This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 01 Mei 2015

Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Fungsi manajemen sebagai suatu karakteristik dari pendidikan muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah kepada perkembangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah.Kerumitan yang meningkat karena luas dan banyaknya program telah mendorong usaha untuk merinci dan mempraktikkan prosedur administrasi dengan sistematis.Usaha ini telah menghasilakn uraian tentang praktik-praktik yang berhasil dan prangkat-prangkat asas yang konstruktif.[1]
Kontribusi manajemen pendidikan terhadap keberhasilan dan kegagalan belajar siswa adalah 32%.Dengan bertumpu pada landasan tersebut, pendidikan memulai usahanya dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan suatu teori dan ilmu administrasi pendidikan.[2]
Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber daya-sumber daya yang tersedia dalam organisasi/lembaga pendidikan Islam dengan cara yang sebaik mungkin.[3]
Manajemen bukan hanya mengatur tempat melainkan lebih dari itu adalah mengatur orang per orang.Dalam mengatur orang, diperlukan senidengan sebaik-baiknya sehingga kepala-kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu menjadikan setiap pekerja menikmati pekerjaan mereka.Jika setiap orang yang bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan seorang kepala sekolah.[4]
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal dengan teori manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat dalam merumuskan proses manajemen sebagaimana prnjelasan berikut:[5]
1)      Menurut skinner, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, staffing, directing and controlling.
2)      Steppen P.Robbin, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, leading, and controlling.
3)      Gulick mengedepankan proses manajemen mulai dari planning, organizing, staffing,directing, coordinating, reporting, dan budgeting.
4)      Fayol yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientific Managemen) mengedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning, organizing, commanding, coordinating, controlling.
Berdasarkan proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, para pakar maajemen pada era sekarang mengabstraksikan proses manajemen menjadi  proses yaitu: planning, organizing, actuating, controlling, (POAC). Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya saling ketertarikan antara proses yang pertama dan berikutnya, begitu juga setelah pelaksanaan controlling Lazimnya dilanjutkan dengan membuat Planning baru.[6]
Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan proses manajemen pendidikan Islam menjadi perencanaan pendidikan Islam dan pengawasan pendidikan Islam.  Siklus proses manajemen pendidikan Islam ini juga dapat digambarkan sebagai berikut:[7]


Perencanaan
Pendidikan Islam


 
                                                                                                                                                        
Pengawasan
Pendidikan Islam
Pengorganisasian
Pendidika Islam
 
                                     
Penggerakan Pendidikan Islam
 



1)      Perencanaan Pendidikan Islam
Perencanaan merupakan fungsi yang paling awal dari keseluruhan fungsi manajemen sebagaimna banyak dikemukakan oleh para ahli. Perencanaan adalah proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.[8]
Dalam manajemen Islam disebutkan bahwa semua tindakan Rasulullah selalu membuat perencanaan yang teliti.Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan yang teliti ini, banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an, baik secara tegas maupun secara sindiran (kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan haruslah di buat perencanaan.
Firman Allah:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ
“Peliharalah diri kamu dari kesalahan”.(surah (5) Al-Maidah: 92)
Proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu secara sistematis melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat, seperti yang terdapat pada hadits riwayat Tirmidzi yang artinya “ diantara baiknya, indahnya ke Islaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya[9]
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan, maka tidak termasuk dalam kategori manajemen pendidikan Islam yang baik.[10]
Perencanaan merupakan suatu proses berpikir. Di sini Nabi menyatakan bahwa berpikir itu adalah ibadat.Jadi, sebelum kita melakukan sesuatu wajiblah dipikirkan terlebih dahulu.Ini berarti bahwa semua pekerjaan harus diawali engan perencanaan.Tuhan memberikan kepada kita akal dan ilmu guna melakukan suatu ikhtiar, untuk menghindari kerugian dan kegagalan. Ikhtiar disini adalah suatu konkrentasi atau perwujudan dari proses berpikir, dan merupakan konkrentasi dari suatu perencanaan.[11]
2)      Pengorganisasian Pendidikan Islam
