A. POKOK
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruk-sional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif. Yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.[1]
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat
unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
System
is “organized set of ideas.”[2]
Sistem adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan
secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting dari sistem
pembelajaran secara utuh. Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki ciri
sistem secara umum sebagaimana sistem-sistem yang lain. Dalam arti luas, sistem
adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang terdiri
atas bagian-bagian yang lebih kecil, dan seluruh bagian tersebut secara
bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi tersebut juga
bermakna bahwa suatu benda, kegaiatan, atau cara dapat disebut sebagai suatu
sistem bila memenuhi empat kriteria sekaligus, yaitu:[3]
a.
Memiliki atau
dapat dibagi meenjadi bagian yang lebih kecil atau sub sistem.
b.
Setiap bagian
mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c.
Seluruh bagian
itu melakukan fungsi secara bersama.
d.
Fungsi bersama
tersebut mempunyai tujuan tertentu.
Berdasarkan
pengertian diatas, maka ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu
sistem. Pertama, setiap sistem pasti memiliki tujuan, yang mana tujuan
tersebut merupakan ciri utama dari sistem. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai
oleh suatu pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan
system. Jadi tak ada sistem tanpa tujuan. Kedua, sistem selalu
mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan
untuk mencapai tujuan. Jadi semakin kompleks tujuan maka semakin rumit pula
proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu sistem selalu
melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen dan unsur-unsur tertentu. Oleh
karena itu, suatu sistem tidak mungkin memiliki satu komponen saja tetapi
membutuhkan berbagai komponen yang mana antara komponen satu dengan yang lain
saling berkaitan.[4]
Dalam buku akta mengajar V menyatakan bahwa karakteristik suatu sistem
sebagai berikut :[5]
a)
Adanya tujuan
b)
Adanya fungsi
untuk mencapai tujuan
c)
Adanya bagian
komponen yang melaksanankan fungsi-fungsi tersebut
d)
Adanya
interaksi antara komponen
e)
Adanya penggabungan
yang menimbulkan jalinan keterpaduan
f)
Adanya proses
transformasi
g)
Adanya proses
umpan balik untuk perbaikan dan
h)
Adanya daerah
batasan dan lingkungan
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem ini
merupakan aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Oleh karena
suatu sistem merupakan proses untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan
komponen-komponen yang membentuknya, maka sistem erat kaitannya dengan
perencanaan.Perancanaan adalah pengambilan keputusan bagaimana memperdayakan
komponen agar tujuan berhasil dengan sempurna. Proses perencanaan yang
sistematis dalam proses pembelajaran memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
:[6]
1) Melalui sistem
perencanaan yang matang, karena sistem perencanaan disusun untuk mencapai hasil
yang optimal.
2) Melalui sistem
perencanaan yang sistematis ini dapat menentukan berbagai strategi yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3) Melalui sistem
perencanaan, dapat menetukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai
sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau tujuan
tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input)
menjadi hasil (output).[7]
Suatu proses tersebut secara tidak sadar dapat mengubah perilaku atau tingkah
laku peserta didik. Karena disini guru memberikan peran yang sangat penting
untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Misalnya, sebelum peserta didik
mengalami proses belajar, ia tidak tahu konsep tentang “X”, tetapi setelah ia
mengalami proses pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep “X”, dengan
demikian dapat dikatakan seseorang itu telah belajar (umpan balik).[8]
Komponen input
sistem pembelajaran dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media
pembelajaran, perangkat-perangkat pembelajaran yang lain termasuk persiapan
atau perencanaan pembelajaran. Komponen proses berupa tempat atau aktivitas
berinteraksinya berbagai input, baik raw
input (masukan siswa), instrumental input (masukan berupa
alat-alat termasuk guru dan kurikulum), maupun environmental input (masukan lingkungan fisik maupun non fisik).
Proses pembelajaran akan mengahsilkan keluaran (output). Dengan kata lain, output
merupakan cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran
yang berlangsung. Output pembelajaran
itu biasanya dapat berupa prestasi belajar, perubahan sikap, perubahan
perilaku, skor atau nilai penguasaan materi suatu mata pelajaran, dan
sebagainya. Outcome dalam sebuah
sistem pembelajaran merupakan kebermaknaan output
di dalam sistem yang lebih luas atau sistem lain yang relevan. Di sisi lain, outcome dapat juga dimaknai sebagai
dampak dihasilkannya output. Dengan singkat kata, outcome merupakan ukuran kebermaknaan output. Jika dikaitkan dengan contoh output di atas, outcome pembelajaran
dapat berupa seberapa jauh nilai atau prestasi belajar yang dicapai dalam
pembelajaran tertentu memiliki makna atau dapat menopang keberhasilan
pembelajaran lain yang relevan.[9]
Kegiatan
pembelajaran atau juga dikenal dengan kegiatan instruksional sebagai suatu
sistem dengan sendirinya merupakan komposisi bagian-bagian dan fungsi
masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya. Dengan demikian, apabila salah satu bagian ada yang ridak berfungsi
dengan baik dan sinkron dengan komponen lain, maka tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan tidak dapat dicapai dengan baik atau optimal.
