This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 29 November 2014

Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem



A. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
        Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.[1]
       Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
            System is “organized set of ideas.”[2]
Sistem adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting dari sistem pembelajaran secara utuh. Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki ciri sistem secara umum sebagaimana sistem-sistem yang lain. Dalam arti luas, sistem adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil, dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi tersebut juga bermakna bahwa suatu benda, kegaiatan, atau cara dapat disebut sebagai suatu sistem bila memenuhi empat kriteria sekaligus, yaitu:[3]
a.       Memiliki atau dapat dibagi meenjadi bagian yang lebih kecil atau sub sistem.
b.      Setiap bagian mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c.       Seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama.
d.      Fungsi bersama tersebut mempunyai tujuan tertentu.
            Berdasarkan pengertian diatas, maka ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem. Pertama, setiap sistem pasti memiliki tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan ciri utama dari sistem. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan system. Jadi tak ada sistem tanpa tujuan. Kedua, sistem selalu mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Jadi semakin kompleks tujuan maka semakin rumit pula proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen dan unsur-unsur tertentu. Oleh karena itu, suatu sistem tidak mungkin memiliki satu komponen saja tetapi membutuhkan berbagai komponen yang mana antara komponen satu dengan yang lain saling berkaitan.[4]
Dalam buku akta mengajar V menyatakan bahwa karakteristik suatu sistem sebagai berikut :[5]
a)      Adanya tujuan
b)      Adanya fungsi untuk mencapai tujuan
c)      Adanya bagian komponen yang melaksanankan fungsi-fungsi tersebut
d)     Adanya interaksi antara komponen
e)      Adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
f)       Adanya proses transformasi
g)      Adanya proses umpan balik untuk perbaikan dan
h)      Adanya daerah batasan dan lingkungan

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem ini merupakan aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Oleh karena suatu sistem merupakan proses untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka sistem erat kaitannya dengan perencanaan.Perancanaan adalah pengambilan keputusan bagaimana memperdayakan komponen agar tujuan berhasil dengan sempurna. Proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :[6]
1)  Melalui sistem perencanaan yang matang, karena sistem perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang optimal.
2)  Melalui sistem perencanaan yang sistematis ini dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3)    Melalui sistem perencanaan, dapat menetukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).[7] Suatu proses tersebut secara tidak sadar dapat mengubah perilaku atau tingkah laku peserta didik. Karena disini guru memberikan peran yang sangat penting untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Misalnya, sebelum peserta didik mengalami proses belajar, ia tidak tahu konsep tentang “X”, tetapi setelah ia mengalami proses pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep “X”, dengan demikian dapat dikatakan seseorang itu telah belajar (umpan balik).[8]

Komponen input sistem pembelajaran dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media pembelajaran, perangkat-perangkat pembelajaran yang lain termasuk persiapan atau perencanaan pembelajaran. Komponen proses berupa tempat atau aktivitas berinteraksinya berbagai input, baik raw input  (masukan siswa), instrumental input (masukan berupa alat-alat termasuk guru dan kurikulum), maupun environmental input (masukan lingkungan fisik maupun non fisik). Proses pembelajaran akan mengahsilkan keluaran (output). Dengan kata lain, output merupakan cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran yang berlangsung. Output pembelajaran itu biasanya dapat berupa prestasi belajar, perubahan sikap, perubahan perilaku, skor atau nilai penguasaan materi suatu mata pelajaran, dan sebagainya. Outcome dalam sebuah sistem pembelajaran merupakan kebermaknaan output di dalam sistem yang lebih luas atau sistem lain yang relevan. Di sisi lain, outcome dapat juga dimaknai sebagai dampak dihasilkannya output. Dengan singkat kata, outcome merupakan ukuran kebermaknaan output. Jika dikaitkan dengan contoh output di atas, outcome pembelajaran dapat berupa seberapa jauh nilai atau prestasi belajar yang dicapai dalam pembelajaran tertentu memiliki makna atau dapat menopang keberhasilan pembelajaran lain yang relevan.[9]
            Kegiatan pembelajaran atau juga dikenal dengan kegiatan instruksional sebagai suatu sistem dengan sendirinya merupakan komposisi bagian-bagian dan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, apabila salah satu bagian ada yang ridak berfungsi dengan baik dan sinkron dengan komponen lain, maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai dengan baik atau optimal.
            Perencanaan pembelajaran sebagai sub sistem dari sistem pembelajaran, dengan demikian memiliki komponen-komponen yang memiliki fungsi sendiri-sendiri dan saling terkait bersama-sama untuk mencapai tujuan. Tinjauan sebuah sistem yang ditekankan pada keseluruhan bagian atau komponen tersebut dalam teori sistem dikelompokkan pada sistem dalam arti wujud. Di samping itu, perencanaan pembelajaran dapat pula didekati secara sistem dalam arti “metode atau cara”. Tinjauan ini dikenal dengan pendekatan sistem (system approach). 
Model pendekatan sistem perencanaan pembelajaran tersebut oleh Atwi Suparman kemudian dijelaskan lagi dengan rincian yang menunjukkan langkah-langkah dalam menyusun sistem pembelajaran.
Tahap mengidentifikasi sebagaimana yang terdapat dalam bagan tersebut meliputi tiga langkah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum.
2.      Melakukan analisis pembelajaran.
3.      Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik siswa.
Sedangkan tahap mengembangkan dijabarkan menjadi empat langkah sebagai berikut:
a)      Menulis tujuan pembelajaran (instruksional) khusus.
b)      Menulis tes acuan patokan.
c)      Menyusun strategi pembelajaran.
d)     Mengembangkan bahan pembelajaran.
Tahap mengevaluasi dan merevisi berisi langkah mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif yang di dalamnya termasuk kegaiatan merevisi.
Hasil akhir dari langkah-langkah tersebut adalah rencana sistem pembelajaran yang siap diterapkan dalam pembelajaran. Rencana sistem pembelajaran ini akan menjadi panduan para guru untuk melaksanakan pembelajaran, sehingga perlu disiapkan dan dikerjakan secara cermat dan sungguh-sungguh.
Jadi pembelajaran sebagai suatu sistem adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru secara instruksional yang mana disini guru sebagai penyedia sumber belajar sehingga seorang guru harus mampu mengelola semua komponen-komponen agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dengan demikian diharapkan peserta didik mampu menerima dan akan terjadi umpan balik (feedback).
2. Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran
            Komponen merupakan bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem.[10]
            Komponen-komponen sistem pembelajaran dibagai menjadi lima bagian yaitu:[11]
a)      Tujuan
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa ke mana siswa? Apa yang harus dimiliki oleh siswa? Semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku setiap satuan pendidikan.
b)      Materi pelajaran
Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konstek tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.
c)      Metode atau strategi pembelajaran
Metode atau strategi pembelajaran adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi yang tetap maka komponen-komponen tersebut tidak akan memilki makna dalam proses pencapaian tujuan.
d)     Media
Media walaupun fungsinya sebagai alat bantu akan tetapi memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan menfaatkan hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu peran dan tugas guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi pengelola sumber belajar.
e)      Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihaat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi ini kita dapat melihat kekurangan dalam pembelajaran berbagai komponen sistem pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran
          Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.[12]
a.       Faktor Guru
          Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siwa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan kualitas atau kemampuan guru. Norman Kirby menyatakan: “one underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the teacher is the essential, constant feature in the success of any educational system”.
Menurut Dunkin, ada sejumlah aspek yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu “teacher formative experience, teacher training experience and teacher properties”.
Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini diantaranya meliputi tempat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat dan keadaan keluarga.
Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.
Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru.
b.      Faktor Siswa
Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiaannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangana anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut “pupil formative experience serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties)”.
Aspek latar belakang, meliputi jenis kelamin siswa, tempat tanggal lahir dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya.
Dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas, juga merupakan aspek yang lain yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
c.       Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Terdapat berbagai keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai pengaturan lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar. Apabila mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien. Sedangkan mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkuangan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaiatan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang bertipe auditif akan lebih mudah belajar melalui pendengaran, sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan.