            Pengoeganisasian merupakan lanjutan dan fungsi perencanaan dalam sebuah sistem manajemen.Pengorganisasian bisa dikatakan sebagai “urat nadi” bagi seluruh organisasi atau lembaga.Oleh karena itu, pengorganisasian sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu organisasi atau lembaga, termasuk di dalamnya lembga pendidikan.[12]
            Pengorganisasian adalah suatu mekanisme atau suatu struktur, yang dengan struktur itu semua subjek, perangkat lunak dan perangkat keras yang kesemuanya dapat bekerja secara efektif, dan dapat dimanfaatkan menurut fungsi dan proposinya masing-masing. Adanya inisiatif, sikap yang kreatif dan produktif dari semua anggota pendidikan Islam dari pangkat yang serendah-rendahnya sampai yang tertinggi akan menjamin organisasi pendidikan Islam berjalan dengan baik.[13]
Firman Allah:
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا
setiap orang mempunyai tingkatan menurut pekerjaannya masing-masing: (surah (6) Al-An’am: 132)
Firman Allah:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
bekerjalah kamu nanti allah akan memperlihatkan bukti pekerjaan kalian masing-masing” (surah (9) At-Taubah: 105)
Dalil-dalil di atas dari nash Al-qur’an yang dengan tegas dan jelas menunjukkan bahwa manusia dalam prakteknya berkarya menurut kecakapan masing-masing. Kecakapan mereka, baik berupa ilmu yang dipunyainya maupun sebagai pengalaman, akan menempatkan mereka pada posisi tertentu. Hal ini dalam posisi Ilmu konomi disebut division of labour (pembagian kerja).Pembagian kerja itu pada akhirnya menjurus menjadi spesialisasi, akibatperbedaan kecakapan, perbedaan ilmu dan ketrampilan masing-masing.[14]
Sewaktu Rasulullah membentuk atribut-atribut Negara dalam kedudukan beliau sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, beliau membentuk  organisasi  yang didalamnya terlibat para sahabat beliau yang beliau tempatkan pada kedudukan menurut kecakapan dan ilmu masing-masing.[15]
Kita tidak dapat memungkiri bahwa Rasulullah itu adalah seorang organisatoris ulung, administrator  yang jenius, dan pendidik yang baik yang menjadi turutan dan panutan, karena beliau berfungsi sebagai panutan yang baik (uswatun hasanah).[16]
3)      Penggerakkan Pendidikan Islam
Penggerakan (actuating) adalah salah satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian.Actuating adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man power)  serta mendayagunakan fasilitas yang ada dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama. Actuating dalam organisasi juga bisa diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian motif bekerja secara sungguh-sungguh demi tercapainya tujuan organisasi. Fungsi penggerakan ini menempati posisi yang penting dalam merealisasikan segenap tujuan organisasi.[17]
Actuating merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen.Penggerakkan (Actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.[18]
Penggerakkan/actuating merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan Islam sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya.[19]
Mereka dapat digerakkan dengan sukarela, dan dapat merasakan bahwa pekerjaan itu adalah kewajibannya yang harus dikerjakan dengan suka rela seperti pekerjannya sendiri.  Dengan adanya rasa memiliki (sense of belonging), dan ikut bertanggung jawab, mereka akan kecewa jika gagal, sebaliknya mereka akan merasa bahagia jika tujuan berhasil dicapai. Jika perasaan mereka sudah demikian berarti fungsi motivasi pemimpin berhasil.[20]
Fungsi actuating berhubunganerat dengan sumber daya manusia, oleh karena itu seorang pemimpin  pendidikan Islam dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para bawahannya perlu memahami  faktor-faktor manusia dan pelakunya.[21]
Pada suatu lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan efektif hendaknya memberikan arah kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan Islam.Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dengan tujuan organisasi bisa kendur. Ini bisa membawa kepada situasi terhadap orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan  pribadi mereka, sedang organisasi sendiri tidak efektifdalam mencapai tujuan-tujuannya.[22]
Dr. Muhammad Munir di dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sekolah: Dasar-Dasar-Dasar dan Pelaksanaannya, mengatakan, “Penggerakkan tidak hanya dengan kata-kata yang manis atau sekedar basa-basi yang diucapkan kepada orang lain. Lebih dari itu, penggerakkan adalah pemahaman mendalam akan berbagai kemampuan, kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan orang lain. Selanjutnya, menjadikan semua faktor tersebut sebagai sarana penggerak mereka dalam bekerja secara bersama-sama  sebagai suatu kelompok.  Sekaligus berupaya mewujudkan tujuan yang sama di dalam situasi saling pengertian, saling kerja sama, saling kasih saying, dan saling mencintai.[23]
