BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Model Pembelajaran
Model (metode) adalah cara yang berbasis prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan penyajian pelajaran kepada siswa sehingga memudahkan
siswa dalam memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
merupakan kata bentukan dari kata dasar belajar, yang berarti proses belajar. Model
pembelajaran adalah cara yang sederhana untuk melukiskan hubungan-hubungan
beberapa variabel pembelajaran.[1]
Kegiatan merancang model-model pembelajaran penting bagi calon guru
atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam menentukan model
pembelajaran.[2]
Salah satu desain pembelajaran dalam kegiatan belajar-mengajar
ialah desain pembelajaran inkuiri (inquiry approach). Secara umum, istilah
“inquiry” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah.
Apabila orang terkait dalam proses investigasi, berusaha menjawab pertanyaan,
dan berusaha memecahkan masalah secara berkelanjutan, maka orang-orang ini
telah melakukan proses inkuiri. Inkuiri digunakan dalam aktivitas penelitian, khususnya
pada proses melakukan investigasi.[3]
Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini digunakan
oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia dan
Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar di
persekolahan.[4]
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri merupakan upaya yang
dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas.
Pendekatan ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa
(student-centred instruction) daripada kepada guru (teacher-centred
instruction).[5]
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan
siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara
tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media. Model Pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.[6]
2.2 Pengertian Model
Pembelajaran
Joyce
& Weil berpendapat bahwamod pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yangd apat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai
tujuan pendidikannya.[7]
2.3 Ciri-ciri Model
Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut.
1.
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari
para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh
Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk
melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2.
Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu,
misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir
induktif.
3.
Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan
belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic
dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
4.
Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1)
urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax);
(2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4) sistem pendukung.
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan
suatu model pembelajaran.
5.
Memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil
belajar yang dapat diukur; (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka
panjang.
6.
Membuat persiapan mengajar (desain intruksional)
dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.[8]
2.4
Model-model Pembelajaran
1.
Model Pembelajaran Kontekstual (Cotextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.[9]
Ø Langkah-langkah
yang dapat di lakukan:
a.
Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakana.
b.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
c.
Menegmbangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan.
d.
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
e.
Melakukan penilaian secara objektif.[10]
Ø
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual
Ø
Pengalaman nyata
Ø
Kerja sama, saling menunjang
Ø
Gembira, belajar dengan bergairah
Ø
Pembelajaran terintegrasi
Ø
Menggunakan berbagai sumber
Ø
Siswa aktif dan kritis
Ø
Menyenangkan, tidak membosankan
Ø
Sharing dengan teman
Ø
Guru kreatif[11]
Ø Kelebihan Model
Pembelajaran Kontekstual
a. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
b. Pembelajaran
lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.[12]
Ø Kekurangan
Model Pembelajaran Kontekstual
a. Guru
lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi siswa.
b. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide
– ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar.[13]
2.
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.[14]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a.
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan
pelajaran.
b.
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan
melalui bahan bacaan.
c.
Guru menjelaskan pada siswa bagaimana memebentuk kelompok belajar.
d.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar.
e.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.[15]
Ø
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu
system yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.
Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie adalah(1) saling
ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntanbilitas
individual, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau
ketrampilan social yang secara sengaja diajarkan.[16]
Ø Kelebihan Model
Pembelajaran Kooperatif
a.
Saling ketergantungan yang positif.
b.
Adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu.
c.
Siswa dilibatkan daiam perencanaan
dan pengelolaan kelas.
d.
Suasana kelas yang rileks dan
menyenanakan.
e.
Terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru.
Ø Kekurangan
Model Pembelajaran Kooperatif
a.
Guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikran dan waktu.
b.
Agar proses pembelajaran berjalan
dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai.
c.
Selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas.
