BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Fungsi manajemen sebagai suatu karakteristik dari pendidikan muncul
dari kebutuhan untuk memberikan arah kepada perkembangan, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah.Kerumitan yang
meningkat karena luas dan banyaknya program telah mendorong usaha untuk merinci
dan mempraktikkan prosedur administrasi dengan sistematis.Usaha ini telah
menghasilakn uraian tentang praktik-praktik yang berhasil dan prangkat-prangkat
asas yang konstruktif.[1]
Kontribusi
manajemen pendidikan terhadap keberhasilan dan kegagalan belajar siswa adalah
32%.Dengan bertumpu pada landasan tersebut, pendidikan memulai usahanya dengan
sungguh-sungguh untuk mengembangkan suatu teori dan ilmu administrasi
pendidikan.[2]
Istilah
manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan
menggunakan sumber daya-sumber daya yang tersedia dalam organisasi/lembaga pendidikan
Islam dengan cara yang sebaik mungkin.[3]
Manajemen bukan hanya mengatur tempat melainkan lebih dari itu
adalah mengatur orang per orang.Dalam mengatur orang, diperlukan senidengan
sebaik-baiknya sehingga kepala-kepala sekolah yang baik adalah kepala yang
mampu menjadikan setiap pekerja menikmati pekerjaan mereka.Jika setiap orang
yang bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan
seorang kepala sekolah.[4]
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen
secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal
dengan teori manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat
dalam merumuskan proses manajemen sebagaimana prnjelasan berikut:[5]
1)
Menurut
skinner, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, staffing,
directing and controlling.
2)
Steppen
P.Robbin, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, leading, and
controlling.
3)
Gulick
mengedepankan proses manajemen mulai dari planning, organizing,
staffing,directing, coordinating, reporting, dan budgeting.
4)
Fayol
yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientific Managemen)
mengedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning, organizing,
commanding, coordinating, controlling.
Berdasarkan proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh
para ahli tersebut di atas, para pakar maajemen pada era sekarang
mengabstraksikan proses manajemen menjadi
proses yaitu: planning, organizing, actuating, controlling, (POAC). Empat
proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya saling ketertarikan
antara proses yang pertama dan berikutnya, begitu juga setelah pelaksanaan controlling
Lazimnya dilanjutkan dengan membuat Planning baru.[6]
Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan
proses manajemen pendidikan Islam menjadi perencanaan pendidikan Islam dan
pengawasan pendidikan Islam. Siklus
proses manajemen pendidikan Islam ini juga dapat digambarkan sebagai berikut:[7]
Perencanaan
Pendidikan
Islam
|
Pengawasan
Pendidikan Islam
|
Pengorganisasian
Pendidika Islam
|
Penggerakan Pendidikan Islam
|
1)
Perencanaan Pendidikan Islam
Perencanaan
merupakan fungsi yang paling awal dari keseluruhan fungsi manajemen sebagaimna
banyak dikemukakan oleh para ahli. Perencanaan adalah proses kegiatan yang
menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.[8]
Dalam manajemen
Islam disebutkan bahwa semua tindakan Rasulullah selalu membuat perencanaan
yang teliti.Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan yang teliti ini,
banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an, baik secara tegas maupun secara
sindiran (kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan haruslah di
buat perencanaan.
Firman Allah:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ
“Peliharalah diri kamu dari kesalahan”.(surah (5) Al-Maidah: 92)
Proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu
secara sistematis melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu
sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat, seperti yang terdapat pada hadits
riwayat Tirmidzi yang artinya “ diantara baiknya, indahnya ke Islaman
seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya”[9]
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan
yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan,
maka tidak termasuk dalam kategori manajemen pendidikan Islam yang baik.[10]
Perencanaan merupakan suatu proses berpikir. Di sini Nabi
menyatakan bahwa berpikir itu adalah ibadat.Jadi, sebelum kita melakukan
sesuatu wajiblah dipikirkan terlebih dahulu.Ini berarti bahwa semua pekerjaan
harus diawali engan perencanaan.Tuhan memberikan kepada kita akal dan ilmu guna
melakukan suatu ikhtiar, untuk menghindari kerugian dan kegagalan. Ikhtiar
disini adalah suatu konkrentasi atau perwujudan dari proses berpikir, dan
merupakan konkrentasi dari suatu perencanaan.[11]
2)
Pengorganisasian Pendidikan Islam
Pengoeganisasian merupakan lanjutan
dan fungsi perencanaan dalam sebuah sistem manajemen.Pengorganisasian bisa
dikatakan sebagai “urat nadi” bagi seluruh organisasi atau lembaga.Oleh karena
itu, pengorganisasian sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu
organisasi atau lembaga, termasuk di dalamnya lembga pendidikan.[12]
Pengorganisasian adalah suatu
mekanisme atau suatu struktur, yang dengan struktur itu semua subjek, perangkat
lunak dan perangkat keras yang kesemuanya dapat bekerja secara efektif, dan
dapat dimanfaatkan menurut fungsi dan proposinya masing-masing. Adanya
inisiatif, sikap yang kreatif dan produktif dari semua anggota pendidikan Islam
dari pangkat yang serendah-rendahnya sampai yang tertinggi akan menjamin
organisasi pendidikan Islam berjalan dengan baik.[13]
Firman Allah:
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ
مِمَّا عَمِلُوا
“setiap orang mempunyai tingkatan