4)      Pengawasan Pendidikan Islam
Controling (pengawasan) merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan, sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana,  serta terwujudnya secara efektif dan efesien.[24]
Controling (pengawasan) adalah suatu usaha untukmeneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada objek yang dituju (pendidikan Islam) dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai.[25]
Menurut Siagian  (1983) fungsi pengawasan yaitu upaya penyesuaian antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar dicapai. Untuk mengetahui hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah disusun diperlukan informasi entang tingkat pencapaian hasil.Informasi ini dapat diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari bawahan atau observasi langsung.Apabila hasil tidak sesuai dengan standart yang ditentukan, pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.Dengan demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping itu, untuk menghindari kesalahpahaman tentang arti, maksud dan tujuan pengawasan antara pengawas denganyang diawasi perlu dipelihara jalur komunikasi yang effektif dan bernilai dalam arti bebas dariprasangka buruk dan dilakukan secara  berdayaguna dan berhasilguna.[26]

B.     Kegiatan Manajemen Pendidikan Islam
Telah dideskripsikan keseluruhan komponen yang ada di sekolah.Semakin besar sebuah sekolah semakin banyak pula komponen orang yang dilibatkan atau failitas yang digunakan.Agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien, tentunya semua orang yang dilibatkan dan fasilitas yang digunakan perlu didayagunakan sedemikian rupa bagi keberhasilan pendidikan Islam secara efektif dan efesien. Proses pendayagunaan  semua komponen yang ada di lembaga pendidikan Islam itulah yang disebut kegiatan  manajemen pendidikan Islam. De Roche  berhasil  mengidentifikasi dua ribu kegiatan manajemen sekolah. Namun para pakar  administrasi telah mencoba  mengkalsifikasikan komponen-komponen tersebut menjadi  beberapa gugusan  substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi kurikulum atau pemblajaran, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, keuangan, lingkungan masyarakat, dan layanan teknis.[27]
a)      Komponen kurikulum atau pembelajaran mencakup kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
b)      Komponen kesiswaan mencakup kegiatan penerimaan  siswa baru, pengelompokkan siswa, sampai dengan pelulusan siswa.
c)      Komponen kepegawaian mencakup kepala sekolah, guru, pesuruh sekolah dan lain-lain.
d)     Komponen sarana dan prasarana mencakup lahan sekolah, gedung, alat peraga, perabot, buku paket dan buku pelengkap.
e)      Komponen keuangan mencakup: keuangan dari subsidi pemerintah, biaya operasional pendidikan, uang BP3, dan sumbangan dari siswa maupun masyarakat.
f)       Komponen masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan masyarakat, seperti orang ua siswa, tokoh masyarakat, warga masyarakat, organisasi social kemasyarakatan, dan lembaga pemerintah maupun swasta.
g)      Komponen layanan teknis  mencakup unit kesehatan sekolah, asrama siswa, antar jemput siswa, dan kopsis/kopma/kantin.
Apabila merujuk kepada gugusan-gugusan substansi yang dikepedepankan oleh para pakar manajemen pendidikan  maka sebenarnya  manajemen pendidikan Islam itu pada dasarnya keseluruhan kegiatan manajemen ketujuh gugusan substansi tersebut. Dengan kata lain manajemen pendidikan Islam meliputi: manajemen kurikulum, manajemen sarana dan prasarana, manajemen kesiswaan, manajemen kepegawaian, manajemen humas, dan manajemen keuangan.[28]
Lebih lanjut apabila menerima pendapat  Sergiovani dan kawan-kawan  (1987) di muka yang menegaskan  bahwa langkah-langkah manajemen meliputi perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (leading) dan pengawasan (controlling),maka manajemen pada setiap gugusan substansi tersebut  pasti melalui  keempat langkah tersebut, yaitu perencanaan, pelaksanaan, menggerakkan, dan pengawasan.[29]
Ada banyak kegiatan manajemen pendidikan Islam, mulai dari perencanaan pembelajaran sebagai salah satu kegiatan manajemen pembelajaran sampai dengan pengawasan layanan teknis sebagai salah satu kegiatan manajemen layanan teknis.Semua itu dapat dikatakan sebagai ruang lingkup kegiatan manajemen Pendidikan. Namun, apabila dideskripsikan secara lebih rinci  kegiatan-kegiatan manajemen pendidikan Islam cukup banyak, Contoh kegiatan manajemen Pendidikan Islam di Indonesia dapat dirinci sebagai berikut:[30]
1.      Manajemen Kurikulum              : a) Perencanaan
·         Mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
·         Analisis materi pelajaran (AMP)
·         Penyusunan kalender pendidikan
·         Penyusunan program tahunan (prota) dengan memperhatikan  kalender pendidikan dan hasil analisis materi pelajaran.