3. Model
Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa
akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada
pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.[19]
Ø Kelebihan
model pembelajaran terpadu :
a. Materi
pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah
memahami sekaligus melakukannya.
b. Siswa
juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
c. Dengan
bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya
dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
d. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
e. Dengan
pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar
siswa aktif sebagai metode pembelajaran.[20]
Ø Kekurangan
model pembelajaran terpadu :
a. Aspek
Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan
berani mengemas dan mengembangkan materi.
b. Aspek
peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik
yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
c. Aspek
sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan
atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas
internet.
d. Aspek
kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi.
e. Aspek
penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
f. Suasana
pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu
bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.[21]
4. Metode
Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran
kuantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena
semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung
keberagaman dan interdeterminisme.[22]
Ø Kelebihan
pembelajaran kuantum :
a. Membiasakan
siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu
produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
b. Emosi
sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi.
c. Suasana
yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan
saling menghargai.
d. Setiap
pedapat siswa sangat dihargai.
e. Proses
belajarnya berjalan sangat komunikatif.[23]
Ø Kekurangan
pembelajaran kuantum :
a. Penggunaan
waktu dalam pembelajaran membutuhkan banyak.
b. Tidak
semua guru dapat menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif,
partisipatif, dan saling menghargai.
5.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam
diri individu yang berada dalam sebuah kelompok/lingkungan untuk memecahkan
masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual.[25]
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak
guru yang harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai
pembimbing. Guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan
konsep PBM dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berfikir siswa.[26]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a.
Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b.
Membantu siswa mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c.
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
d.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyampaikan karya yang
sesuai seperti laporan.[27]
Ø Kelebihan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
a.
Membuat siswa lebih aktif.
b.
Dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Menimbulkan ide-ide baru.
d.
Dapat meningkatkan keakraban dan
kerjasama.
Ø Kekurangan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a.
Model pembelajaran problem based
learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin
malas.
b.
Siswa merasa guru tidak pernah
menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif.
c.
Membutuhkan banyak waktu dan
pendanaan.
d.
Sangat memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya
sesuai dengan tingkat berpikir anak.
e.
Pembelajaran berdasarkan masalah
memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.[29]
6. Model
Cooperative Script
Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.[30]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a. Siswa
belajar/bekerja berpasangan.
b. Bergantian
peran sebagai pembicara atau pendengar.
c. Pembicara
dapat membantu pendengar mengoreksi dan mengingat ringkasan.
d. Bertukar
peran.[31]
Ø Kelebihan
model cooperative script :
a. Melatih
pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b. Setiap
siswa mendapat peran.
c. Melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.[32]
Ø Kekurangan
model cooperative script :
a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b. Hanya
dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).[33]
7. Model
Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis.[34]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a. Guru
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
b. Guru
menunjukkan gambar-gambar.
c. Siswa
mengurutkan gambarsesuai dengan urutan yang logis.
d. Dari
urutan tersebut guru menanamkan konsep.[35]
Ø Kelebihan
model picture and picture :
a. Guru
lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b. Melatih
berpikir logis dan sistematis.[36]
Ø Kekurangan
model picture and picture :
a. Memakan
banyak waktu.
b. Banyak
siswa yang pasif.[37]
8. Model
Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.[38]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a. Siswa
dibagi kelompok.
b. Setiap
siswa mendapat nomor.
c. Setiap
siswa mendapat tugas.
d. Kelompok
mendiskusikan jawaban.
e. Guru
memanggil salah satu nomor untuk melaporkan hasil kerjasama kelompok.[39]
Ø Kelebihan
numbered heads together :
a. Setiap
siswa menjadi siap semua.
b. Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.[40]
Ø Kekurangan
numbered heads together :
a. Kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
9. Model
Examples Non Examples
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.[42]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a. Guru
menyiapkan gambar atau dua konsep yang benar dan salah sesuai dengan tujuan.
b. Siswa
diminta mengamati gambar atau konsep.
c. Siswa
dikelompokkan dan mrnganalisis gambar untuk membedakan yang benar dan salah.
d. Setiap
kelompok membacakan hasil diskusinya.[43]
Ø Kelebihan
model example non example :
a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b. Siswa
mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
c. Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.[44]
Ø Kekurangan
model example non example :
a. Tidak
semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
10. Model
Pembelajaran Jigsaw
Model
pembelajaran jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan
pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.[46]
Siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan mengolah informasi
yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota
kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan
bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada
kelompok lain.[47]
Ø Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a. Siswa
dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b. Tiap
orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.
c. Anggota
dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru.
d. Setelah
kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan
kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e. Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.[48]
Ø Kelebihan
pembelajaran Jigsaw :
a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar
matematika.
b. Ruang
lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
c. Meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya
sendiri dan orang lain.
d. Meningkatkan
kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
e. Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f. Meningkatkan
kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g. Melatih
keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia
dapat kepada anggota kelompok lain.[49]
Ø Kelemahan
pembelajaran Jigsaw :
a.
