BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya
bukti adanya manajemen telah lama ada jauh sebelum Indonesia Merdeka. Salah
satu bukti betapa manajemen telah ada adalah dengan adanya bukti Piramida di
Mesir, tembok besar Cina, Ka’bah di Makkah dan masih banyak contoh lainnya yang
membuktikan adanya kegiatan manajemen (dalam bentuk bagaimanapun kegiatan
manajemen tersebut) yang dilakukan sehingga bangunan-bangunan megah tersebut
bisa berdiri kokoh hingga sekarang.
Kesemua bukti tersebut
menunjukkan bahwa sesungguhnya manajemen bukan merupakan ilmu baru, bahkan
dalam konsep yang paling tradisional sekalipun, telah dikenal dan dijalankan
oleh orang-orang terdahulu.
Secara
umum makalah ini berisi tentang proses perkembangan Manajemen dari waktu
kewaktu serta tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya dan kontribusi-kontribusi
yang diberikan oleh masing-masing tokoh.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Teori-Teori yang dikemukakan oleh kelompok pemikir dalam ilmu
manajemen?
2.
Apa yang termasuk dalam isu seputar perkembangan ilmu manajemen?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami berbagai pemikiran atau teori-teori manajemen dari
waktu ke waktu.
2.
Mengetahui berbagai isu seputar perkembangan ilmu manajemen.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kelompok Pertama:
Perspektif Manajemen Klasik
Merupakan
perkembangan awal teori manajemen, dengan tokoh-tokohnya:
a. Robert
Owen (1771-1858)
Seorang manajer beberapa pabrik
pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia. Mengemukakan bahwa melalui perbaikan
kondisi karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan (laba).[1]
Ia menekankan pada pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia membuat
perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti pengurangan hari kerja
standar, pembatasan anak-anak dibawah umur yang bekerja, dll. Selain itu owen
juga mengembangkan prosedur kerja yang memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas.
b. Charles
Babbage (1972-1871)
Seorang ahli matematika dari Inggris
adalah orang yang pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam
proses produksi. Ia juga sebagai penganjur prinsip pembagian kerja melalui
spesialisasi.[2]
1.
Manajemen Ilmiah
Menurut
mazhab ini, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, memimpin/mengatur, dan
lain sebagainya dilakukan berdasarkan metode-metode ilmiah.[3]
Penerapan mazhab ini relative lebih baik, karena didasarkan atas hasil analisis
ilmiah dari data, informasi, situasi, dan kondisi yang dihadapi saat ini.
Frederick W. Taylor (1856-1915)
merupakan “Bapak Manajemen Ilmiah”. Dia menuangkan gagasannya dalam judul
makalah “Shop Management”. “The Principle of Scientific Management”,
dan “Testimony Before the Special House
Committee ” yang dirangkum dalam bukunya Scientific Management.
Empat
prinsipnya:[4]
1. Pengembangan
metode-metode ilmiah dalam manajemen
2. Seleksi
ilmiah untuk karyawan
3. Pendidikan
dan pengembangan ilmiah para karyawan
4. Kerjasama
yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Diantara kontribusi yang pernah diberikan
Taylor adalah apa yang dinamakan dengan Time
and Motion Studies atau studi mengenai penetapan standard kerja yang didasarkan
pada penghitungan waktu. Ide ini dirumuskan pada saat Taylor bekerja di Midvale
Steel Company di Philadelpia. Ide ini
berangkat dari kenyataan bahwa para pekerja di perusahaan bekerja di bawah
standard dari apa yang sebenarnya mampu mereka kerjakan. Secara ringkas, apa
yang diperkenalkan oleh Taylor adalah sebagaimana tertera dalam gambar berikut:
Taylor menyatakan bahwa untuk mencapai
tujuan sebuah perusahaan, misalnya meningkatkan profit perusahaan, maka produktivitas
perlu ditingkatkan. Produktivitas dapat diukur dari tingkat output dan prestasi
kerja. Produktivitas yang baik tercapai manakala prestasi kerja yang dihasilkan
oleh pekerja dapat menghasilkan output produk sesuai dengan yang ditargetkan,
baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas yang memenuhi standard produk
yang telah ditetapkan.
