Agama dan kebudayaan Hindu-Budha lahir dan berkembang di India. Dari
India, agama dan kebudayaan Hindu-Budha kemudian berkembang ke Asia selatan,
Asia timur, Asia Tenggara, dan akhirnya masuk ke Indonesia. Sejak zaman prasejarah
penduduk Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung yang sanggup mengarungi lautan
lepas. Pada permulaan tarikh Masehi telah terjalin hubungan dagang antara
Indonesia dan India, yang pada akhirnya berkembang ke hubungan agama dan
budaya.
Perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia mewarnai
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat Indonesia. Salah
satunya system pemerintahan yang berubah menjadi kerajaan yang dalam
perkembangannya, ada dua corak kerajaan yaitu kerajaan yang bercorak Hindu dan
kerajaan yang bercorak Budha.
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama
Hindu-Budha
Pada sekitar abad ke-2 sampai dengan 5 masehi, diperkirakan telah
masuk agama dan kebudayaan Budha ke Indonesia. Kemudian disusul penganut Hindu
ke Indonesia pada abad ke-5 Masehi. Agama dan budaya Hindu-Budha dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan pendeta
dari India dan Cina yang masuk ke Indonesia mengikuti dua jalur.
1.
Melalui
jalur laut
Para penyebar agama dan budaya
Hindu-Budha yang menggunakan jalur laut datang ke Indonesia mengikuti rombongan
kapal-kapal para pedagang yang biasa
beraktivitas pada jalur India-Cina. Rute perjalanan para penyebar agama
dan budaya Hindu-Budha, yaitu dari India menuju Myanmar, Thailand. Semenanjung
Malaya, kemudian ke Nusantara. Sementara itu, dari Semenanjung Malaya ada yang
terus ke Kamboja, Vietnam, Cina, Korea dan Jepang. Di antara mereka ada yang
langsung dari India menuju Indonesia dengan memanfaatkan bertiupnya angina
muson barat.
2.
Melalui
jalur darat
Para penyebar agama dan budaya
Hindu-Budha yang menggunakan jalur darat mengikuti para pedagang melalui Jalan
Sutra, dari India ke Tibet terus ke utara sampai dengan Cina, Korea, dan
Jepang. Ada juga yang melakukan perjalanan dari India Utara menuju Bangladesh,
Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya kemudian berlayar menuju Indonesia.
Agama dan kebudayaan Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui kontak
perdagangan. Pada awalnya, orang-orang India bersikap aktif dalam perdagangan
tersebut. Hal ini menurut Claudius Ptolomeus (Yunani) didorong oleh kekayaan
Indonesia akan emas, perak, cengkih, dan lada yang menarik para pedagang
mancanegara. Hubungan perdagangan ini telah berlangsung sejak sekitar abad ke-5
M.
Khusus mengenai penyebaran hinduisme sebagai agama dijelaskan
malalui banyak teori.
a.
Teori
Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur
yang berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh pendeta.
Teori ini memiliki kelemahan, yaitu di India ada peraturan bahwa Brahmana tidak
boleh keluar dari negerinya. Jadi, tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke Indonesia.
b.
Teori
Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh Majumdar,
Moekrji dan Nehru. Mereka berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia
dibawa oleh Prajurit yang mengadakan ekspansi. Oleh sebab itu, teori ini sering
pula disebut teori kolonisasi. Kelemahan teori ini adalah tidak ada bukti
sejarah yang menunjukkan bahwa Indonesia pernah ditaklukkan India.
c.
Teori
Waisya
Teori ini dikemukaakan oleh Krom yang
mengatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang,
mengingat bahwa sejak tahun 500 SM, nusantara telah menjadi jalur operdagangan
antara India dan Cina. Dalam perlalanan perdagangan inilah diperkirakan para
pedagang India itu singgah di Indonesia dan menyebarkan agama Hindu.
d.
Teori
Sudra
Teori ini dikemukakan oleh banyak
orang. Intinya adalah bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum Sudra yang datang di
Nusantara untuk memperbaiki nasib.
e.