Kondisi kelas yang cenderung ramai
karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b.
Dirasa sulit meyakinkan untuk
berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c.
Kurang partisipasi beberapa siswa
yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok
asal.
d.
Ada siswa yang berkuasa karena
merasa paling pintar di antara anggota kelompok.
e.
Awal penggunaan metode ini biasanya
sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang
agar berjalan dengan baik.
f.
Aplikasi metode ini pada kelas yang
besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model
team teaching.[50]
11. Model
Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran
adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada
situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian
masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat
catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.[51]
Ø Langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
a. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Membentuk
kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
c. Tiap
kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
d. Tiap
kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan
sesuai kebutuhan guru.
e. Dari
data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan
sesuai konsep yang disediakan guru.[52]
Ø Kelebihan
model mind mapping :
a. Melihat
gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat informasi secara detail.
b. Mengingat
informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan
sesuai dengan cara seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang
sama atau berbeda.
c. Mengatasi
informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa.
Secara mental hal ini juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut
dalam memahami sebuah persoalan.
d. Mind
map mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat,
berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu
menyelesaikan persoalan.
e. Mind
maping dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat penggunakan garis
lengkung, warna dan gambar. Ini membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya
seni yang indah. Secara mental akan memudahkan kita untuk mengingatnya.
f. Mind
maping membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat.[53]
Ø Kekurangan
model mind mapping :
a. Hanya
siswa yang aktif yang terlibat.
b. Tidak
sepenuhnya murid yang belajar.
c. Jumlah
detail informasi tidak dapat dimasukkan.[54]
12. Model Pembelajaran Sosial
Dikatakan model pembelajaran sosial
karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini
menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model
dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam
berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja
secara produktif dalam masyarakat.
Dalam hal ini, akan dipelajari 3 model
pembelajaran yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu: [55]
a. Model pembelajaran bermain peran
Bermain
peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan
makna diri (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan
bentuk kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan
konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku
dirinya dan perilaku orang lain. Keberhasilan model pembelajaran melalui
bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran (enactment) yang diikuti
dengan analisis terhadapnya. Disamping itu, tergantung pula pada persepsi siswa
tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situation).[56]
Proses
bermain peran ini dapat memberikan contoh tentang perilaku manusia dan berguna
sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh
inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan
persepsinya, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah,
dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Prosedur
bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu (1) pemanasan (warming up),
(2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata
panggung, (5) memainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7)
memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9)
berbagai pengalaman dan kesimpulan.[57]
Melalui
permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya
tersendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berperilaku baru
untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah.[58]
b. Model pembelajaran simulasi sosial
Model
pembelajaran simulasi sosial merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu
cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu studi perbandingan antara
mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti
komputer. Jadi, berdasarkan teori sibernetika, ahli psikologi menganalogikan
mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik.[59]
Contoh
simulasi yang terkenal di indonesia adalah simulasi simulasi pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila. Suatu simulator yang dirancang untuk
meningkatkan wawasan dan pengalaman nilai-nilai pancasila. Contoh lainnya ialah
“Life Career Game”, suatu permainan yang dirancang bagi konselor untuk membantu
siswa dalam merencanakan karier, “International Simulation” atau simulator yang
dirancang untuk mengajarkan prinsip-prinsip hubungan internasional, dan
permainan yang sering digunakan anak-anak, yakni monopoli. Terdapat empat
prinsip yang harus dipegang guru/fasilitator dalam simulasi. Pertama adalah
kejelasan (eksplanation), kedua adalah pengawasan (refeering), ketiga adalah
melatih (coaching), dan keempat adalah diskusi (debriefing).[60]
Permainan
simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang
persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep,
keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain.[61]
c. Model pembelajaran telaah yurisprudensi
(juris prudential inquiry)
Model
pembelajaran telaah yurisprudensi ditujukan untuk membantu siswa belajar
berpikir secara sistematis tentang isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat.