·         Penyusunan program semester berdasarkan program tahunan yang telah disusun.
·         Penyusunan rencana pembelajaran
·         Penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan.
b) Pengorganisasian/Pelaksanaan
·         Pembagian tugas mengajar dan tugas lain.
·         Penyusunan jadwal pelajaran
·         Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan.
·         Penyusunan jadwal ekstrakurikuler.
·         Penyusunan jadwal kegiatan bimbingan dan pentuluhan.
c) Penggerakan
·         Pengaturan pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru.
·         Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
·         Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
·         Supervisi pelaksanaan pembelajaran.
d) Pengawasan
·         Supervisi pelaksanaan pembelajaran
·         Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
·         Evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran
·         Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sitem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[31]
Perubahan politik pemerintahan suatu Negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan kurikulum yang berlaku.Kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya., berupa fisik, intelektual, emosional, dan social, keagamaan.[32]
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat.Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.[33]
Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam adalah yang bersifat integrated dan komprehensif serta menjadikan al-qur’an dan Hadits sebagai sumber utama penyusunnya. Al Qur’ an dan hadits merupakan sumber utama pendidikan Islam berisi kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan operasional penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam.Pendidikan Islam adalah sistem, yaitu sistem pendidikan yang islami.Dengan demikian pendidikan Islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.[34]
Mastuhu secara praktis memberikan konsep tentang model dan paradigma pendidikan Islam yang diharapkan menjadi orientasi dan landasan dalam kurikulum lembaga pendidikan Islam, yaitu:[35]
1)      Dasar Pendidikan: Pendidikan Islam harus mendasarkan pada “teosentris” dengan menjadikan “antrosentris” sebagai bagian esensial dari konsep teosentris.
2)      Tujuan pendidikan: kerja membangun kehidupan duniawiyah melalui pendidikan sebagai perwujudanmengabdi kepadanya. Pembangunan kehidupan duniawiyah bukan menjadi tujuan final, tetapi erupakan kewajiban yang diimani dan terkait kuat dengan kehidupan ukhrawiyah, tujuan finalnya adalah kehidupan ukhrawi dengan ridha Allah SWT.
3)      Konsep manusia: Pendidikan Islam memandang manusia mempunyai fitrah yang harus dikembangkan, tidak seperti pendidikan sekuler yang memandang manusia dengan tabularasa.
4)      Nilai: Pendidikan Islam berorientasi pada Iptek sebagai kebenaran relative dan Immtaq sebagai kebenaran mutlak.
5)      Pendekatan dan metodologi: mengembangkan potensi anak didik dan memanfaatkan kesempatan secara optimal untuk  self realization atau self actualization, mengembangkan metode rasional, empiris, buttom up, materi ajaran (nash) harus diberikan secara doktrin, deduktif, memberikan bekal/landasan yang kuat sampai dengan tingkat menengah atas, yang siap dikembangkan ke pelpagai keahlian.
6)      Materi ajar: Memadukan aspek tradisional dan modern sesuai dengan sifat corak, dan kebutuhannya.
7)      Penddidik: memiliki tiga hal yaitu:
a)      Memiliki komitmen tinggi, mengabdi, dan merasakan pendidikan sebagai panggilan tugas.
b)      Professional lengkap dengan kepekaan misi dan ketajaman visi serta kecanggihan metodologi.
c)      Memiliki penghasilan cukup agar benar-benar memiliki 30 hari dalam sebulannya.
8)      Out put: Educated people atau cultured man dalam kerangka knowledge society. Alumninya di harapkan dapat memiliki: Learning ability lebih lanjut, egemaran belajar, mampu tampil beda, baru dan bernilai tambah, memiliki tiga kemampuan yang merupakan satu kesatuan, iamanah dan arif, intelegensi tinggi dan komprehensif, professional, mampu memikir dan mengembangkan Iptek dalam perspektif  imtaq dan menguraikan imtaq dalam bahasa iptek.
Pendidikan Islam dibangun atas dasar pemikiran yang Islami; bertolak dari pandangan hidup dan pandangan tentang manusia, serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam.[36]
Kurikulum yang demikian, pada pendapat Abdurrahman Al Nahlawi, mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:[37]
1)      Sistem dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan fitrah manusia, agar tetap berada dalam kesuciannya dan tidak menyimpang.