Untuk dapat meningkatkan prestasi kerja, bagi Taylor, perlu diberikan
upah insentif agar motivasi pekerja menjadi tinggi sehingga tingkat output
menjadi meningkat. Upah insentif bagi Taylor dinamakan sebagai upah intensif
diferensial (piecework pay system),
yaitu upah yang diberikan kepada pekerja secara berbeda ditentukan berdasarkan
kemampuan pekerja dalam memenuhi standard yang telah ditetapkan. Bagi mereka
yang mampu memenuhi standard maka diberikan upah yang lebih baik, sedangkan
bagi mereka yang tidak mampu memenuhi standard maka diberikan upah yang
diberikan di bawah mereka yang mampu memenuhi standard. Pendekatan ini
dilakukan agar produktivitas meningkat sehingga terjadi peningkatan produksi
sekaligus efisiensi, yang pada akhirnya akan memberikan kemungkinan peningkatan
profit.
Selain Taylor, dikenal juga seorang
bernama Henry L. Gantt (1861-1919) yang memperkenalkan 4 gagasan untuk
peningkatan kegiatan manajemen, yaitu:
1. Kerja
sama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan pimpinan.
2. Seleksi
ilmiah tenaga kerja atau karyawan.
3. Sistem
insentif untuk merangsang produktivitas karyawan dan organisasi.
4. Penggunaan
instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
Gantt juga memperkenalkan apa yang
dinamakan sebagai “Bagan Gantt” (Chart
Gantt) yang kemudian banyak dikenal sebagai sebuah bagan scheduling atau kita kenal dengan time
scheduling (penjadwalan kerja). Bagan Gantt ini dibuat untuk kegiatan
perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Sekalipun bagan ini telah
berumur sangat panjang, akan tetapi dalam banyak kegiatan masih relevan untuk
dipergunakan, karena pada dasarnya setiap pekerjaan memerlukan perencanaan
pengerjaan dan waktu.
Ciri-Ciri
Pokok Manajemen Ilmiah:[5]
1. Metode
ilmiah yang diterapkan terhadap problem-problem produksi.
2. Studi
tentang waktu.
3. Studi
tentang gerakan.
4. Organisasi
fungsional.
2. Manajemen
Administrasi
Berbeda dengan kelompok
manajemen ilmiah yang memiliki pandangan bahwa peningkatan produktivitas suatu
organisasi dapat dicapai ketika produktivitas individu ditingkatkan, kelompok
manajemen administrasi melihat bahwa perubahan produktivitas tersebut harus
dilakukan secara menyeluruh dalam sebuah organisasi. Perubahan produktivitas
pekerja secara individual, menurut kelompok ini, tak akan berarti apa-apa jika
faktor-faktor lain dalam organisasi secara keseluruhan tidak juga diperhatikan
dan dilakukan perubahan. Di antara contributor kelompok ini adalah Henry Fayol
(1841-1925), Lyndall Urwick (1891-1983), dan Max Weber (1864-1920).
Henry Fayol, seorang industrialis
Perancis, sesungguhnya merupakan contributor utama dalam kelompok ini.
Menariknya, dia tidak dikenal oleh para pebisnis dan praktisi manajemen selama
hidupnya hingga bukunya yang berjudul General
and Industrial Management diterjemahkan ke bahasa inggris pada tahun 1930.
Berdasarkan pengalamannya, manajemen sangat memerlukan proses pengarahan yang
dilakukan secara sistematis di antara pekerja dan manajer agar produktivitas organisasi
secara keseluruhan meningkat.