Teori
Nasional
Teori ini dikemukan oleh FDK Bosch yang mengatakan bahwa pernah
bangsa Indonesia dalam proses penghinduan sangat aktif setelah dinobatkan
sebagi Hindu. Pendapat FDK Bosch sesuai dengan pendiriannya berpangkal pada
sifat unsur-unsur budaya India dalam budaya Indonesia. Ia berpendapat bahwa
golongan cendekiawan yang dapat menyampaikan kepada bangsa Indonesia disebut
Clerk dan proses yang terjadi antara
budaya Indonesia-India disebut penyuburan. Para Brahmana di Indonesia
melaksanakan beberapa hal dalam rangka penghinduan tersebut sebagi berikut :
a.
Abhiseka,
yaitu upacara penobatan raja
b.
Vratyastoma,
yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta)
c.
Kulapanjika,
yaitu memberikan silsilah raja
d.
Castra,
yaitu cara membuat mantra
f.
Teori
arus balik
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya menerima
pengetahuan agama dari orang-orang asing yang datang. Mereka juga aktif mencari
ilmu agama di negeri orang dan menyebarkannya setelah kembali ke kampung
halamannya.
B.
Perkembangan Kehidupan Kerajaan Hindu-Budha
Di Indonesia Masuknya agama Hindu dan Budha membawa pengaruh besar bagi
perubahan politik, ekonomi, social dan budaya di Indonesia. Di bidang politik
masuknya hindu dan budha mendorong munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak
hindu dan budha. Dan akhirnya perkembangan kehidupan kerajaan-kerajaan Hindhu dan Budha itu
berkembang di Indonesia. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
1.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang
pertama kali berdiri di Indonesia setelah berkembangnya pengaruh dari India.
Hal ini berdasarkan prasasti Yupa yang di temukan di daerah di kutai sejak
tahun 400 M di Kalimantan timur. Ditemukan prasasti yang dipahatkan pada tiang batu (Yupa) sebanyak 7 buah
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, di Kutai. Letak Kerajaan Kutai
adalah di Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Semua
prasastinya tertulis pada Yupa yang berfungsi sebagai tiang untuk menambatkan
hewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa Kutai itu dapat kita ketahui tentang:
a. Berisi silsilah :
Kundungga berputera Aswawarman yang seperti dewa
matahari. Aswawarman berputera tiga – seperti api tiga. Dari ketiga putra
tersebut, Mulawarman raja yang baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah
mengadakan kenduri (selamatan), mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh
para Brahmana.
b. Tempat sedekah :
Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka
telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang
sangat suci “Waprakecvara”.
c. Macam-macam sedekah yang lain seperti :
Wijen, malai bunga, lampu dan lain-lain. Dari
berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui bagaimanakah keadaan sosial,
ekonomi dan pemerintahan di Kutai. Dan raja yang terkenal adalah Raja
Mulawarman yang mana dia disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai, sebab menaklukkan
raja-raja sekitarnya.
d. Kondisi sosial Budaya :
Bila dilihat dari letak kerajaan yang berada di
dekat sungai maka diperkirakan masyarakat kutai hidup dari bercocok tanam dan
juga bertenak. Masyarakat sudah mengenal hidup gotong royong dan bermasyarakat.
Hal ini dapat dilihat adanya upacara keagamaan di tempat suci Waprakiswara dan
pembuatan tugu peringatan seperti yupa.
e. Keruntuhan Kerajaan Kutai:
Runtuhnya kerajaan kutai berakhir saat Raja Kutai
yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai
Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai
ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang
ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara
inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai
Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara.
2.
Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah
kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga
abad ke-7 M.
Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan
catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar
lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan
Hindu beraliran Wisnu. Kerajaan Tarumanegara dibangun Raja Dirajaguru
Jayasingawarman tahun 358 M, yang memerintah hingga tahun 382 M. Jayasingawarman
berasal dari Ceylan (Srilangka siki) India, yang pindah ke Nusantara karena
bangsanya kalah dalam perang. Makam Raja dirajaguru Jayasingawarman ada disekitar
kali Gomatri (wilayah Bekasi).
Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salaknegara. Berdasarkan berita Fa Hien yang pernah singgah di
Ye-Po-Ti pada abad V, diketahui bahwa terdapat banyak penganut agama Hindu,
sedangkan orang budha sedikit. Agama Hindu yang berkembang di Taruma adalah
Hindu Brahmana, pendapat ini didasarkan adanya pemberian 1000 ekor lembu dari
Purnawarman kepada para Brahmana. Kondisi sosial-budaya Masyarakat Tarumanegara
hidup dari bercocok tanam hal ini dapat diketahui dari isi prasasti yang
menyebut tentang usaha Purnawarman dalam penggalian sungai Gomati untuk
keperluan irigasi.
Dari sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan,
bahwa :
a. Kerajaan Taruma diperkirakan berdiri abad 5 M, terletak ditepi sungai
Cisadane/Citarum Bogor, Jawa Barat.
b. Kerajaan Taruma diperintah raja Sri Purnawarman
c. Agama yang dianut kerajaan, yaitu Hindu
d. Raja purnawarman seorang yang gagah dan berani dalam perang, juga
memperhatikan kehidupan rakyat yang ditunjukkan dalam prasasti tugu yaitu
melakukan penggalian saluran sungai Gomati pada sungai Candrabanga 6.112 tombak
(11 Km ) selesai dalam waktu 21 hari, setelah selesai diadakan selamatan
memberi korban 1000 sapi pada Brahmana, dan peninggalan kerajaan Tarumanegara hanya
berupa prasasti.
Runtuhnya kerajaan Tarumanegara Tidak diketahui
secara persis sebab-sebab keruntuhan kerajaan Tarumanegara, namun pada abad
ke-7 Tarumanegara ditaklukkan Sriwijaya yang dapat diketahui dalam prasasti
Kota Kapur (Sriwijaya) yang menyebutkan bahwa Sriwijaya terpaksa berperang atau
menghukum bumi Jawa ( Tarumanegara ) karena tidak taat kepada Sriwijaya.
3.
Kerajaan Holling / Kalingga
Kerajaan Holling / Kalingga terletak di Jawa Tengah bagian utara
(diantara purwodadi hingga Blora dan lasem). Nama Kaling berasal dari Kalinga,
nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah berita Cina yang
menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, Rajanya beristana di
rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai
tulis-menulis dan mengenal juga ilmu perbintangan. Yang sangat tampak bagi
orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), kalau makan tidak memakai sendok atau
garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibikin ialah air
yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak). Sumber Sejarah mengatakan bahwa :
a. Berita catatan
Cina (dinasti Tang ), bahwa abad ke 7 M di Jawa Tengah telah berdiri kerajaan
Kaling(Kalingga), pernah megirim utusan ke Cina.
b. Dalam catatan I-tsing
(664) disebutkan bahwa pendeta Cina Hwining mnegunjungi kerajaan Holing dan
berusaha menerjemahkan kitab Budha Hinayana yang dibantu oleh pendeta Budha
Yanabadra.
c. Prasasti belum
ditemukan Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling tersebut, dapat
diketahui bagaimana keadaan :
1). Pemerintahan dan
Kehidupan Masyarakat Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima, yang
memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan
bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja
Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi
yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang
berani mengambil.
2). Keadaan sosial
dan ekonomi kerajaan Kaling Mata pencaharian penduduknya sebagian besar
bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian,
sudah banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada
hubungan dengan Cina.
4. Kerajaan Kanjuruhan
Letak Kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat dengan kota Malang
sekarang. Sumber Sejarah mengatakan bahwa Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis
dalam prasasti Dinoyo, yang ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur.
Angka tahunnya tertulis dengan Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA
= 682 Caka = 760 M. Dari prasasti ini dapat disimpulkan :
a. Kerajaan Kanjuruhan terletak
di Kajuron, Malang - Jawa Timur, berdiri pada abad 8.
b. Raja pertama bernama Dewa Simha,
putranya bernama Liswa setelah dilantik
menjadi Raja bergelar Gajayana melalui upacara abhiseka. Liswa ini mempunyai
putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.
c. Gajayana memuja Sang Agastya ( Hindu Syiwa). Gajayana mendirikan
tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Bangunan tersebut sekarang bernama candi
Badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian
diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.
d. Peninggalan budaya pada masa Kerajaan Kanjuruhan adalah: Candi Badut
didesa Kajuron.
