planet-planet dan bulan-bulan sudah lama mendingin?
         Apa yang menyebabkan bulan-bulan tidak berputar di sumbunya sewaktu beredar keliling planet? Padahal planet itu sendiri berotasi sewaktu mengitari bintang yang juga berputar disumbunya.
         Apa yang menyebabkan bulan-bulan mengelilingi planet? Kenapa bulan-bulan itu tidak langsung mengorbit bintang atau surya?
Kiranya teori relativity Einstein ini wajar mendapat tanggapan negatif dari kalangan Kristen sendiri seperti yang dimuat pada Reader’s Digest bulan Juni 1969 dengan judul“Whatthe.Bible.says.to.me”. .
      Pada tahun 1974 dalam bidang fisika dan astronomi, yaitu pendapat Dr. Berhrem Kursunoglu, Direktur Pusat Theoritical Studies pada University Miami USA yang menerangkan bahwa semesta raya bukanlah bermula dari ledakan atom raksasa tetapi dengan partikel-partikel yang sangat kecil. Teori baru ini dikemukakannya dengan bukti-bukti tersusun komplit, cukup menantang teori Einstein. Kemudian itu para ahli di Johnson space Centre Houston. Texas, dan tempat-tempat lain bersama-sama mempelajari teori baru itu untuk mengambil sikap menerima atau menolaknya.
        Keterangan Alquran bahwa semesta raya dimulai dengan penciptaan partikel-partikel yang membentuk atom hydorgen oleh ALLAH Subhaanahu wa Ta’ala. Atom itu dikenal dalam bidang fisika sebagai atom asal bagi seluruh benda konkrit. Hydrogen memperganda dirinya dengan ketentuan ALLAH membentuk berbagai elemen lain yang kemudian berkumpul menjadi molekul-molekul benda angkasa, begitupun semua yang dapat dicapai pancaindera. Jadi bukanlah semesta raya itu dimulai dari ledakan atom raksasa dimana noktah-noktah tanpa susunan menurut Big Bang Theory.
Alquran surat An-Naziat : 31 dan Al-A’la : 4 menerangkan bahwa dari semua benda angkasa itu keluar sesuatu yang dinamakan dengan Mar’a, tidak mengandung aliran listrik. Hydrogen selaku atom asal memang terdiri dari dua unsur yaitu Almaa dan Mar’a yang oleh sarjana barat dinamakan dengan Proton dan Elektron. Kedua unsur ini tidak mungkin dilihat dengan memakai teropong manapun karena terlalu halus sekali, maka ukuran, bentuk, dan aktivitas dari kedua unsur itu hanyalah didasarkan orang atas dugaan dari gejala yang berlaku.

           


2 komentar:

  1. Assalamualaikum wr.wb,
    Allah berfirman : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS Al-Anbiya’ : 30).

    ayat ini tidak menerangkan soal big bang.

    wass.wr.wb,
    sayyid

    BalasHapus
  2. To Anonim : Lalu menjelaskan tentang apa?

    BalasHapus