menurut pekerjaannya masing-masing: (surah (6) Al-An’am: 132)
Firman Allah:
وَقُلِ اعْمَلُوا
فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
“bekerjalah kamu nanti allah akan memperlihatkan bukti pekerjaan
kalian masing-masing” (surah (9) At-Taubah: 105)
Dalil-dalil di atas dari nash Al-qur’an yang dengan tegas dan jelas
menunjukkan bahwa manusia dalam prakteknya berkarya menurut kecakapan
masing-masing. Kecakapan mereka, baik berupa ilmu yang dipunyainya maupun
sebagai pengalaman, akan menempatkan mereka pada posisi tertentu. Hal ini dalam
posisi Ilmu konomi disebut division of labour (pembagian
kerja).Pembagian kerja itu pada akhirnya menjurus menjadi spesialisasi,
akibatperbedaan kecakapan, perbedaan ilmu dan ketrampilan masing-masing.[14]
Sewaktu Rasulullah membentuk atribut-atribut Negara dalam kedudukan
beliau sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, beliau membentuk organisasi
yang didalamnya terlibat para sahabat beliau yang beliau tempatkan pada
kedudukan menurut kecakapan dan ilmu masing-masing.[15]
Kita tidak dapat memungkiri bahwa Rasulullah itu adalah seorang organisatoris
ulung, administrator yang jenius, dan
pendidik yang baik yang menjadi turutan dan panutan, karena beliau berfungsi
sebagai panutan yang baik (uswatun hasanah).[16]
3)
Penggerakkan Pendidikan Islam
Penggerakan (actuating) adalah salah satu fungsi manajemen
yang berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian.Actuating
adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man
power) serta mendayagunakan
fasilitas yang ada dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama. Actuating
dalam organisasi juga bisa diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian
motif bekerja secara sungguh-sungguh demi tercapainya tujuan organisasi. Fungsi
penggerakan ini menempati posisi yang penting dalam merealisasikan segenap tujuan
organisasi.[17]
Actuating merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan
ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya
manusia yang pada akhirnya actuating merupakan pusat sekitar
aktivitas-aktivitas manajemen.Penggerakkan (Actuating) pada hakekatnya adalah
menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efesien.[18]
Penggerakkan/actuating merupakan kemampuan seseorang untuk
memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung
dan bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan
Islam sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya.[19]
Mereka dapat digerakkan dengan sukarela, dan dapat merasakan bahwa
pekerjaan itu adalah kewajibannya yang harus dikerjakan dengan suka rela
seperti pekerjannya sendiri. Dengan
adanya rasa memiliki (sense of belonging), dan ikut bertanggung jawab,
mereka akan kecewa jika gagal, sebaliknya mereka akan merasa bahagia jika
tujuan berhasil dicapai. Jika perasaan mereka sudah demikian berarti fungsi
motivasi pemimpin berhasil.[20]
Fungsi actuating berhubunganerat dengan sumber daya manusia, oleh
karena itu seorang pemimpin pendidikan
Islam dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para
bawahannya perlu memahami faktor-faktor
manusia dan pelakunya.[21]
Pada suatu lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan efektif hendaknya
memberikan arah kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga
pendidikan Islam.Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan
perseorangan dengan tujuan organisasi bisa kendur. Ini bisa membawa kepada
situasi terhadap orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan pribadi mereka, sedang organisasi sendiri tidak
efektifdalam mencapai tujuan-tujuannya.[22]
Dr. Muhammad Munir di dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Sekolah: Dasar-Dasar-Dasar dan Pelaksanaannya, mengatakan,
“Penggerakkan tidak hanya dengan kata-kata yang manis atau sekedar basa-basi
yang diucapkan kepada orang lain. Lebih dari itu, penggerakkan adalah pemahaman
mendalam akan berbagai kemampuan, kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan
orang lain. Selanjutnya, menjadikan semua faktor tersebut sebagai sarana
penggerak mereka dalam bekerja secara bersama-sama sebagai suatu kelompok. Sekaligus berupaya mewujudkan tujuan yang
sama di dalam situasi saling pengertian, saling kerja sama, saling kasih saying,
dan saling mencintai.[23]
4)
Pengawasan Pendidikan Islam
Controling (pengawasan) merupakan langkah penentu terhadap apa yang
harus dilaksanakan, sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanaannya
sesuai dengan rencana, serta terwujudnya
secara efektif dan efesien.[24]
Controling (pengawasan) adalah suatu usaha untukmeneliti
kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengawasan berorientasi
pada objek yang dituju (pendidikan Islam) dan merupakan alat untuk menyuruh
orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai.[25]
Menurut Siagian (1983)
fungsi pengawasan yaitu upaya penyesuaian antara rencana yang telah disusun
dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar dicapai. Untuk mengetahui hasil
yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah disusun diperlukan
informasi entang tingkat pencapaian hasil.Informasi ini dapat diperoleh melalui
komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari bawahan atau observasi
langsung.Apabila hasil tidak sesuai dengan standart yang ditentukan, pimpinan
dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.Dengan demikian tindakan
perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping itu, untuk
menghindari kesalahpahaman tentang arti, maksud dan tujuan pengawasan antara
pengawas denganyang diawasi perlu dipelihara jalur komunikasi yang effektif dan
bernilai dalam arti bebas dariprasangka buruk dan dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna.[26]
B.