Perencanaan
pembelajaran sebagai sub sistem dari sistem pembelajaran, dengan demikian memiliki
komponen-komponen yang memiliki fungsi sendiri-sendiri dan saling terkait
bersama-sama untuk mencapai tujuan. Tinjauan sebuah sistem yang ditekankan pada
keseluruhan bagian atau komponen tersebut dalam teori sistem dikelompokkan pada
sistem dalam arti wujud. Di samping itu, perencanaan pembelajaran dapat pula
didekati secara sistem dalam arti “metode atau cara”. Tinjauan ini dikenal
dengan pendekatan sistem (system
approach).
Model pendekatan sistem perencanaan pembelajaran tersebut oleh Atwi
Suparman kemudian dijelaskan lagi dengan rincian yang menunjukkan
langkah-langkah dalam menyusun sistem pembelajaran.
Tahap mengidentifikasi sebagaimana yang terdapat dalam bagan
tersebut meliputi tiga langkah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum.
2.
Melakukan
analisis pembelajaran.
3.
Mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik siswa.
Sedangkan tahap
mengembangkan dijabarkan menjadi empat langkah sebagai berikut:
a)
Menulis tujuan
pembelajaran (instruksional) khusus.
b)
Menulis tes
acuan patokan.
c)
Menyusun strategi
pembelajaran.
d)
Mengembangkan
bahan pembelajaran.
Tahap
mengevaluasi dan merevisi berisi langkah mendesain dan melaksanakan evaluasi
formatif yang di dalamnya termasuk kegaiatan merevisi.
Hasil
akhir dari langkah-langkah tersebut adalah rencana sistem pembelajaran yang
siap diterapkan dalam pembelajaran. Rencana sistem pembelajaran ini akan
menjadi panduan para guru untuk melaksanakan pembelajaran, sehingga perlu
disiapkan dan dikerjakan secara cermat dan sungguh-sungguh.
Jadi pembelajaran sebagai suatu sistem adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru secara instruksional yang mana disini guru sebagai
penyedia sumber belajar sehingga seorang guru harus mampu mengelola semua
komponen-komponen agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dengan
demikian diharapkan peserta didik mampu menerima dan akan terjadi umpan balik (feedback).
2. Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran
Komponen merupakan
bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai
tujuan sistem.[10]
Komponen-komponen
sistem pembelajaran dibagai menjadi lima bagian yaitu:[11]
a)
Tujuan
Tujuan merupakan komponen yang
sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa ke mana siswa? Apa yang
harus dimiliki oleh siswa? Semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai
sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku setiap satuan pendidikan.
b)
Materi pelajaran
Isi atau materi pelajaran merupakan
komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konstek tertentu, materi
pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi
proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.
c)
Metode atau
strategi pembelajaran
Metode atau strategi pembelajaran
adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan
pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan
jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi yang
tetap maka komponen-komponen tersebut tidak akan memilki makna dalam proses
pencapaian tujuan.
d)
Media
Media walaupun fungsinya sebagai
alat bantu akan tetapi memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Dalam
kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat belajar dari
mana saja dan kapan saja dengan menfaatkan hasil-hasil teknologi. Oleh karena
itu peran dan tugas guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi
pengelola sumber belajar.
e)
Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir
dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihaat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga berfungsi
sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.
Melalui evaluasi ini kita dapat melihat kekurangan dalam pembelajaran berbagai
komponen sistem pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran
Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya
faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor
lingkungan.[12]
a.
Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru
dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru
bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siwa yang diajarnya,
akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).
Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan kualitas
atau kemampuan guru. Norman Kirby menyatakan: “one underlying emphasis
should be noticeable: that the quality of the teacher is the essential,
constant feature in the success of any educational system”.
Menurut Dunkin, ada sejumlah aspek
yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu “teacher
formative experience, teacher training experience and teacher properties”.
Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini
diantaranya meliputi tempat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang
budaya dan adat istiadat dan keadaan keluarga.
Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas
dan latar belakang pendidikan guru.
Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki
guru.
b.
Faktor Siswa
Siswa adalah organisme unik yang
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiaannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran
dapat dipengaruhi oleh perkembangana anak yang tidak sama itu, di samping
karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang
siswa yang menurut Dunkin disebut “pupil formative experience serta faktor
sifat yang dimiliki siswa (pupil properties)”.
Aspek latar belakang, meliputi jenis
kelamin siswa, tempat tanggal lahir dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial
ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya.
Dilihat dari sifat yang dimiliki
siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Sikap dan penampilan
siswa di dalam kelas, juga merupakan aspek yang lain yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran.
c.