2)      Kurikulum hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan  akhir pendidikan Islam sambil memperhatikan tujuan-tujuan di bawahnya.
3)      Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum khusus berdasarkan perbedaan jenis kelamin (wanita dan pria) mengingat  adanya perbedaan peranan dan tugas masing-asing dalam kehidupan sosial.
4)      Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan pendidikan. Kurikulum hendaknya pula disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan adanya perbedaan pola kehidupan, agraris, industri dan komersial.
5)      Kurikulum hendaknya terstruktr dan terorganisasi secara integral. Hubungan antar bidang studi, bahasan pokok, dan jenjang pendidikan dijalin dengan satu “benang merah” yang mengacu kepada tujuan akhir pendidikan Islam, serta bersumber pada suatu dasar pandangan bahwa seluruh alam adalah miliki Allah SWT. Dan seluruh manusia adalah hamba-hambanya yang hidup sesuai dengan kehendak dan menurut syari’atNya. Implikasinya, di dalam kurikulum pendidikan Islam tidak akan terlihat lagi dikhotomi antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
6)      Kurikulum hendaknya realistis. Artinya, kurikulum dapat dilaksanakan sesuai dengan berbagai kemudahan yang dimiliki setiap Negara yang melaksanakannya.
7)      Metoe pendidikan yang merupakan salah satu komponen kurikulum ini hendaknya fleksibel. Artinya, metode pendidikan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi local, serta perbedaan-perbedaan individual seperti bakat minat, dan kemampuan peserta didik untuk menangkap, mengorganisasi, dan menganalisis bahan ajar.
8)      Kurikulum hendaknya efektif untuk mencapai tingkah laku dan emosi yang positif.
9)      Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik, baik fisik, emosional, ataupun intlektualnya; serta berbagai masalah yang dihadapi dalam setiap tingkat perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan sosal, dan  kesiapan religiousitas.
10)  Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku alamiah Islam yang mengejawantahkan segala rukun, syi’ar, dan etika islam, baik dalam kehidupan individual maupun dalam hubungan social peserta didik.
Perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat dan Depag. Karena itu level sekolah Islam yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu, sekolah Islam juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan local sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.[38]
Manajer sekolah Islam diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melambangkan program sekolah Islam, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus mengubungkan program-program sekolah Islam dengan seluruh kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan. Menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan program.[39]
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran dalam manajemen pendidikan Islam, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan oprasional ke dalam program tahunan,catur wulan, dan bulanan.  Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar-mengajar.[40]
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran serta pengisian waktu jam kosong.[41]

2.      Manajemen Kesiswaan               a)  Perencanaan
·         Perencanaan penerimaan siswa baru
·         Perencanaan daya tampung
·         Penerimaan siswa baru
b) Pengorganisasian/Pelaksanaan
·         Pengelompokkan siswa berdasarkan pola tertentu
·         Kegiatan Ekstra kurikuler
·         Organisasi Siswa Intra Sekolah
c) Penggerakan
·         Pembinaan kedisiplinan belajar siswa
·         Pengaturan perpindahan siswa
·         Pengaturan kelulusan siswa
·         Pencatatan kehadiran siswa
d) Pengawasa n
·         Pemantauan siswa
·         Penilaian siswa
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional dalam pengelolaan sekolah.Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya bebentuk pencatatan data peserta didik melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.[42]
Konsep manajemen kesiswaan merupakan penggabungan dari kata manajemen dan kesiswaan.Dalam pengertian manajemen terdapat dua kegiatan, yakni pikir (mind) dan kegiatan tingkah laku (action) (Sehartian, 1982).Manajemen Kesiswaan Pendidikan Islam merupakan suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa dikelas dan di luar kelas.Manajemen Kesiswaan Pendidikan Islam merupakan suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa dikelas dan di luar kelas.[43]
Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah/ sekolah Islam.Untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut menurut Depdikbud adalah sebagai berikut:[44]
1.      Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
2.      Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu di perlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
3.      Siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.
4.      Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut raah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.