Kegiatan Manajemen Pendidikan Islam
Telah dideskripsikan keseluruhan komponen yang ada di
sekolah.Semakin besar sebuah sekolah semakin banyak pula komponen orang yang
dilibatkan atau failitas yang digunakan.Agar dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efesien, tentunya semua orang yang dilibatkan dan fasilitas yang
digunakan perlu didayagunakan sedemikian rupa bagi keberhasilan pendidikan
Islam secara efektif dan efesien. Proses pendayagunaan semua komponen yang ada di lembaga pendidikan
Islam itulah yang disebut kegiatan
manajemen pendidikan Islam. De Roche
berhasil mengidentifikasi dua
ribu kegiatan manajemen sekolah. Namun para pakar administrasi telah mencoba mengkalsifikasikan komponen-komponen tersebut
menjadi beberapa gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi
kurikulum atau pemblajaran, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana,
keuangan, lingkungan masyarakat, dan layanan teknis.[27]
a)
Komponen
kurikulum atau pembelajaran mencakup kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler.
b)
Komponen
kesiswaan mencakup kegiatan penerimaan
siswa baru, pengelompokkan siswa, sampai dengan pelulusan siswa.
c)
Komponen
kepegawaian mencakup kepala sekolah, guru, pesuruh sekolah dan lain-lain.
d)
Komponen
sarana dan prasarana mencakup lahan sekolah, gedung, alat peraga, perabot, buku
paket dan buku pelengkap.
e)
Komponen
keuangan mencakup: keuangan dari subsidi pemerintah, biaya operasional
pendidikan, uang BP3, dan sumbangan dari siswa maupun masyarakat.
f)
Komponen
masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan masyarakat, seperti orang ua siswa,
tokoh masyarakat, warga masyarakat, organisasi social kemasyarakatan, dan
lembaga pemerintah maupun swasta.
g)
Komponen
layanan teknis mencakup unit kesehatan
sekolah, asrama siswa, antar jemput siswa, dan kopsis/kopma/kantin.
Apabila merujuk kepada gugusan-gugusan substansi yang
dikepedepankan oleh para pakar manajemen pendidikan maka sebenarnya manajemen pendidikan Islam itu pada dasarnya
keseluruhan kegiatan manajemen ketujuh gugusan substansi tersebut. Dengan kata
lain manajemen pendidikan Islam meliputi: manajemen kurikulum, manajemen sarana
dan prasarana, manajemen kesiswaan, manajemen kepegawaian, manajemen humas, dan
manajemen keuangan.[28]
Lebih lanjut apabila menerima pendapat Sergiovani dan kawan-kawan (1987) di muka yang menegaskan bahwa langkah-langkah manajemen meliputi
perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing), pengerahan
(leading) dan pengawasan (controlling),maka manajemen pada setiap
gugusan substansi tersebut pasti
melalui keempat langkah tersebut, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, menggerakkan, dan pengawasan.[29]
Ada banyak kegiatan manajemen pendidikan Islam, mulai dari
perencanaan pembelajaran sebagai salah satu kegiatan manajemen pembelajaran
sampai dengan pengawasan layanan teknis sebagai salah satu kegiatan manajemen
layanan teknis.Semua itu dapat dikatakan sebagai ruang lingkup kegiatan
manajemen Pendidikan. Namun, apabila dideskripsikan secara lebih rinci kegiatan-kegiatan manajemen pendidikan Islam
cukup banyak, Contoh kegiatan manajemen Pendidikan Islam di Indonesia dapat
dirinci sebagai berikut:[30]
1.
Manajemen Kurikulum : a) Perencanaan
·
Mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan
setempat.
·
Analisis
materi pelajaran (AMP)
·
Penyusunan
kalender pendidikan
·
Penyusunan
program tahunan (prota) dengan memperhatikan
kalender pendidikan dan hasil analisis materi pelajaran.
·
Penyusunan
program semester berdasarkan program tahunan yang telah disusun.
·
Penyusunan
rencana pembelajaran
·
Penyusunan
rencana bimbingan dan penyuluhan.
b) Pengorganisasian/Pelaksanaan
·
Pembagian
tugas mengajar dan tugas lain.
·
Penyusunan
jadwal pelajaran
·
Penyusunan
jadwal kegiatan perbaikan.
·
Penyusunan
jadwal ekstrakurikuler.