5. Kerajaan Mataram Lama (Dinasti Sanjaya)
Pada Prasasti Canggal yang ditandai dengan Candrasengkala Cruti Indria
Rasa = 654 C = 732 M. Ditemukan di desa Canggal, daerah Kedu dekat desa Sleman,
daerah Yogya. Prasasti ini berbahasa Sanskerta dan hurufnya Pallawa. Isinya
asal-usul Sanjaya dan pembangunan lingga di bukit Stirangga. Letak ibu kota
kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan, ada yang menyebut Medang di Poh
Pitu, Ri Medang ri Bhumi Mataram. Diketahui dari Prasasti Canggal (732) ,
Prasasti Balitung (907), Prasasti Argopuro (836), Prasasti Perot (850) dan
peninggalan sejarah berupa candi Hindu. Dari sumber sejarah diatas dapat disimpulkan
:
a.
Kerajaan Mataram
terletak di Jawa Tengah, dikelilingi gunung (Serayu, Prau, Sindoro, Sumbing,
Ungaran, Merbabu, Sewu) didaerahnya dialiri Sungai Bogowonto, Progo, Elo,
Bengawan Solo)
b.
Raja-raja yang
memerintah, berdasarkan Prasasti Matyasih ditemukan silsilah raja diantaranya :
Sanjaya, Panangkaran, Panunggalan, Warak, Garung, Pikatan, Kayuwangi,
Watuhumalang, Watukaradyah Balitung. Sesudah raja Balitung memerintah masih ada
beberapa nama lagi seperti Daksa memerintah 910 –119, Tulodong : 919 – 921 dan
Wawa : 921 – 927. Sesudah Wawa wafat digantikan Mpu Sindok menantu Wawa yang
memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti
Icana pada tahun 928 M
6. Kerajaan Mataram Lama (Dinasti Syailendra)
Pada Prasasti Kalasan (776), Prasasti Klurak (782) Prasasti Karang
Tengah (824) Prasasti Ratu Boko (860) Prasasti Jatiningrat (856) dan
peninggalan sejarah berupa candi Budha. Dari sumber sejarah dapat disimpulkan :
a. Terletak antara daerah Bangelen dan Yogyakarta. Pada pemerintahan
Balaputradewa letaknya di gunung selatan berdasar bukti peninggalan Ratu Boko.
b. Raja-raja yang memerintah Banu, Wisnu, Indra, Samarathungga, Pramodhawardani.
c. Pada masa Pramodhawardani terjadi persatuan antara dinasti Sanjaya
dengan Dinasti Syailendra dimana Pramodhawardabi menikah dengan Rakai Pikatan.
Pada masa Perkembangan Politik kerajaan Mataram Lama Mataram didirikan oleh
raja Sanjaya mencapai puncak kejayaan pada masa raja Diah Balitung, adapun faktor
yang mendukung adalah:
1). Wilayah terletak didaerah yang subur
2). Raja-raja yang
cakap dan bijaksana sehingga dapat menjadi panutan rakyat.
3). Hubungan yang
harmonis antara raja dengan kaum Brahmana
4). Adanya toleransi
yang tinggi antara agama Hindu dan Budha
5). Raja-raja mampu
menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan-kerajaan yang ada
disekitarnya seperti ( Sriwijaya, Siam India, Cina) Pada masa raja Wawa mataram
oleh Mpu Sindok (menantu Wawa) dipindah ke Jawa Timur: sebabnya adalah :
a. Keadaan jawa Tengah yang kurang menguntungkan karena tidak memiliki
pelabuhan yang baik
b. Sering terjadi bencana alam terutama meletusnya gunung Merapi
c. Terancam oleh kerajaan Sriwijaya.