Model pembelajaran ini melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial,
mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan
sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Model ini juga dapat
mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain
terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada
dirinya.[62]
Umumnya
kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui metode dialog socrates (debat
konfrontatif). Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi: (1) orientasi
terhadap kasus, (2) mengidentifikasi isu, (3) pengambilan posisi (sikap), (4)
menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, (5)
memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi tentang
fakta, definisi, dan kosekuensi.[63]
Tahap-tahap
model pembelajaran telaah yurisprudensi yaitu :[64]
Pertama,
guru memperkenalkan kepada siswa materi-materi kasus dengan cara membaca
cerita, menonton film yang menggambarkan konflik nilai, atau mendiskusikan
kejadian-kejadian hangat dalam kehidupan sekitar, sekolah atau masyarakat. Kedua,
siswa mensistesis fakta, mengaitkannya dengan isu-isu umum dan mengidentifikasi
nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut. Ketiga, siswa diminta untuk
mengambil posisi (sikap/pendapat) terhadap isu tersebut dan menyatakan
sikapnya. Keempat, sikap (posisi/pendapat) siswa digali lebih dalam. Kelima,
tahap penentuan ulang akan posisi (sikap) yang telah diambil siswa. Keenam,
pengujian asumsi faktual yang mendasari sikap yang diambil siswa.
13. Model Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran
jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran di mana aktifitas pengajaran
dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan
tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat
tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak
nonfisik, yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya
dekat dari lokasi institusi pendidikan, namun tidak dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran di institusi tersebut.[65]
a. Sistem pendidikan jarak jauh
Program
pendidikan harus fokus pada kebutuhan intruksional mahasiswa daripada
teknologinya sendiri. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan umur, kultur,
latar belakang sosioekonomi, interes, pengalaman, level pendidikan dan terbiasa
atau tidaknya dengan metode pendidikan jarah jauh. Faktor yang penting untuk
keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah perhatian, percaya diri dosen,
pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreatif menggunakan alat, dan menjalin
interaksi dengan mahasiswa. Pada pembangunan sistem pendidikan jarak jauh perlu
diperhatikan tentang desain dan pengembangan sistem, interactivity, active
learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif.[66]
b. Pendidikan jarak jauh secara online
Layanan
online dalam pendidikan baik bergelar maupun tidak bergelar pada dasarnya
adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (mahasiswa) dengan
menggunakan internet sebagai media.[67]
Layanan
online ini dapat terdiri atas berbagai tahapan dari proses program pendidikan,
seperti pendaftaran, tes masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus,
pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dan lain-lain.
Pendidikan jarah jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal
sehingga memberikan efektivitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meningkatkan
kualitas pendidikan.[68]
Dari
sudut pandang dosen, solusi pendidikan online harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut. Mudah digunakan, kemungkinan pembuatan bahan kuliah online dan
kelas online dengan cepat dan mudah, hanya memerlukan pelatihan minimal,
memungkinkan pengajaran dengan cara mereka sendiri, memungkinkan mereka
mengendalikan lingkungan pembelajaran. Dari sudut mahasiswa yang dicari adalah
fleksibilitas dalam mengambil mata kuliah. Bahkan kuliah yang didapat secara
online lebih kaya dibandingkan yang didapat di kelas. Berjalan di komputer yang
sudah mereka miliki. Menyertakan kolaborasi antar mahasiswa seperti cara
tradisional, mencakup konsultasi dengan dosen, diskusi kelas, teman belajar,
dan proyek-proyek bersama.[69]
c. Pendidikan jarak jauh berbasis web
secara online
Perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan
teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak
jauh. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, di mana
saja, multiuser, serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet
suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh
selanjutnya.[70]
Pendidikan
jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut.[71]