Secara umum bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.[45]
3.      Manajemen Kepegawaian          a) Perencanaan
·         Analisis pekerjaan di sekolah
·         Penyusunan formasi guru dan pegawai
·         Perencanaan dan pengadaan guru dan pegawai baru.
b)Pengorganisasian/Pelaksanaan
·         Pembagian tugas guru dan pegawai
c)  Penggerakan
·         Pembinaan profesionalisme guru dan pegawai
·         Pengaturan perpindahan guru dan pegawai
·         Pengaturan pemberhentian guru dan pegawai
d) Pengawasan
·         Penilaian kinerja guru dan pegawai
·         Pemantauan kinerja guru dan pegawai
Tenaga pendidik dan kependidikan Islam dalam proses pendidikan Islam memegang peranan trategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diingihkan. Di pandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik  (guru, dosen, pamong pelajar, instruktur, tutor, widyaiswara) dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan adanya dimensi-dimensi proses pendidikan Islam,  atau lebih khusus lagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh pendidik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.  Begitu pun dengan enaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas, tenaga perpustakaan, tenaga administrasi) mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknisuntuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.[46]
Tenaga kependidikan Islam adalah anggota masyarakat yang beragama Islam yang mengabdikan dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan Islam.Keberhasilan manajemen guru pendidikan Islam sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah Islam.Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen ersonalia modern.[47]
Manajemen Tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan Islam bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan Islam secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan Islam, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.[48]
Manajemen tenaga kependidikan Islam (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,yakni tersedianya tenaga kependidikan Islam yang diperlukan dengan kualitas kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.[49]
Perencanaan pegawaimerupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan.Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis pekerjaan,  dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan. Informasi ini sangat membantu dalam menentukan jumlahh pegawai yang diperlukan, dan juga untuk menghasilkan spesifikasi pekerjaan.Spesifikasi jabatan ini memberi gambaran tentang kualitas minimum pegawai yang dapat diterima dan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.[50]
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya.Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan rekrutmen, yaitu usaha untuk mencaridan mendapatkan calon-calon pegawai yang memnuhi syarat sebanyak mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap.Untuk keperluan itu perlu dilakukan seleksi melalui ujian lisan, tulisan dan praktek.Pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai.[51]
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan sistem penilaian pegawai secara objektif dan akurat.Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen guru bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah/sekolah islam, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrument pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar presensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kondite pegawai untuk membantu kelancaran manajemen kependidikan di sekolah/sekolah Islam yang dipimpinnya.[52]
4.      Manajemen Sarana dan
Prasarana                                                a) Perencanaan
·         Analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
·         Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
b)     Pengorganisasian/Pelaksanaan
·         Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah
·         Penataan sarana dan prasarana sekolah
c)      Penggerakan
·         Pemanfaatan  sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien.
·         Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
·         Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah.
d)     Pengawasan
·         Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
·         Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran.[53]
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkitan erat dengan aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan prasarana pendidikan Islam. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam yang akan dibahas di sini berkaitan dengan erat:[54]
a)      Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam
Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan dalam proses manajemen. Dengan adanya rencana yang baik dan cermat, maka segala aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan organisasi akan terarah dan terorganisir sehingga bisa tercapai tujuan yang diharapkan. Begitu juga dalam perencanaan sarana dan prasaran pendidikan islam. Kebutuhan akan sarana dan prasaran proses pembelajaran, perlu direncanakan secara cermat dan teliti berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan (primer) dan kebutuhan yang dapat menunjang (skunder) keberhasilah dlam proses pembelajaran disekolah.
b)      Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah
Pengadaan sarana dan prasara pendidikan disekolah pada hakekatnya adalah kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun oleh sekolah sebelumnya. Dalam pengadaan ini harus dilakukan sesuai dengan memperhatikan skala prioritas yang dibutuhkan oleh sekolah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
c)      Inventarisasi Srana dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan daftar barang-barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-keteentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.Hak ini sesuai dengan keputusan menteri keuangan RI Nomer Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian dari  Aggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang yang barang-barangnya di bawah penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.
d)     Pengawasan dan Pemenliharaan Sarana dan Prasaran Pedidikan di sekolah.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pemimpin organisasi.Sedangkan pemeliharan terhadap sarana dan prsarana pendidikan disekolah merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personal sekolah dalam kondisi siap pakai.
e)      Pengahpusan Sarana dan Prasaran Pendidikan di Sekolah
Pengehapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegaiatan mediakan barang-barang milik lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar infentaris dengan cara berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
5.      Manajemen Keuangan               a) Perencaaan
·         Penyusunan Anggaran Pendapatan  dan Belanja Sekolah (RAPBS)
b) Pengorganisasian/Pelaksanaan
·         Pengadaan dan pengalokasian anggaran berdasarkan RAPBS
c) Penggerakan
·         Pelaksanaan anggaran belanja sekolah
·         Pembukuan keuangan sekolah dan penyampaian laporan
·         Pertanggungjawaban keuangan sekolah
d) Pengawasan
·         Pemantauan pelaksanaan Anggaran Sekolah
·         Penilaian kinerja manajemen keuangan sekolah.