Selain kontribusinya tersebut, Fayol
juga termasuk tokoh pertama yang memperkenalkan kegiatan-kegiatan operasional
dari sebuah perusahaan, yaitu kegiatan teknis, kegiatan komersil, kegiatan
keuangan, kegiatan keamanan, kegiatan akuntansi, dan kegiatan manajerial.
Adapun kegiatan manajerial yang dimaksud adalah kegiatan yang terdiri dari
fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian
perintah, pengoordinasian, serta pengawasan dan pengendalian. Fayol meyakini
bahwa keseluruhan fungsi manajemen ini merupakan inti dari kegiatan manajemen.
Selain Fayol, Lyndall Urwick juga menekankan
pentingnya fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan organisasi. Setelah
menyelesaikan kariernya sebagai kepala angkatan bersenjata di Inggris, Urwick
lebih dikenal sebagai ahli dan konsultan manajemen. Dia melakukan integrasi
atau penggabungan teori manajemen ilmiah sebagaimana dikenalkan oleh Taylor dan
pasangan Gilberth dengan apa yang telah dikenalkan oleh Fayol. Di antara
kontribusinya adalah lahirnya semacam panduan atau guidelines bagi pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi. Namun kemudian, Urwick lebih
dikenal sebagai seseorang yang mampu menggabungkan teori-teori dari
kelompok-kelompok manajemen terdahulu daripada kontribusinya mengenai
fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi.
Sekalipun Max Weber hidup sezaman dengan
Fayol dan Urwick, namun kontribusinya dalam teori manajemen baru dikenali
setelah tahun 1947, di mana karyanya diterjemahkan ke bahasa inggris pada tahun
tersebut. Weber, seorang ahli sosiologi dari German, memberikan kontribusi
mengenai pentingnya birokrasi dan prosedur dalam kegiatan manajemen. Birokrasi
dan prosedur merupakan salah satu kegiatan manajemen yang harus dilakukan agar keseluruhan
organisasi bisa dijalankan dengan lancer dan mencapai tujuannya.
Kesimpulan Mengenai Perspektif Manajemen
Klasik
Perspektif manajemen klasik yang terdiri
dari kelompok manajemen ilmiah dan manajemen administrasi telah memberikan
kontribusi berharga bagi dunia manajemen, dan memberikan dasar-dasar bagi
pengembangan teori manajemen selanjutnya.
Diantara kontribusi yang berharga adalah
mengenai spesialisasi pekerjaan, studi mengenai masa dan beban kerja, serta
metode ilmiah mengenai kegiatan manajemen yang secara ringkas terepresentasikan
melalui apa yang kita kenal sebagai fungsi-fungsi manajemen. Prosedur dan
birokrasi juga termasuk kontribusi berharga dari kelompok manajemen klasik ini.
Akan tetapi harus diakui bahwa salah
satu kelemahan perspektif dari kelompok ini adalah bahwa mereka kurang
memerhatikan aspek kemanusiaan sebagai salah satu aspek penting dalam
organisasi. Aspek manusia yang tidak hanya dilihat dari faktor pemberian upah
atau insentif, akan tetapi dari karakteristik kemanusiaan secara lebih
menyeluruh, di mana manusia memiliki kebutuhan, motif, tujuan, dan perilaku
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
B. Kelompok Kedua:
Perspektif Manajemen Perilaku (Teori Neo Klasik)
Sebagaimana
telah dikemukakan di atas, salah satu kelemahan perspektif manajemen klasik
adalah belum masuknya faktor manusia sebagai faktor penting dalam manajemen dan
organisasi. Berbeda dengan perspektif manajemen klasik, perspektif manajemen
perilaku (behavioral management perspective) justru menekankan pada
pentingnya manajemen dalam memerhatikan perilaku dan kebiasaan individu manusia
yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya pula manajemen melakukan
perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada dalam organisasi agar
organisasi dapat berjalan dengan baik.
Perspektif
manajemen perilaku banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep psikologi yang
diaplikasikan dalam sebuah industri. Tidak heran, diantara kontributornya
adalah seorang psikolog Jerman yang bernama Hugo Munstberg (1863-1916).