1. Pusat kegiatan siswa
2. Interaksi dalam grup
3. Sistem administrasi mahasiswa
4. Pendalaman materi dan ujian
5. Perpustakaan digital
6. Materi online.
d. Pendidikan secara online di luar negeri
Di
luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah menjadi
alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metode pendidikan ini diikuti oleh
para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut
usia (pensiunan).[72]
Selama
lebih dari 80% pendidikan jarak jauh diselenggarakan secara online melalui
internet. Besarnya investasi serta kepiawaian teknologi dalam meramu pendidkan
ini, serta apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap teknologi, membuat
pendidikan jarak jauh secara online tidak kalah atau bahkan lebih bergengsi
dibandingkan pendidikan konvensional. Kini bahkan pendidikan konvensional pun
menyelenggarakan pendidikan online.[73]
e. Prospek pendidikan secara online di
indonesia
Di
indonesia, proses pendidikan jarak jauh dengan sarana internet telah menjadi
perhatian beberapa kalangan, baik dari dunia pendidikan maupun dunia teknologi
informasi. Saat ini di indonesia terdapat sekitar 75 universitas negeri dan
1.200 universitas dan perguruan tinggi swasta di indonesia. Dengan total lebih
kurang bisa mencapai 5 juta mahasiswa yang merupakan potensi pengguna internet.[74]
Keberhasilan
pendidikan jarah jauh ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan
mahasiswa, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola
pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Apabila pendidikan berbasis pada web
maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antargrup,
administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakaan digital,
dan materi online.[75]
14. Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD)
Belajar
pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
lain-lain. Dalam praktiknya, pembelajaran orang dewasa sering disebut dengan
diklat (pendidikan dan pelatihan), pelatihan ataupun training sehingga
pembahasan dalam bab ini tidak lain adalah untuk tujuan penyelenggaraan diklat,
pelatihan ataupun training menjadi lebih mudah, praktis, dan terukur.[76]
a. Prinsip pembelajaran orang dewasa
(andragogi)
Andragogi
berasal dari bahasa yunani andr artinya orang dewasa dan agogos artinya
membimbing. Dengan demikian, andragogi secara harfiah mempunyai makna
membimbing orang dewasa. Definisi orang dewasa dapat dilihat dari berbagai
aspek, yaitu:[77]
1) Definisi biologis, jika seseorang telah
mencapai usia dimana ia dapat melakukan reproduksi.
2) Definisi hukum, jika orang tersebut
telah mencapai usia dimana undang-undang menyatakan ia dapat memiliki hak suara
dalam pemilihan umum.
3) Definisi sosial, jika orang tersebut
telah mulai melaksanakan peran-peran orang dewasa, seperti peran kerja, peran
pasangan, peran orang tua, peran sebagai warga negaradengan hak pilih, dan
lain-lain.
4) Definisi psikologi, jika orang tersebut
telah memiliki konsep diri yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya, yaitu
konsep untuk mengatur dirinya sendiri (self directing), seperti mengambil
keputusan sendiri.
Knowles mendapatkan beberapa asumsi
model pembelajaran orang dewasa yang berbeda dengan pembelajaran anak/remaja,
yaitu berkaitan dengan kebutuhan untuk mengetahui, konsep diri peserta belajar
(pembelajar), peranan pengalaman peserta belajar (pembelajar), kesiapan
belajar, orientasi belajar, dan motivasi.[78]
b. Pendekatan, ruang lingkup, dan tujuan
pembelajaran orang dewasa
Pendekatan
pembelajaran orang dewasa lebih berpola monotoriter atau pola persuasif,
bersifat informal, yang memberikan rasa aman, fleksibel, dan tidak mengancam
dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran orang dewasa lebih bertujuan untuk
menemukan pengertian dan pencarian pemikiran guna merumuskan perilaku yang standar.[79]
Ruang
lingkup pembelajaran orang dewasa mencakup pencarian terbaru tentang makna
kehidupan. Pembelajaran orang dewasa akan efektif manakala berkaitan dengan
kebutuhan/kepentingan peserta belajar, situasi kehidupan/pekerjaan, pengalaman
hidup, konsep diri, dan memperhatikan perbedaan antarindividu peserta belajar.[80]
Tujuan
pembelajaran orang dewasa secara khusus mencakup tiga aspek, yaitu:
1) Membangkitkan semangat percaya diri dan
optimisme;
2) Memberikan kemampuan dan keterampilan
untuk berbuat sesuatu;
3) Memberi kemampuan untuk dapat menerima
atau menolak sesuatu atas dasar standar peraturan, nilai-nilai, atau etika
masyarakat yang dianutnya.[81]
c. Strategi pembelajaran orang dewasa
Strategi
pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan
pembelajaran untuk menyampaikan materi secara sistematis sehingga menghasilkan
hasil belajar tertentu. Sebagaimana dikemukakan atwi, secara garis besar
strategi pembelajaran mengandung komponen-komponen, yaitu:
1) Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan
kegiatan pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2) Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar
mengorganisasikan materi pembelajaran.
3) Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan
pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4) Waktu
pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar
dalam menyelesaikan proses pembelajaran.[82]
d. Evaluasi program pembelajaran orang
dewasa
Evaluasi
atau penilaian adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, yang mencakup penentuan tujuan, perancangan dan pengembangan
instrumen, pengumpulan data, analisis, dan penafsiran untuk menentukan suatu
nilai dengan standar penilaian yang telah ditentukan. Tujuan dilakukan evaluasi
atau penilaian adalah untuk menjawab apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil yang diinginkan atau direncanakan dengan kenyataan di lapangan.[83]
Evaluasi
program pembelajaran orang dewasa (training) merupakan salah satu komponen dari
keseluruhan sistem pendidikan, pembelajaran, atau pelatihan (training). Tanpa
kegiatan evaluasi, tidak akan diketahui apakah suatu penelitian telah berjalan
sesuai dengan rencana, atau telah memenuhi kebutuhan peserta pelatihan, atau
telah berjalan lancar atau sebaliknya. Dengan demikian, kegiatan evaluasi merupakan
kegiatan yang sangat penting sebagai umpan balik untuk perbaikan program di
masa-masa mendatang.[84]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara
langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan berbagai media. Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain.
Ciri-ciri model
pembelajaran adalah Berdasarkan
teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Mempunyai misi atau
tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk
mengembangkan proses berpikir induktif. Dapat dijadikan
pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki
kreativitas dalam pelajaran mengarang. Memiliki bagian-bagian model. Memiliki
dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Model-model pembelajaran adalah Model Pembelajaran Kontekstual (Cotextual
Teaching and Learning), Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Terpadu, Metode
Pembelajaran Kuantum, Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Model Cooperative Script, Model Picture and Picture, Model
Numbered Heads Together, Model Examples Non Examples, Model Pembelajaran
Jigsaw, Model Mind Mapping, Model
Pembelajaran Sosial, Model Pembelajaran Jarak Jauh, Model Pembelajaran Orang
Dewasa (POD).
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
http://www.model-model pembelajaran.com
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: Yuma Pressindo.
[2] Dr.
Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
140
[3] Dr.
Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS, 140
[4] Dr.
Sapriya, M. Ed. Pendidikan IPS, 141
[9]
Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta:
Yuma Pressindo, 2010), 14
[11]
Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta:
Yuma Pressindo, 2010), 23
[14]
Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta:
Yuma Pressindo, 2010), 37
[16]
Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta:
Yuma Pressindo, 2010), 40
[22]
Drs. H. Sugiyanto, M. Si. Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta:
Yuma Pressindo, 2010), 70
[25] Dr.
Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011),247
[26] Dr.
Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011),247
[27] Dr.
Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran, 243
[32]
Martiyono. Perencanaan Pembelajaran, 86
[35]
Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2012),89
[39]
Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2012),88
[43]
Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2012),88
[46] Dr.
Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011),218
[47] Dr.
Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran, 218
[48] Dr.
Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran. 218
[52]
Martiyono. Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2012), 106
[55] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 25
[57] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 26
[58] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 28
[59] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 28
[61] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 30
[62] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 31
[63] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 31
[64] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 31
[66] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 35
[68] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 37
[69] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 38
[70] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 38
[72] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 40
[73] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 41
[74] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 41
[76] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 54
[77] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 55
[78] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 58
[79] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 60
[80] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 60
[81] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 61
[82] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 61
[84] Dr.
Hamzah. Model Pembelajaran, 68