Pengertian manajemen keuangan dalam arti sempit adalah tata pembukuan.Sedangkan dalam arti luas adalah pengurusan dan pertanggung jawaban dalam menggunaka keuangan baik pemerintah pusat maupun daerah.[55]
a)      Perencanaan Anggran Sekolah Islam
Kepala sekolah diharuskan mampu menyusun Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS).  Untuk itu kepala sekolah menegtahui sumber-sumber dana yang merupakan sumber daya sekolah. Sumber dana tersebut antara lain meliputi anggran rutin, Dana Penunjang Pendidikan (DPD), Subsidi Bantuan Penyelanggraan Pendidikan (SBPP), Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), (BP3), donatur, badan usaha, serta sumbangan lain-lain. Selain itu, biasanya sekolah Islam juga mengembangkan penggalian dana dalam bentuk; amal jariah, zakat Mal, Uang Syukuran, Amal Jumatan.[56]
b)      Pelaksanaan Anggran Belanja Sekolah Islam
Dalam mempergunakan anggaran, ada azaz lazim dijadikan pedoman yaitu azaz umum pengeluaran negara, bahwa manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama apabila uang tersebut dipergunakan sendiri oleh masyarakat. Azaz ini tercermin dalam prinsip-prinsip yang dianut dalam pelaksanaan APBN seperti prinsip efisiensi, pola hidup sederhan, hemat dan sebagainya.[57]
c)      Penyelenggaraan Pembukuan dan Penyampaian Laporan
Pembukuan anggaran baik penerimaan maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib, teratur dan benar.Hal ini dilakukan supaya dapat membuat suatu laporan keuanagan dan penggunaannya yang jujur dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.[58]
d)   Pengawasan Pelaksanaan Anggran Sekolah Islam
Pengawasan juga bisa disebut dengan kontrool manajerial adalah merupakan salah satu fungsi manajemen dalam organisasi. Fungsi tersebut mutlak harus dilakukan dalam setiap organisasi karena ketidak mampuan atau kelalian untuk melakukan fungsi tersebut akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Pelaksanaan anggran sekolah harus dikontrol oleh kepala sekolah/ sekolah islam sebgai manajer sekolah.[59]
6.      Manajemen Humas                     a) Perencanaan
·         Analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah.
·         Penyusunan program hubungan sekolah dengan masyarakat.
b)Pengorganisasian/Pelaksanaan
·         Pembagian tugas melaksanakanprogram hubungan sekolah dengan masyarakat.


c) Penggerakan
·         Menciptakan hubungan sekolah dengan orang tua siswa
·         Mengadakan kerja sama dengan organisasi social keagamaan
·         Mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakatMengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta
·         Mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektif.
d)     Pengawasan
·         Pemantauan hubungan sekolah dengan masyarakat
·         Penilaian kinerja hubungan sekolah dengan masyarakat.
Hubungan antara sekolah dan masyarakt pada hakekatnya adalah suatu sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam rangka usaha mengadakan pembinaan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di sekolah Islam. Hubungan antara sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya karena adanya kecendrungan perubahan dalam pendidikan yang menekankan perkembangan pribadi dan soisal akan melalui pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar maupun di dalam sekolah.[60]
Fungsi utama Hubungan Masyarakat adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern dan ekstern, dalam rangka menanamkan kegiatan menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalamk upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi. Fungsi ini diharapkan menjadi “mata” dan “telinga” serta “tangan kanan” bagi top manajemen dari organisasi/lembaga pendidikan.[61]
Tujuan sentral Humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab Humas dibentuk digiatkan guna menunjang manajemen yang berupaya mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang diperjuangkan oleh manajemen dan ditunjang oleh humas itu bergantung pada sifat organisasi.[62]
Pada pokoknya peranan manajer dalam menunjuukan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat adalah menjalin kerja sama yang erat dengan masyarakat, tokoh masyarakat, dan stake holder dalam memajukan sekolah islam. Adapun strategi kerja sama yang perlu diperhatikan adalah menarik perhatian masyarakt melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf pengajar. Artinya hubungan akrab dengan masyarakat dimulai dari usaha memajukan pendidikan Islam.[63]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
para pakar maajemen pada era sekarang mengabstraksikan proses manajemen menjadi  proses yaitu: planning, organizing, actuating, controlling, (POAC). Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya saling ketertarikan antara proses yang pertama dan berikutnya.