Peninggalan Budaya kerajaan Mataram Lama (dinasti Syailendra), adalah :
Bangunan candi bercorak Hindu seperti, Candi Komplek Dieng, Candi Gedong Songo,
Prambanan, Sambi sari dan Ratu Boko. Bangunan yang bercorak Budha seperti
CandiMendut, Pawon, Bororbudur, Kalasan, candi Sari dan candi Sewu.
7. Kerajaan Sriwijaya
Pada mulanya letak Sriwijaya tidak di Palembang, melainkan di Muara
takus atau minanga Tamwan, yaitu daerah pertemuan antara sungai Kampar Kanan
dan Kampar kiri. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat I-Tsing yang mengatakan
bahwa daerah Sriwijaya dilalui garis Khatulistiwa. Daerah yang dimaksud adalah
pertemuan antara sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri atau Muara Takus. Baru
setelah berhasil meluaskan wilayah ibukota Sriwijaya pindah ke Palembang.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang terkuat di pulau Sumatera dan
termasuk salah satu kerajaan yang berpengaruh di Nusantara karena luasnya
daerah kekuasaan kerajaan Sriwijaya mulai dari Kamboja, Tahiland Selatan,
semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa juga pesisir Kalimantan. Nama Sriwijaya sendiri
di ambil dari Bahasa sansekerta Sri berati Gemilang dan Wijaya Berarti
Kejayaan, maka makna dari nama Sriwijaya adalah kejayaan yang gemilang. Tidak
ada yang tahu dengan pasti kapan awal berkembangnya dan kapan pula berakhirnya
kerajaan Sriwijaya namun diperkirakan pada abad ke-7 M kerajaan Sriwijaya telah
berdiri. Ada pula Prasasti yang ditemukan didalam negeri yakni: prasasti
Kedukan Bukit (688), Kota Kapur (686), Karang Berahi (686), Talang Tuo, Telaga
Batu, Palas Pasemah. Ada juga Prasasti Luar negeri, yaitu : Prasasti Ligor,
Prasasti Nalanda.
Dari sumber sejarah diatas tersebut dapat disimpulkan, bahwa :
a. Kerajaan Sriwijaya pernah berpusat di Minangkabau (Riau daratan)
kemudian pindah ke Jambi dan Palembang.
b. Raja-raja yang memerintah : Dapunta Hyang sebagai pendiri.
Faktor pendukung Sriwijaya menjadi kerajaan besar yait
1. Letaknya
strategis, dijalur perdagangan antara India-Cina
2. Runtuhnya
kerajaan Funan
3. Majunya aktifitas
pelayaran dan perdagangan
4. Memiliki armada /
angkatan laut yang kuat
5. Melayani
distribusi keberbagai wilayah Nusantara
Kehancuran Sriwijaya disebabkan oleh :
a. Bandar Sriwijaya semakin lama letaknya semakin jauh dengan pantai
b. Adanya Ekspedisi Pamalayu dari Singasari.
c. Serangan Kubilai Khan.
d. Persaingan dengan Islam.
e. Harga barang-barang di Sriwijaya dan bea cukai di Sriwijaya semakin
mahal.
f. Akibat serangan majapahit 1377
M.
8. Kerajaan Medang Kamulan (Mataram)
Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut kerajaan Medang. Mpu
Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana.
Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042 M)
yang dikeluarkan oleh Airlangga. Isinya antara lain :
a. Menguraikan
silsilah Airlangga.
b. Peristiwa
penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian
Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian
pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang
melawan raja Wengker.
Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M.
Selang kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M.
Raja Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil.
Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu penyerangan Raja
Wora-Wari di mana istana Raja Dharmawangsa hancur. Pengganti Dharmawangsa
adalah Airlangga yang berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur,
sehingga Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai
Dewa Wisnu. Dan hasil sastranya yang terkenal adalah Buku Arjunawiwaha karangan
Mpu Kanwa yang pada akhirnya cerita tersebut dimana pemerintahan Airlangga
membagi dua kerajaannya yaitu menjadi Jenggala dan Kediri. Dua kerajaan ini
yang bertahan untuk tetap hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada
tahun 1049 M.
Dapat diketahui dari beberapa prasasti yang dibuat
Empu Sindok seperti Prasasti Pucangan, Anjukladang (limus) dan Prasasti Calcuta
dan lain-lain.