·
Penyusunan
jadwal kegiatan bimbingan dan pentuluhan.
c) Penggerakan
·
Pengaturan
pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru.
·
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
·
Pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
·
Supervisi
pelaksanaan pembelajaran.
d) Pengawasan
·
Supervisi
pelaksanaan pembelajaran
·
Supervisi
pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
·
Evaluasi
proses dan hasil kegiatan pembelajaran
·
Evaluasi
proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan
dalam suatu sitem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[31]
Perubahan politik pemerintahan suatu Negara mempengaruhi pula
bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan kurikulum
yang berlaku.Kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan
berbagai perkembangan yang terjadi. Dalam kurikulum akan tergambar bagaimana
usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya., berupa
fisik, intelektual, emosional, dan social, keagamaan.[32]
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran dan alat
evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat.Oleh karena itu, sudah sewajarnya
para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami
kurikulum serta berusaha mengembangkannya.[33]
Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan islam adalah yang bersifat integrated dan komprehensif serta
menjadikan al-qur’an dan Hadits sebagai sumber utama penyusunnya.
Al Qur’ an dan hadits merupakan sumber utama pendidikan Islam berisi kerangka
dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan operasional penyusunan dan
pengembangan kurikulum pendidikan Islam.Pendidikan Islam adalah sistem, yaitu
sistem pendidikan yang islami.Dengan demikian pendidikan Islam adalah
pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.[34]
Mastuhu secara praktis memberikan konsep tentang model dan
paradigma pendidikan Islam yang diharapkan menjadi orientasi dan landasan dalam
kurikulum lembaga pendidikan Islam, yaitu:[35]
1)
Dasar
Pendidikan: Pendidikan Islam harus mendasarkan pada “teosentris” dengan
menjadikan “antrosentris” sebagai bagian esensial dari konsep
teosentris.
2)
Tujuan
pendidikan: kerja membangun kehidupan duniawiyah melalui pendidikan sebagai
perwujudanmengabdi kepadanya. Pembangunan kehidupan duniawiyah bukan menjadi
tujuan final, tetapi erupakan kewajiban yang diimani dan terkait kuat dengan
kehidupan ukhrawiyah, tujuan finalnya adalah kehidupan ukhrawi dengan ridha
Allah SWT.
3)
Konsep
manusia: Pendidikan Islam memandang manusia mempunyai fitrah yang harus
dikembangkan, tidak seperti pendidikan sekuler yang memandang manusia dengan tabularasa.
4)
Nilai:
Pendidikan Islam berorientasi pada Iptek sebagai kebenaran relative dan Immtaq
sebagai kebenaran mutlak.
5)
Pendekatan
dan metodologi: mengembangkan potensi anak didik dan memanfaatkan kesempatan
secara optimal untuk self realization
atau self actualization, mengembangkan metode rasional, empiris, buttom
up, materi ajaran (nash) harus diberikan secara doktrin, deduktif,
memberikan bekal/landasan yang kuat sampai dengan tingkat menengah atas, yang
siap dikembangkan ke pelpagai keahlian.
6)
Materi
ajar: Memadukan aspek tradisional dan modern sesuai dengan sifat corak, dan
kebutuhannya.
7)
Penddidik:
memiliki tiga hal yaitu:
b)
Professional
lengkap dengan kepekaan misi dan ketajaman visi serta kecanggihan metodologi.
c)
Memiliki
penghasilan cukup agar benar-benar memiliki 30 hari dalam sebulannya.
8)
Out
put: Educated people atau cultured
man dalam kerangka knowledge society. Alumninya di harapkan dapat memiliki:
Learning ability lebih lanjut, egemaran belajar, mampu tampil beda, baru
dan bernilai tambah, memiliki tiga kemampuan yang merupakan satu kesatuan,
iamanah dan arif, intelegensi tinggi dan komprehensif, professional, mampu
memikir dan mengembangkan Iptek dalam perspektif imtaq dan menguraikan imtaq dalam bahasa
iptek.
Pendidikan Islam dibangun atas dasar pemikiran yang Islami;
bertolak dari pandangan hidup dan pandangan tentang manusia, serta diarahkan
kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam.[36]
Kurikulum yang demikian, pada pendapat Abdurrahman Al Nahlawi,
mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:[37]
1)
Sistem
dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan fitrah manusia, agar tetap
berada dalam kesuciannya dan tidak menyimpang.
2)
Kurikulum
hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan
akhir pendidikan Islam sambil memperhatikan tujuan-tujuan di bawahnya.
3)
Kurikulum
perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi perkembangan peserta didik.
Perlu juga disusun kurikulum khusus berdasarkan perbedaan jenis kelamin (wanita
dan pria) mengingat adanya perbedaan
peranan dan tugas masing-asing dalam kehidupan sosial.
4)
Kurikulum
hendaknya memperhatikan kepentingan nyata masyarakat seperti kesehatan,
keamanan, administrasi, dan pendidikan. Kurikulum hendaknya pula disesuaikan
dengan kondisi dan lingkungan seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan
adanya perbedaan pola kehidupan, agraris, industri dan komersial.