d.      Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan factor iklim sosial-psikologis.
Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosisal ini dapat terjadi secara internal atau eksternal.
Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya.
Sekolah yang memiliki hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerja sama antar guru, saling menghargai dan saling membantu, maka kemungkinan iklim belajar menjadi sejuk dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar. Sebaliknya, manakala hubungan tidak kehormonisan, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki kerja sama dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran progam-progam sekolah sehingga upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak lain.
4. Aplikasi Sistem dalam Pembelajaran
            Makna sistem dalam pembelajaran harus diaplikasikan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran tersebut mampu menghasilkan hasil yang optimal yaitu mampu memeberdayakan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa yang terdiri dari potensi kognitif, efektif dan psikomotorik.
            Aplikasi sistem dalam pembelajaran mengandung makna :[13]
1)      Adanya pemahaman secara utuh, kompehensif dan terpadu, bahwa proses pembelajaran itu sangat tergantung dari berbagai elemen. Jika salah satu elemen tergantung atau rusak maka akan mengganggu keberhasilan proses belajar. Maka dari itu guru mempunyai peran utama yang mana seorang guru harus mampu dan memberdayakan semua elemen tersebut agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.
2)      Adanya sifat dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa, yaitu adanya ketersediaan untuk menerima kritik atau informasi dari luar. Kita harus menerima kritik atau masukan dari pendapat orang lain. Tetapi apabila dirinya merasa benar dan orang lain salah mka sistem pembelajaran tidak akan bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan yaitu:
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Sedangkan, sistem adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi pembelajaran sebagai system adalah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru secara instruksional yang mana disini guru sebagai penyedia sumber belajar sehingga seorang guru harus mampu mengelola semua komponen-komponen agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dengan demikian diharapkan peserta didik mampu menerima dan akan terjadi umpan balik (feedback).
Komponen merupakan bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem.Komponen-komponen sistem pembelajaran dibagai menjadi lima bagian yaitu: tujuan; meteri; metode atau strategi pembelajaran; media dan evaluasi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
Makna sistem dalam pembelajaran harus diaplikasikan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran tersebut mampu menghasilkan hasil yang optimal yaitu adanya pemahaman secara utuh, kompehensif dan terpadu, dan Adanya sifat dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Hamzah B. Uno, 2011, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara.
M. Saekhan Muchith, 2008Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasial Media Group.
Oxford Dictionary
Suwarna dkk. 2005. Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Wina Sanjaya, 2010, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group.



[1]Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2006). hlm. 297
[2]Oxford Dictionary
[3] Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005). Hlm 33.
[4]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm.195
[5]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). Lihat Depdikbud, Materi Dasar Pendidikan Progam Akta Mengajar V, Buku IIIC Progam Intruksional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen DIKTI, (1984). Hlm.11
[6]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Lihat (Ely,1979). Hlm.197
[7]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). Hlm.13
[8]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm. 203
[9]Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005). Hlm 34.
[10]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). Hlm.12
[11]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm. 203-206
[12]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010). Hlm. 197-203
[13]M. Saekhan Muchith, M. Pd, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasial Media Group, 2008). Hlm. 19