Dari sumber tersebut dapat disimpulkan :
a. Kerajaan Medang terletak di Tambelang – Jombang
kemudian dipindahkan ke Watu Galuh diantara gunung Semeru dan Gunung Wilis-Jawa
Timur
b. Pendiri kerajaan yaitu Empu Sindok dengan Wangsa Isyana
c. Raja-raja yang memerintah : Mpu Sindok bersama
permaisurinya Pu Kbi (929-948), Sri Isyana Tunggawijaya + Lokapala (948-968),
Sri Makuta wangsa Wardana (968-992), Teguh Darmawangsa (992-1017), Airlangga
(1019-1049).
d. Peninggalan Budaya pada masa kerajaan Medang
saat itu adalah Seni Sastra seperti Kitab Sang Hyang Kama Hayanikan ( Jaman
Empu Sindo), Kitab Arjuna Wiwaha – Empu Kanwa (zaman Erlangga), Kitab Calon
Arang (jaman Erlangga). Seni bangunan dan arsitektur seperti : Candi Songgoriti,
Pertitan Belahan, Petirtan Jolotundo.
9. Kerajaan Kediri
Pembagian Kerajaan Kahuripan menjadi Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M),
kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Seperti telah
disebutkan dalam pembahasan terdahulu, begitu Raja Airlangga wafat, terjadilah
peperangan antara kedua bersaudara tersebut. Panjalu dapat dikuasai Jenggala
dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti
Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha. Raja
Kediri salah satunya adalah Mapanji Garasakan yang memerintah tidak lama. dia
digantikan Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian
diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha.
Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari
Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara
menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit
yang biasa disebut Candrakapala.Setelah Bameswara turun takhta, ia digantikan
Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil mengalahkan Jenggala.
Berturut-turut raja-raja Kediri sejak Jayabaya
sebagai berikut:
1) Raja
Jayabaya (1135 M – 1159 M) Raja Jayabaya menggunakan lencana kerajaan berupa
lencana Narasingha. Kemenangannya atas peperangan melawan Jenggala
diperingatinya dengan memerintahkan Mpu Sedah menggubah kakawin Bharatayudha.
Karena Mpu Sedah tidak sanggup menyelesaikan kakawin tersebut, Mpu Panuluh
melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Pada masa pemerintahannya
ini, Kediri mencapai puncak kejayaan.
2) Raja Sarweswara (1159 – 1169 M) Pengganti
Jayabaya adalah Raja Sarweswara. Tidak banyak yang diketahui mengenai raja ini
sebab terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana kerajaan
berupa Ganesha.
3) Raja Kameswara (1182 – 1185 M) Selama beberapa
waktu, tidak ada berita yang jelas mengenai raja Kediri hingga munculnya Kameswara.
Pada masa pemerintahannya ini ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu
Darmaja yang berisi pemujaan terhadap raja, serta kitab Lubdaka dan
Wretasancaya yang ditulis oleh Mpu Tan Alung. Kitab Lubdaka bercerita tentang
seorang pemburu yang akhirnya masuk surga dan Wretasancaya berisi petunjuk
mempelajari tembang Jawa Kuno.
4) Raja Kertajaya (1185 – 1222 M) Pada masa
pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan antara para brahmana dan Raja
Kertajaya. Hal ini terjadi karena para brahmana menolak menyembah raja yang
menganggap dirinya sebagai dewa. Para brahmana lalu meminta perlindungan pada
Ken Arok. Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk memberontak terhadap
Kertajaya. Pada tahun 1222 M terjadi pertempuran hebat di Ganter dan Ken Arok berhasil
mengalahkan Kertajaya.
10. Kerajaan
Singasari
Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang
terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah
tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur.
Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak
berarti. Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang
pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah
tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh
Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan
yang berpusat di desa Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai
Raja Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut
diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya
Wisnuwardhana.