Munstberg juga dikenal sebagai the father of industrial psychology.[6]
Munstberg menyatakan bahwa para psikolog bisa memberikan kontribusi yang sangat
berharga dalam sebuah kegiatan bisnis atau industri dalam hal seleksi pekerja
dan upaya-upaya yang dapat memotivasi kerja. Kegiatan pemotivasian pekerja
sangatlah diperlukan agar perilaku dan kebiasaan para pekerja yang berbeda-beda
dalam pelaksanaannya dapat diperhatikan namun sekaligus diarahkan kepada
pencapaian tujuan organisasi. Kegagalan pemberian motivasi bagi para pekerja
akan menyebabkan perbedaan yang ada pada pekerja dari sisi perilaku dan
kebiasaan mendorong ke arah kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya
daripada semestinya.
Selain
Munstberg, Mary Parker Follet termasuk kontributor utama dalam perspektif
manajemen perilaku.7 Definisinya mengenai manajemen, seni dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan melalui orang lain, menunjukkan bahwa tugas manajemen tidak
hanya melakukan kegiatan sistematis dalam rangka pencapaian tujuan, tetapi
merupakan juga seni dalam memahami perilaku orang lain sehingga dapat diarahkan
kepada pencapaian tujuan.
The Howthorne
Studies
Salah satu
kontribusi berharga dalam dunia manajemen adalah apa yang telah dihasilkan oleh
studi yang dilakukan di perusahaan Western Electric di Howthorne antara tahun
1927 hingga 1932 yang disponsori oleh perusahaan besar General Electric dan
dilakukan oleh Elton Mayo dan rekan-rekannya. Studi ini terdiri dari dua
eksperimen. Eksperimen pertama dilakukan bagi kelompok pekerja yang memperoleh
manipulasi atas penerangan di tempat kerjanya. Sedangkan eksperimen kedua
dilakukan bagi kelompok pekerja yang memasang telepon di bank-bank di mana
dijanjikan bahwa jika para pekerja memasang sambungan telepon lebih banyak maka
akan diberikan insentif lebih.
Kedua eksperimen
ini menyimpulkan bahwa ternyata pemberian insentif dan juga nyala lampu atau
penerangan tidak menentukan produktivitas pekerja, akan tetapi adanya perlakuan
yang sama oleh manajer serta perhatian khusus lah yang akan menentukan
produktivitas para pekerja. Tentunya tidak berarti bahwa mereka tidak
membutuhkan insentif atau penerangan secukupnya dalam bekerja, akan tetapi
perhatian dan penerimaan sosial rupanya lebih menjadi faktor yang mempengaruhi
perilaku mereka dalam bekerja daripada faktor insentif dan faktor individu.
Teori Relasi Manusia (Abraham Maslow)
Teori relasi manusia merupakan pengembangan dari
eksperimen Howthorne studies. Teori relasi manusia berargumentasi bahwa
pada dasarnya manusia selalu melakukan respons terhadap konteks sosial dimanapun
dia berada. Salah satu kontributor teori relasi manusia ini adalah seorang yang
bernama Abraham Maslow. Dia menyatakan bahwa perilaku manusia dimotivasi oleh
keragaman kebutuhan yang dihadapinya. Keragaman kebutuhan ini
direpresentasikannya melalui apa yang dinamakan dengan Hierarki Kebutuhan.
Menurut Maslow ada lima tingkatan kebutuhan yaitu
kebutuhan fisik (physical needs), kebutuhan keamanan (safety and
security needs), kebutuhan sosial (social/belongingness needs),
kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization
needs).
Maslow menyatakan bahwa kelima kebutuhan tersebut berlaku
secara hierarkis, artinya pemenuhannya berawal dari tingkatan yang paling
bawah, yaitu kebutuhan fisik, hingga tingkatan yang paling tinggi, yaitu
kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan yang hierarkinya lebih tinggi
cenderung tidak akan memotivasi tenega kerja sekiranya kebutuhan pada hierarki
yang lebih bawah belum terpenuhi.