5)
Kurikulum
hendaknya terstruktr dan terorganisasi secara integral. Hubungan antar bidang
studi, bahasan pokok, dan jenjang pendidikan dijalin dengan satu “benang merah”
yang mengacu kepada tujuan akhir pendidikan Islam, serta bersumber pada suatu
dasar pandangan bahwa seluruh alam adalah miliki Allah SWT. Dan seluruh manusia
adalah hamba-hambanya yang hidup sesuai dengan kehendak dan menurut
syari’atNya. Implikasinya, di dalam kurikulum pendidikan Islam tidak akan
terlihat lagi dikhotomi antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
6)
Kurikulum
hendaknya realistis. Artinya, kurikulum dapat dilaksanakan sesuai dengan
berbagai kemudahan yang dimiliki setiap Negara yang melaksanakannya.
7)
Metoe
pendidikan yang merupakan salah satu komponen kurikulum ini hendaknya
fleksibel. Artinya, metode pendidikan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi
dan situasi local, serta perbedaan-perbedaan individual seperti bakat minat,
dan kemampuan peserta didik untuk menangkap, mengorganisasi, dan menganalisis
bahan ajar.
8)
Kurikulum
hendaknya efektif untuk mencapai tingkah laku dan emosi yang positif.
9)
Kurikulum
hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik, baik fisik,
emosional, ataupun intlektualnya; serta berbagai masalah yang dihadapi dalam
setiap tingkat perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan sosal,
dan kesiapan religiousitas.
10)
Kurikulum
hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku alamiah Islam yang
mengejawantahkan segala rukun, syi’ar, dan etika islam, baik dalam kehidupan
individual maupun dalam hubungan social peserta didik.
Perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam pada
umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat
dan Depag. Karena itu level sekolah Islam yang paling penting adalah bagaimana
merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan
pembelajaran. Di samping itu, sekolah Islam juga bertugas dan berwenang untuk
mengembangkan kurikulum muatan local sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan setempat.[38]
Manajer sekolah Islam diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan
pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melambangkan program
sekolah Islam, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam
arti sempit, ia harus mengubungkan program-program sekolah Islam dengan seluruh
kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan. Menilai kesesuaian program
yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan
perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan
program.[39]
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program
pengajaran dalam manajemen pendidikan Islam, kepala sekolah sebagai pengelola
program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum
secara lebih rinci dan oprasional ke dalam program tahunan,catur wulan, dan
bulanan. Adapun program mingguan atau
program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan
belajar-mengajar.[40]
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender
pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan
pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan
kelas, pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan
pengajaran serta pengisian waktu jam kosong.[41]
2.
Manajemen Kesiswaan a) Perencanaan
·
Perencanaan
penerimaan siswa baru
·
Perencanaan
daya tampung
·
Penerimaan
siswa baru
b) Pengorganisasian/Pelaksanaan
·
Pengelompokkan
siswa berdasarkan pola tertentu
·
Kegiatan
Ekstra kurikuler
·
Organisasi
Siswa Intra Sekolah
c) Penggerakan
·
Pembinaan
kedisiplinan belajar siswa
·
Pengaturan
perpindahan siswa
·
Pengaturan
kelulusan siswa
·
Pencatatan
kehadiran siswa
d) Pengawasa n
·
Pemantauan
siswa
·
Penilaian
siswa
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional dalam
pengelolaan sekolah.Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai dengan
keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan
hanya bebentuk pencatatan data peserta didik melainkan meliputi aspek yang
lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.[42]
Konsep
manajemen kesiswaan merupakan penggabungan dari kata manajemen dan
kesiswaan.Dalam pengertian manajemen terdapat dua kegiatan, yakni pikir (mind)
dan kegiatan tingkah laku (action) (Sehartian, 1982).Manajemen
Kesiswaan Pendidikan Islam merupakan suatu layanan yang memusatkan perhatian
pada pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa dikelas dan di luar
kelas.Manajemen Kesiswaan Pendidikan Islam merupakan suatu layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa dikelas
dan di luar kelas.[43]
Manajemen
Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah/ sekolah Islam.Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan.
Prinsip-prinsip tersebut menurut Depdikbud adalah sebagai berikut:[44]
1.
Siswa
harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong
untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang
terkait dengan kegiatan mereka.
2.
Kondisi
siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual,
sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu di perlukan wahana
kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang
secara optimal.
3.
Siswa
hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.
4.
Pengembangan
potensi siswa tidak hanya menyangkut raah kognitif, tetapi juga ranah afektif
dan psikomotorik.
Secara umum bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga
tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan
kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.[45]
3.