Singasari menjadi kota kerajaan yang menguasai
wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292 Masehi. Kerajaan
Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit yang didirikan oleh
Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi. Sanggramawijaya atau yang lebih
dikenal oleh masyarakat sebagai Raden Wijaya adalah cucu dari Narasingamurti
dan menantu dari Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari terakhir
yang meninggal terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak yang
mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang. Raden Wijaya
secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengalahkan tentara
Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden Wijaya melakukannya dengan
bantuan tentara Tartar dari China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan
menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh
Jayakatwang.
Selama perkembangan kerajaan Singasari diperintah
oleh beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok yang berhasil menjadi raja pertama
Singasari. Setelah membunuh Tunggul Ametung (Akuwu di Tumapel) Ken Arok dapat
mengalahkan Kertajaya Raja Kediri di pertempuran Ganter 1222. Istri Tunggul Ametung
yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken Arok, menurut ramalan Ken Dedes akan
menurunkan raja-raja besar. Setelah Ken Arok meninggal karena dibunuh Anusapati
(anak tirinya), maka Anusapati menggantikan sebagai raja.Tohjaya anak Ken Arok
dengan Ken Umang membalas dendam dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya
beberapa bulan saja memerintah karena terjadi pemberontakan dan Tohjaya
terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka, sebagai raja dan patih yang memerintah
di Singasari lebih kurang selama 20 tahun. Pemerintahannya stabil. Putra
Ronggowuni yang bernama Kertanegara, menggantikan ayahnya menjadi raja
Singasari. Singasari mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan raja
Kertanegara.
Struktur
Pemerintahan Singasari sudah lengkap, yaitu pada pemerintahan Kertanegara raja
sebagai penguasa tertinggi. Kemudian didampingi dewan penasehat. Di bawahnya
masih terdapat pegawai-pegawai yang mengawasi berbagai bidang. Bidang agama,
pertahanan dan sebagainya. Kehidupan Agama, Singasari masa pemerintahan raja
Kertanegara, agama Hindu dan Budha sama-sama berkembang. Kertanegara sendiri
memeluk Ciwa-Budha, terjadi sinkretisme antara agama Hindu-Budha. Kertanegara
menganut aliran Tantrayana. Dengan politik perluasan daerah yang dicanangkan
Kertanegara, banyak tentara yang dikirim keluar daerah.
Beradasarkan berita tersebut dapat disimpulkan,
a. Lokasi Singasari terletak disebelah utara Malang, dibangun oleh Ken Arok
setelah mengalahkan Kediri tahun 1222, Raja-raja Singasari setelah Ken Arok
(Sri Rajasa) berturut-turut adalah Anusopati, Tohjoyo, Wisnuwardana/Ranggawuni,
Kertanegara (raja terbesar sekaligus raja terakhir Singasari), kehancuran
Singasari akibat serangan Raja Jayakatwang (Kedisri).
b. Pararaton atau disebut juga Katuturanira Ken Arok, isinya menceritakan
riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja dan urutan raja-raja yang
memerintah di Singasari.
c. Negarakertagama ditulis oleh Prapanca yang merupakan seorang pujangga
kraton Majapahit pada tahun 1365 : isinya : Pandangan filsafat, keindahan kraton
Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat percandian leluhurnya antara
lain ke Singasari. Memuat riwayat Ken Arok juga.
Kertanegara terkenal
dengan gagasannya untuk menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan di Nusantara di
bawah payung kekuasaan Singasari. Cita-cita ini dikenal sebagai Wawasan
Nusantara I. Untuk melaksanakan cita-citanya Kertanegara melakukan :
a. Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri.
b. Pengiriman expedisi ke Sumatra yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu
1275 M.
c. Kertanegara mengadakan kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama
menghadapi Ku Bilai Khan dari Cina, yang dianggap sebagai ancaman oleh
Kertanegara.
Kertanegara sebagai
raja terakhir dan terbesar dari kerajaan Singasari, diabadikan di beberapa
tempat. Terkenal Arca Kertanegara yang bernama Joko Dolog di Surabaya. Wafatnya
Kertanegara mengakhiri riwayat kerajaan Singasari sehingga Kehidupan budaya dan
arsitektur berkembang , peninggalannya berupa candi, seprti: candi Kidal, Jago,
Singasari, arca dewi Prajnaparamitha (Perwujudan kendedes) dan Arca Joko Dolok
(perwujudan Kertanegara).