Selain Maslow, Douglas McGregor memberikan kontribusi
berharga mengenai dinamika dalam relasi manusia. McGregor memperkenalkan kepada
kita bahwa pada dasarnya manusia dapat diklasifikasikan menjadi tipe X dan tipe
Y. Mereka yang bertipe X cenderung bersifat pasif, malas, tidak mau bekerja
kecuali kalau disuruh, kurang inisiatif, dan kurang menyukai tantangan, serta
akan berdisiplin jika diawasi. Untuk yang dikategorikan tipe X ini, pendekatan
manajemen yang harus dilakukan adalah yang terkait dengan pengawasan dan
pengarahan yang menyeluruh dan terus-menerus. Adapun klasifikasi yang kedua
adalah tipe Y di mana mereka yang bertipe Y memiliki karakteristik proaktif,
menyukai tantangan dan pekerjaan, memiliki banyak ide dan inisiatif, serta
berdisiplin adalah bagian dari tantangan prestasi yang ingin dicapainya. Untuk
mereka yang berkategori Y ini, pendekatan manajemen lebih kepada pemberian
delegasi dan kepercayaan daripada pengawasan terus-menerus dan menyeluruh.
C. Kelompok Ketiga:
Perspektif Manajemen Kuantitatif
Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi
manajemen adalah perspektif manajemen kuantitatif, yaitu perspektif yang mulai
tumbuh dan berkembang setelah perang dunia kedua. Diantara dua perspektif yang
muncul dalam kelompok manajemen kuantitatif ini adalah perspektif manajemen
sains dan manajemen operasi.
Perspektif Manajemen Sains
Penggunaan istilah manajemen sains ini agak mirip dengan
manajemen saintifik atau ilmiah yang diperkenalkan oleh Taylor. Akan tetapi,
perlu dicatat perbedaannya bahwa perspektif manajemen sains di sini lebih
menekankan pada penggunaan model matematika dalam penyelesaian seluruh kegiatan
dan persoalan manajemen. Sebuah model matematika pada dasarnya merupakan
representasi dari sebuah sistem, proses, dan hubungan antar subsistem dalam
sistem tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa perspektif ini mencoba
menjelaskan realitas dalam kegiatan manajemen organisasi melalui model.
Perspektif Manajemen Operasi
Berbeda dengan perspektif manajemen sains, pendekatan
manajemen operasi merupakan salah satu bentuk aplikasi manajemen sains yang
lebih memfokuskan pada kegiatan tertentu dalam kegiatan manajemen secara
operasional. Manajemen operasi membantu manajemen agar dapat melakukan kegiatan
produksi secara lebih efektif dan efisien.
Teori Manajemen Kontemporer
Apa yang dihasilkan pada beberapa waktu lalu telah
memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan dunia manajemen, terutama
aplikasinya dalam organisasi. Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut
tidak sepenuhnya kontradiksi satu sama lain, namun pada dasarnya justru dengan
kelebihan dan kekurangan serta keterbatasannya dapat saling melengkapi satu
sama lain.
Sebagai tambahan, ilmu manajemen berkembang hingga kini
(kontemporer) yang pengembangannya terjadi dalam berbagai bentuk dan konsep
manajemen. Secara garis besar, pengembangannya ini dapat terbagi menjadi dua,
yaitu perspektif sistem dalam manajemen dan perspektif kontingensi dalam
manajemen.