Manajemen Kepegawaian a)
Perencanaan
·
Analisis
pekerjaan di sekolah
·
Penyusunan
formasi guru dan pegawai
·
Perencanaan
dan pengadaan guru dan pegawai baru.
b)Pengorganisasian/Pelaksanaan
·
Pembagian
tugas guru dan pegawai
c) Penggerakan
·
Pembinaan
profesionalisme guru dan pegawai
·
Pengaturan
perpindahan guru dan pegawai
·
Pengaturan
pemberhentian guru dan pegawai
d) Pengawasan
·
Penilaian
kinerja guru dan pegawai
·
Pemantauan
kinerja guru dan pegawai
Tenaga pendidik dan kependidikan Islam dalam proses pendidikan
Islam memegang peranan trategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa
melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diingihkan. Di pandang
dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik
(guru, dosen, pamong pelajar, instruktur, tutor, widyaiswara) dalam
masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan adanya
dimensi-dimensi proses pendidikan Islam,
atau lebih khusus lagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh
pendidik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan
bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta
didiknya. Begitu pun dengan enaga
kependidikan (kepala sekolah, pengawas, tenaga perpustakaan, tenaga
administrasi) mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknisuntuk menunjang proses pendidikan
pada satuan pendidikan.[46]
Tenaga kependidikan Islam adalah anggota masyarakat yang beragama
Islam yang mengabdikan dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan
Islam.Keberhasilan manajemen guru pendidikan Islam sangat ditentukan oleh
keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di
sekolah Islam.Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat
dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi
konsep dan teknik manajemen ersonalia modern.[47]
Manajemen Tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
Islam bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan Islam secara efektif
dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan
pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna
mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi standar perilaku,
memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan Islam, serta
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.[48]
Manajemen tenaga kependidikan Islam (guru dan personil) mencakup
(1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7)
penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa
yang diharapkan tercapai,yakni tersedianya tenaga kependidikan Islam yang
diperlukan dengan kualitas kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan berkualitas.[49]
Perencanaan pegawaimerupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan
pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa
depan.Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi
yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam
organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis
pekerjaan, dan analisis jabatan untuk
memperoleh deskripsi pekerjaan. Informasi ini sangat membantu dalam menentukan
jumlahh pegawai yang diperlukan, dan juga untuk menghasilkan spesifikasi
pekerjaan.Spesifikasi jabatan ini memberi gambaran tentang kualitas minimum
pegawai yang dapat diterima dan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan
sebagaimana mestinya.[50]
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai
pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya.Untuk mendapatkan pegawai
yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan rekrutmen, yaitu usaha untuk
mencaridan mendapatkan calon-calon pegawai yang memnuhi syarat sebanyak
mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap.Untuk keperluan itu
perlu dilakukan seleksi melalui ujian lisan, tulisan dan praktek.Pengembangan
pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk
memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai.[51]
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan terdahulu,
diperlukan sistem penilaian pegawai secara objektif dan akurat.Penilaian tenaga
kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam
kegiatan sekolah. Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen guru
bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya
tujuan sekolah/sekolah islam, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan
pegawai) secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan
instrument pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar presensi, daftar urut
kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kondite
pegawai untuk membantu kelancaran manajemen kependidikan di sekolah/sekolah
Islam yang dipimpinnya.[52]
4.
Manajemen Sarana dan
Prasarana a)
Perencanaan
·
Analisis
kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
·
Perencanaan
dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
b)
Pengorganisasian/Pelaksanaan
·
Pendistribusian
sarana dan prasarana sekolah
·
Penataan
sarana dan prasarana sekolah
c)
Penggerakan
·
Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah secara efektif
dan efisien.
·
Pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah.
·
Inventarisasi
sarana dan prasarana sekolah.
d)
Pengawasan
·
Pemantauan
kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
·
Penilaian
kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang, kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media
pengajaran.[53]
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkitan erat
dengan aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan prasarana
pendidikan Islam. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam yang
akan dibahas di sini berkaitan dengan erat:[54]
a)
Perencanaan
Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam
Perencanaan
merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan dalam proses manajemen. Dengan
adanya rencana yang baik dan cermat, maka segala aktivitas yang dilaksanakan
dalam kegiatan organisasi akan terarah dan terorganisir sehingga bisa tercapai
tujuan yang diharapkan. Begitu juga dalam perencanaan sarana dan prasaran
pendidikan islam. Kebutuhan akan sarana dan prasaran proses pembelajaran, perlu
direncanakan secara cermat dan teliti berkaitan dengan kebutuhan yang
diperlukan (primer) dan kebutuhan yang dapat menunjang (skunder) keberhasilah
dlam proses pembelajaran disekolah.
b)
Pengadaan
Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah
Pengadaan
sarana dan prasara pendidikan disekolah pada hakekatnya adalah kelanjutan dari
program perencanaan yang telah disusun oleh sekolah sebelumnya. Dalam pengadaan
ini harus dilakukan sesuai dengan memperhatikan skala prioritas yang dibutuhkan
oleh sekolah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
c)
Inventarisasi
Srana dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi
dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan daftar barang-barang milik
negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-keteentuan
atau pedoman-pedoman yang berlaku.Hak ini sesuai dengan keputusan menteri
keuangan RI Nomer Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara berupa semua
barang yang berasal dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan
atau bagian dari Aggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang yang barang-barangnya di bawah
penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun
luar negeri.
d)
Pengawasan
dan Pemenliharaan Sarana dan Prasaran Pedidikan di sekolah.
Pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pemimpin
organisasi.Sedangkan pemeliharan terhadap sarana dan prsarana pendidikan
disekolah merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar
perlengkapan yang dibutuhkan oleh personal sekolah dalam kondisi siap pakai.
e)
Pengahpusan
Sarana dan Prasaran Pendidikan di Sekolah
Pengehapusan
sarana dan prasarana pendidikan adalah kegaiatan mediakan barang-barang milik
lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar infentaris dengan cara berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
5.
Manajemen Keuangan a)
Perencaaan
·
Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS)
b) Pengorganisasian/Pelaksanaan
·
Pengadaan
dan pengalokasian anggaran berdasarkan RAPBS
c) Penggerakan
·
Pelaksanaan
anggaran belanja sekolah
·
Pembukuan
keuangan sekolah dan penyampaian laporan
·
Pertanggungjawaban
keuangan sekolah
d) Pengawasan
·
Pemantauan
pelaksanaan Anggaran Sekolah
·
Penilaian
kinerja manajemen keuangan sekolah.
Pengertian manajemen keuangan dalam arti sempit adalah tata
pembukuan.Sedangkan dalam arti luas adalah pengurusan dan pertanggung jawaban
dalam menggunaka keuangan baik pemerintah pusat maupun daerah.[55]
a)
Perencanaan
Anggran Sekolah Islam
Kepala
sekolah diharuskan mampu menyusun Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja
Sekolah (RAPBS). Untuk itu kepala
sekolah menegtahui sumber-sumber dana yang merupakan sumber daya sekolah.
Sumber dana tersebut antara lain meliputi anggran rutin, Dana Penunjang
Pendidikan (DPD), Subsidi Bantuan Penyelanggraan Pendidikan (SBPP), Bantuan
Operasional dan Perawatan (BOP), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), (BP3),
donatur, badan usaha, serta sumbangan lain-lain. Selain itu, biasanya sekolah
Islam juga mengembangkan penggalian dana dalam bentuk; amal jariah, zakat Mal,
Uang Syukuran, Amal Jumatan.[56]
b)
Pelaksanaan
Anggran Belanja Sekolah Islam
Dalam
mempergunakan anggaran, ada azaz lazim dijadikan pedoman yaitu azaz umum
pengeluaran negara, bahwa manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama
apabila uang tersebut dipergunakan sendiri oleh masyarakat. Azaz ini tercermin
dalam prinsip-prinsip yang dianut dalam pelaksanaan APBN seperti prinsip
efisiensi, pola hidup sederhan, hemat dan sebagainya.[57]
c)
Penyelenggaraan
Pembukuan dan Penyampaian Laporan
Pembukuan
anggaran baik penerimaan maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib,
teratur dan benar.Hal ini dilakukan supaya dapat membuat suatu laporan
keuanagan dan penggunaannya yang jujur dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.[58]
d)
Pengawasan
Pelaksanaan Anggran Sekolah Islam
Pengawasan
juga bisa disebut dengan kontrool manajerial adalah merupakan salah satu fungsi
manajemen dalam organisasi. Fungsi tersebut mutlak harus dilakukan dalam setiap
organisasi karena ketidak mampuan atau kelalian untuk melakukan fungsi tersebut
akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Pelaksanaan anggran
sekolah harus dikontrol oleh kepala sekolah/ sekolah islam sebgai manajer
sekolah.[59]
6.
Manajemen Humas a) Perencanaan
·
Analisis
kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah.
·
Penyusunan
program hubungan sekolah dengan masyarakat.
b)Pengorganisasian/Pelaksanaan
·
Pembagian
tugas melaksanakanprogram hubungan sekolah dengan masyarakat.
c) Penggerakan
·
Menciptakan
hubungan sekolah dengan orang tua siswa
·
Mengadakan
kerja sama dengan organisasi social keagamaan
·
Mengadakan
komunikasi dengan tokoh masyarakatMengadakan kerja sama dengan instansi
pemerintah dan swasta
·
Mendorong
orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektif.
d)
Pengawasan
·
Pemantauan
hubungan sekolah dengan masyarakat
·
Penilaian
kinerja hubungan sekolah dengan masyarakat.