Faktor Sarana
dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya
media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain
sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen
penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Terdapat berbagai keuntungan bagi
sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasana. Pertama,
kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru
mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu sebagai proses
penyampaian materi pelajaran dan sebagai pengaturan lingkungan yang merangsang
siswa untuk belajar. Apabila mengajar dipandang sebagai proses penyampaian
materi, maka dibutuhkan sarana pembelajran berupa alat dan bahan yang dapat
menyalurkan pesan secara efektif dan efisien. Sedangkan mengajar dipandang
sebagai proses mengatur lingkuangan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan
sarana yang berkaiatan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong
siswa untuk belajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat
memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada
dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang bertipe auditif akan lebih mudah belajar melalui pendengaran,
sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan.
d.
Faktor
Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada
dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi
kelas dan factor iklim sosial-psikologis.
Faktor organisasi kelas yang
didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang
dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar
akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Faktor lain dari dimensi lingkungan
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis,
maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Iklim sosisal ini dapat terjadi secara internal atau eksternal.
Iklim sosial-psikologis secara
internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah,
misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara
guru dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis
eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar,
misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya.
Sekolah yang memiliki hubungan yang
baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerja sama antar guru, saling
menghargai dan saling membantu, maka kemungkinan iklim belajar menjadi sejuk
dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar. Sebaliknya, manakala
hubungan tidak kehormonisan, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan
ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar.
Demikian juga sekolah yang memiliki kerja sama dengan lembaga-lembaga luar akan
menambah kelancaran progam-progam sekolah sehingga upaya-upaya sekolah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak lain.
4. Aplikasi Sistem dalam Pembelajaran
Makna sistem dalam
pembelajaran harus diaplikasikan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran
tersebut mampu menghasilkan hasil yang optimal yaitu mampu memeberdayakan
seluruh potensi yang ada dalam diri siswa yang terdiri dari potensi kognitif,
efektif dan psikomotorik.
Aplikasi sistem
dalam pembelajaran mengandung makna :[13]
1)
Adanya
pemahaman secara utuh, kompehensif dan terpadu, bahwa proses pembelajaran itu
sangat tergantung dari berbagai elemen. Jika salah satu elemen tergantung atau
rusak maka akan mengganggu keberhasilan proses belajar. Maka dari itu guru
mempunyai peran utama yang mana seorang guru harus mampu dan memberdayakan
semua elemen tersebut agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.
2)
Adanya sifat
dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa, yaitu adanya ketersediaan
untuk menerima kritik atau informasi dari luar. Kita harus menerima kritik atau
masukan dari pendapat orang lain. Tetapi apabila dirinya merasa benar dan orang
lain salah mka sistem pembelajaran tidak akan bisa diterapkan dalam proses
pembelajaran.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan yaitu:
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Sedangkan, sistem
adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi pembelajaran sebagai system adalah
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru secara instruksional
yang mana disini guru sebagai penyedia sumber belajar sehingga seorang guru
harus mampu mengelola semua komponen-komponen agar dapat mencapai suatu tujuan
yang diinginkan. Dengan demikian diharapkan peserta didik mampu menerima dan
akan terjadi umpan balik (feedback).
Komponen merupakan bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi
untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem.Komponen-komponen sistem
pembelajaran dibagai menjadi lima bagian yaitu: tujuan; meteri; metode atau
strategi pembelajaran; media dan evaluasi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses
sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan
media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
Makna sistem dalam pembelajaran harus diaplikasikan dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran tersebut mampu menghasilkan hasil yang optimal
yaitu adanya pemahaman secara utuh, kompehensif dan terpadu, dan Adanya sifat
dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
PT. RINEKA CIPTA.
Hamzah B. Uno, 2011, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT
Bumi Aksara.
M. Saekhan Muchith, 2008Pembelajaran Kontekstual, Semarang:
Rasial Media Group.
Oxford Dictionary
Suwarna dkk. 2005. Pengajaran
Mikro: Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik Profesional. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Wina Sanjaya, 2010, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Prenada Media Group.
[1]Dimyati dan
Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2006).
hlm. 297
[2]Oxford Dictionary
[3] Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005). Hlm 33.
[4]Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm.195
[5]Hamzah B. Uno, Perencanaan
Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). Lihat Depdikbud, Materi
Dasar Pendidikan Progam Akta Mengajar V, Buku IIIC Progam Intruksional,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen DIKTI, (1984). Hlm.11
[6]Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Lihat (Ely,1979).
Hlm.197
[7]Hamzah B. Uno, Perencanaan
Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). Hlm.13
[8]Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm. 203
[9]Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005). Hlm 34.
[10]Hamzah B. Uno, Perencanaan
Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). Hlm.12
[11]Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm. 203-206
[12]Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm. 197-203
[13]M. Saekhan
Muchith, M. Pd, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasial Media Group,
2008). Hlm. 19