11. Kerajaan Majapahit
Penguasa Majapahit paling utama ialah Hayam Wuruk, yang memerintah dari
tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, keraton Majapahit diperkirakan telah
dipindahkan ke Trowulan (sekarang masuk wilayah Mojokerto). Gajah Mada, seorang
patih dan bupati Majapahit dari 1331 ke 1364, memperluas kekuasaan kekaisaran
ke pulau sekitarnya. Pada tahun 1377, yaitu beberapa tahun sesudah kematian
Gajah Mada, angkatan laut Majapahit menduduki Palembang, menaklukkan daerah
terakhir kerajaan Sriwijaya.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi hampir seluas wilayah Indonesia modern, termasuk
daerah-daerah Sumatra di bagian barat dan di bagian timur Maluku serta sebagian
Papua (Wanin), dan beberapa negara Asia Tenggara. Namun demikian, batasan alam
dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya
tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu
sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit
juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan
Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke China.Pada masa ini daerah Malang
tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah
Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut
Raja pula. Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit
melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang),
salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan
pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan
tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa.
Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung
Semeru dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung tersebut
adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh
menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan
tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh
masa yang berbeda sepanjang 7 abad. Namun, sepeninggal Gajah Mada yang wafat
pada tahun 1364, Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang
setara. Kerajaan Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit
berada di ambang kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389.
Sepeninggalnya, Majapahit sering dilanda perang saudara dan satu per satu
daerah kekuasaan Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu, muncul
kerajaan-kerajaan Islam di pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh
setelah diserbu oleh pasukan Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
C.
Penyebab Runtuhya Kerajaan Hindu-Budha Di Indonesia
Perkembangan pengaruh agama Hindu-Budha cukup besar, karena dapat
mempengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat . Kurang lebih pengaruh hindu
budha di Indonesia selama 1000 tahun atau 10 abad. Ini semua bisa dilihat
dengan munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha dari Kerajaan Kutai
sampai yang terakhir yaitu Majapahit. Penyebab runtuhnya kerajaan bercorak
Hindu-Budha antara lain :
1. Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang
lebih besar dan lebih kuat.
2. Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi seperti yang terjadi
pada zaman Majapahit.
3. Berlangsungnya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan,
seperti yang terjadi pada Kerajaan Syailendra dan Majapahit.
4. Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintah
pusat dan raja-raja bawahanmembangun sebuah kerajaan yang merdeka serta tidak
terikat lagi oleh pemerintah pusat.
5. Kemunduran ekonomi perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat,
masalah perekonomian dan perdagangan diambil ailh oleh para pedagang melayu dan
Islam.
6. Tersiarnya agama dan budaya islam yang mudah diterima para adipati di
daerah pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat lagi dengan
pemerintahan kerajaan pusat seperti pada masa kekuasaan kerajaan majapahit.
Setelah kerajaan hindu budha runtuh, tapi kebudayaan hindu-budha tidak
hilang begitu saja hal ini bisa dilihat masyarakat jawa masih melakukan upacara
sesaji ke sawah, punden dan upacara persembahan kepada penguasa laut kidul dan
lain sebagainya. Dan tradisi hindu budha masih kental dan sepenuhnya dilakukan
di Bali. Orang-orang Bali ini adalah pindahan orang-orang Majapahit dan masih
memegang teguh kepercayaannya. Tetapi tidak seluruh pulau Indonesia marasakan
kebudayaan Hindu-Budha. Padahal ada dua kerajaan nasional yaitu Sriwijaya dan Majapahit
menguasai seluruh daerah Indonesia tetapi mereka hanya menguasai politik dan
ekonominya saja dan tidak menyebar luaskan agamanya. Jadi pada waktu daerah
tersebut melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan itu akan kembali kepada
kebisaan yang lama. Adapun Pulau Indonesia yang tidak terjamah kebudayaan
Hindu-Budha yaitu Pulau Sulawesi, Maluku , Irian dan kepulaluan Nusa Tenggara
Timur.
0 komentar:
Posting Komentar