Perspektif Sistem dalam Manajemen
Perspektif sistem merupakan salah satu konsep penting
dalam ilmu manajemen kontemporer. Sistem didefinisikan sebagai kesatuan
elemen-elemen dalam organisasi yang memiliki fungsinya masing-masing,
terintegrasi satu sama lain secara menyeluruh dan melalui sebuah proses
diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan. Perspektif manajemen sistem pada dasarnya
berupaya untuk mewujudkan tujuan organisasi berupa output yang bermanfaat bagi
lingkungan dengan melakukan proses transformasi dari faktor input yang juga
diperoleh dari lingkungan. Adapun yang termasuk dalam subsistem- subsistem atau
elemen-elemennya adalah dari mulai sumber daya manusia, bahan baku, informasi,
uang (input), dan kemudian sistem administrasi, sistem operasi, teknologi, dan
sistem kontrol (proses transformasi) dan barang atau jasa, output informasi,
maupun tanggapan apakah apa yang dihasilkan oleh organisasi sesuai dengan
permintaan atau keinginan mereka.
Perspektif Kontingensi dalam Manajemen
Salah satu perspektif dalam manajemen yang juga cukup
populer saat ini adalah perspektif kontingensi. Pendekatan seperti klasik,
perilaku dan kuantitatif dalam manajemen dapat dikatakan sebagai perspektif
yang universal dalam manajemen karena memberikan semacam “jalan yang tepat dan
umum” (one best and general way) untuk melakukan kegiatan manajemen.
Pendekatan kontingensi justru merupakan kebalikannya. Pendekatan kontingensi
memandang bahwa dikarenakan karakteristik organisasi berbeda dengan yang
lainnya, maka pendekatan manajemen yang harus diberikan juga secara otomatis
akan berbeda. Dari sisi kepemimpinan misalnya, dapat dikatakan bahwa pendekatan
demokratis cukup baik untuk digunakan dalam sebuah organisasi, karena
pendekatan demokratis memberikan kesempatan kepada semua orang dalam organisasi
untuk dapat memberikan pandangannya dan terlibat aktif dalam memberikan masukan
bagi kemajuan organisasi.
D. Berbagai Isu
Kontemporer Seputar Perkembangan Ilmu Manajemen
Sebagaimana diterangkan di muka, berbagai pendekatan
dalam manajemen hingga sekarang ini terus bermunculan. Apakah pendekatan
tersebut merupakan sebuah rekonstruksi atas teori manajemen yang terdahulu
maupun tawaran pendekatan baru dalam ilmu manajemen. Di antara berbagai isu
seputar ilmu manajemen adalah diantaranya mengenai konsep Downsizing,
Diversity Management, Teknologi Informasi, Globalisasi, Etika dan Tanggung
Jawab Sosial, Management for Quality, hingga Ekonomi Jasa (Service
Economy). Berikut akan diperkenalkan konsep dasar dari berbagai isu
tersebut.
DOWNSIZING.
Konsep dasar Downsizing adalah bahwa organisasi berusaha untuk
meningkatkan efisiensi dengan melakukan pengecilan bentuk organisasinya melalui
diantaranya pengurangan jumlah pekerjanya atau jumlah anggotanya.
DIVERSITY MANAGEMENT. Konsep dasar Diversity Management atau mengelola
perbedaan adalah bagaimana manajemen dalam organisasi mampu mengelola berbagai
perbedaan yang terdapat dalam organisasi atau perusahaannya. Perbedaan tersebut
dapatdisebabkan oleh adanya perbedaan etnis, agama, karakter dan sifat,
motivasi, hingga perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian yang
ada di dalam organisasi.
INFORMATION TECHNOLOGY. Perkembangan yang sangat pesat diseputar teknologi
informasi memunculkan berbagai media informasi dan komunikasi seperti internet
dan lain sebagainya yang memunculkan perkembangan terbaru mengenai cara
orang-orang dan organisasi berinteraksi. Perkembangan ini memberikan tantangan
baru bagi para praktisi manajemen untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai
perubahan diseputar teknologi informasi ini.