Proses pendayagunaan  semua komponen yang ada di lembaga pendidikan Islam itulah yang disebut kegiatan  manajemen pendidikan Islam. Namun para pakar  administrasi telah mencoba  mengkalsifikasikan komponen-komponen tersebut menjadi  beberapa gugusan  substansi, yaitu gugusan-gugusan
a)      Komponen kurikulum atau pembelajaran mencakup kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
b)      Komponen kesiswaan mencakup kegiatan penerimaan  siswa baru, pengelompokkan siswa, sampai dengan pelulusan siswa.
c)      Komponen kepegawaian mencakup kepala sekolah, guru, pesuruh sekolah dan lain-lain.
d)     Komponen sarana dan prasarana mencakup lahan sekolah, gedung, alat peraga, perabot, buku paket dan buku pelengkap.
e)      Komponen keuangan mencakup: keuangan dari subsidi pemerintah, biaya operasional pendidikan, uang BP3, dan sumbangan dari siswa maupun masyarakat.
f)       Komponen masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan masyarakat, seperti orang ua siswa, tokoh masyarakat, warga masyarakat, organisasi social kemasyarakatan, dan lembaga pemerintah maupun swasta.
g)      Komponen layanan teknis  mencakup unit kesehatan sekolah, asrama siswa, antar jemput siswa, dan kopsis/kopma/kantin.
                       
Daftar Pustaka
Bafadal, Ibrahim. 2009. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Didin Kurniadin dan Imam machali. 2012. Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan.Jakarta: Ar-Ruzz Media
Nana Sudjana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Jakarta: Sinar Baru Algensindo
Rohiat.2009. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik.Bandung: PT Refrika Aditama
Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Suryosubroto. 2004.  Manajemen Pendidikan di Sekolah.Jakarta: PT Rineka Cipta


[1]Rohiat, Manajemen Sekolah Teori  Dasar dan Praktik, (Bandung: Refrika Aditama, 2009),  14.
[2]Rohiat, loc.cit.
[3] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009),  26.
[4]Sulistyorini, loc. cit.
[5]Ibid, 27.
[6]Sulistyorini, loc. cit.
[7]Ibid, 28.
[8]Didin Kurmiadin dan imam machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012),  35.
[9]Sulistyorini, loc. cit.
[10]Ibid, 29.
[11]Sulistyorini, loc. cit.
[12] B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) hlm. 47.
[13]Sulistyorini, op. cit. 29.
[14]Ibid, 30.
[15]Sulistyorini, loc. cit.
[16]Sulistyorini, loc. cit.
[17]B. Suryosubroto, op cit.
[18]Sulistyorini, op cit. 31.
[19]Sulistyorini, loc. cit.
[20]Sulistyorini, loc. cit.
[21]Sulistyorini, loc. cit.
[22]Ibid, 32.
[23]Sulistyorini, loc. cit.
[24]Sulistyorini, loc. cit.
[25]Sulistyorini, loc. cit.
[26]Ibid, 33.
[27] Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),  56.

[28]Ibid, 58.
[29] Ibrahim Bafadal, loc. cit.
[30]Ibid, 59.
[31] Sulistyorini,op cit. 37.
[32] Sulistyorini,loc. cit.
[33]Ibid, 38.
[34]Ibid, 41.
[35]Ibid, 44.
[36]Ibid, 55.
[37] Sulistyorini,loc. cit.
[38] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 2005) hlm. 4.
[39] Sulistyorini,op cit. 59.
[40] Sulistyorini,loc. cit.
[41]Ibd, 60.
[42] Sulistyorini,op cit. 99. Lihat: E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 46.
[43] Sulistyorini,loc. cit.
[44]Ibid, 100.
[45]Ibid, 104.
[46] Sulistyorini,op cit. 66.
[47] Sulistyorini,loc. cit.
[48]Ibid, 67.
[49] Sulistyorini,loc. cit.
[50]Ibid, 68.
[51] Sulistyorini,loc. cit.
[52]Ibid, 70.
[53]Ibid, 115.
[54]Ibid, 119.
[55]Ibid, 130.
[56]Ibid, 132.
[57]Ibid, 133.
[58]Ibid, 135.
[59]Ibid, 136.
[60]Ibid, 140.
[61]Ibid, 148.
[62]Ibid, 150.
[63]Bid, 151.