Hubungan antara sekolah dan masyarakt pada hakekatnya adalah suatu
sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam rangka usaha
mengadakan pembinaan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di sekolah
Islam. Hubungan antara sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa
fungsinya karena adanya kecendrungan perubahan dalam pendidikan yang menekankan
perkembangan pribadi dan soisal akan melalui pengalaman-pengalaman anak dibawah
bimbingan guru, baik diluar maupun di dalam sekolah.[60]
Fungsi utama Hubungan Masyarakat adalah menumbuhkan dan
mengembangkan hubungan baik antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern
dan ekstern, dalam rangka menanamkan kegiatan menumbuhkan motivasi dan
partisipasi publik dalamk upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang
menguntungkan lembaga/organisasi. Fungsi ini diharapkan menjadi “mata” dan
“telinga” serta “tangan kanan” bagi top manajemen dari organisasi/lembaga
pendidikan.[61]
Tujuan sentral Humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi,
sebab Humas dibentuk digiatkan guna menunjang manajemen yang berupaya mencapai
tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang diperjuangkan oleh manajemen dan
ditunjang oleh humas itu bergantung pada sifat organisasi.[62]
Pada pokoknya peranan manajer dalam menunjuukan hubungan lembaga
pendidikan dengan masyarakat adalah menjalin kerja sama yang erat dengan
masyarakat, tokoh masyarakat, dan stake holder dalam memajukan sekolah
islam. Adapun strategi kerja sama yang perlu diperhatikan adalah menarik
perhatian masyarakt melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf pengajar.
Artinya hubungan akrab dengan masyarakat dimulai dari usaha memajukan
pendidikan Islam.[63]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
para pakar maajemen pada era sekarang mengabstraksikan proses
manajemen menjadi proses yaitu: planning,
organizing, actuating, controlling, (POAC). Empat proses ini digambarkan
dalam bentuk siklus karena adanya saling ketertarikan antara proses yang
pertama dan berikutnya.
Proses pendayagunaan semua
komponen yang ada di lembaga pendidikan Islam itulah yang disebut kegiatan manajemen pendidikan Islam. Namun para pakar administrasi telah mencoba mengkalsifikasikan komponen-komponen tersebut
menjadi beberapa gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan
a)
Komponen
kurikulum atau pembelajaran mencakup kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler.
b)
Komponen
kesiswaan mencakup kegiatan penerimaan
siswa baru, pengelompokkan siswa, sampai dengan pelulusan siswa.
c)
Komponen
kepegawaian mencakup kepala sekolah, guru, pesuruh sekolah dan lain-lain.
d)
Komponen
sarana dan prasarana mencakup lahan sekolah, gedung, alat peraga, perabot, buku
paket dan buku pelengkap.
e)
Komponen
keuangan mencakup: keuangan dari subsidi pemerintah, biaya operasional
pendidikan, uang BP3, dan sumbangan dari siswa maupun masyarakat.
f)
Komponen
masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan masyarakat, seperti orang ua siswa,
tokoh masyarakat, warga masyarakat, organisasi social kemasyarakatan, dan lembaga
pemerintah maupun swasta.
g)
Komponen
layanan teknis mencakup unit kesehatan
sekolah, asrama siswa, antar jemput siswa, dan kopsis/kopma/kantin.
Daftar Pustaka
Bafadal, Ibrahim. 2009. Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Didin Kurniadin dan Imam machali.
2012. Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan.Jakarta:
Ar-Ruzz Media
Nana Sudjana. 2005. Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Jakarta: Sinar Baru Algensindo
Rohiat.2009. Manajemen Sekolah
Teori Dasar dan Praktik.Bandung: PT Refrika Aditama
Sulistyorini. 2009. Manajemen
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah.Jakarta:
PT Rineka Cipta
[2]Rohiat, loc.cit.
[3] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Teras, 2009), 26.
[4]Sulistyorini, loc. cit.
[5]Ibid, 27.
[6]Sulistyorini, loc. cit.
[7]Ibid, 28.
[8]Didin Kurmiadin dan imam machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), 35.
[9]Sulistyorini, loc. cit.
[10]Ibid, 29.
[11]Sulistyorini, loc. cit.
[13]Sulistyorini, op. cit. 29.
[14]Ibid, 30.
[15]Sulistyorini, loc. cit.
[16]Sulistyorini, loc. cit.
[18]Sulistyorini, op cit. 31.
[19]Sulistyorini, loc. cit.
[20]Sulistyorini, loc. cit.
[21]Sulistyorini, loc. cit.
[22]Ibid, 32.
[23]Sulistyorini, loc. cit.
[24]Sulistyorini, loc. cit.
[25]Sulistyorini, loc. cit.
[26]Ibid, 33.
[27] Ibrahim
Bafadal, Manajemen Peningkatan Sekolah
Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
56.
[28]Ibid, 58.
[30]Ibid, 59.
[33]Ibid, 38.
[34]Ibid, 41.
[35]Ibid, 44.
[36]Ibid, 55.
[38] Nana Sudjana, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Jakarta: Sinar Baru Algensindo,
2005) hlm. 4.
[41]Ibd, 60.
[42] Sulistyorini,op cit. 99. Lihat: E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), 46.
[44]Ibid, 100.
[45]Ibid, 104.
[48]Ibid, 67.
[50]Ibid, 68.
[52]Ibid, 70.
[53]Ibid, 115.
[54]Ibid, 119.
[55]Ibid, 130.
[56]Ibid, 132.
[57]Ibid, 133.
[58]Ibid, 135.
[59]Ibid, 136.
[60]Ibid, 140.
[61]Ibid, 148.
[62]Ibid, 150.
[63]Bid, 151.
0 komentar:
Posting Komentar