GLOBALISASI. Globalisasi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses atau situasi di mana berbagai pihak di seluruh dunia dapat semakin
mudah melakukan interaksi tanpa harus dibatasi lagi dengan batas-batas regional
atau geografis sebuah negara misalnya. Perkembangan globalisasi ini memberikan
peluang sekaligus tantangan bagi para teoritisi dan praktisi manajemen untuk
dapat menyesuaikan secara cepat bagaimana mengaplikasikan konsep-konsep
manajemen dalam situasi seperti itu.
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL. Isu-isu seputar korupsi,
kerusakan lingkungan, penipuan konsumen, dan lain sebagainya menjadi isu utama
dalam hal etika dan tanggung jawab sosial dari sebuah organisasi. Sebuah
organisasi yang berharap dapat terus diterima dan beradaptasi dengan
lingkungannya maka tidak dapat mengabaikan isu-isu tersebut jika ingin terus
diterima oleh masyarakat.
MANAGING FOR QUALITY. Teori dan
praktik manajemen saat ini juga tidak dapat mengabaikan tercapainya kualitas.
Kualitas akan menentukan kompetensi dan kemampuan untuk berkompetisi dengan
yang lain, di samping kualitas juga akan menurunkan biaya dalam jangka panjang.
Kualitas juga merupakan indikator tercapainya produktivitas.
SERVICE ECONOMY. Perkembangan saat ini semakin menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi
khususnya tidak dapat lagi dilihat sebagai sebagai sebuah kegiatan dalam
menghasilkan barang melalui kegiatan manufaktur. Kegiatan ekonomi saat ini juga
merupakan kegiatan penyediaan jasa. Oleh karena itu harus dilakukan pendekatan
agar penyediaan jasa dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya terdapat tiga kelompok besar dalam melihat
teori dan praktik manajemen. Ketiga kelompok tersebut (Kelompok Manajemen
Klasik, Manajemen Perilaku, Manajemen Kuantitatif) memiliki latar belakangnya
masing-masing sekaligus kelebihan dan kekurangannya. Dalam prakteknya, para manajer
tidak hanya mengikuti satu aliran atau mazhab tertentu, mereka biasanya
menggunakan konsep-konsep atau kombinasi konsep-konsep yang dikembangkan oleh
aneka macam mazhab manajemen.
Ada berbagai isu kontemporer yang terkait dengan dunia
teori dan prakrik manajemen. Berbagai isu tersebut meliputi isu seputar DOWNSIZING,
DIVERSITY MANAGEMENT, INFORMATION TECHNOLOGY, GLOBALISASI, ETIKA
DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAl, MANAGING FOR QUALITY, dan SERVICE ECONOMY.
B. Saran
Teori-Teori
Manajemen ini hendaknya dipelajari dengan sungguh- sungguh agar
pengaplikasiannya dalam kehidupan nyata menjadi maksimal serta bisa juga
dijadikan referensi.
Cukup kiranya
bahasan kami tentang materi ini, kami sadar sepenuhnya makalah ini masih jauh
dari sempurna. Mohon kiranya saudara pembaca memberikan masukan demi adanya
perbaikan di tugas kami selanjutnya. Akhir kata kami sampaikan terima kasih.
Daftar Pustaka
Diana, Irine Sari Wijayanti. 2008. Manajemen.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Dr. Winardi, S.E. Pengantar Ilmu Manajemen (Suatu
Pendekatan Sistem). Bandung: Nova.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian,
dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Tisnawati , Ernie Sule & Kurniawan Saefullah.
2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Handoko, Hani. 2012. Manajemen. Jogjakarta: BPFE.
[2] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar
Manajemen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 29.
[3] Drs.
H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:
Bumi Aksara, hal. 23.
[5] Dikutip didasarkan
pandangan: N. Paul Loomba, Management-A Quantitative Perspective, Mac Millan
Publishing oleh DR. Winardi, S. E., dalam Pengantar Ilmu Manajemen (Suatu
Pendekatan Sistem), Bandung: Nova, hal. 49.
[6] Tisnawati
Sule & Kurniawan Saefullah,
Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal, 38.
mantap2
BalasHapus