PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap
di dalam lingkungan kerja kita selalu berhadapan dengan kondisi mental yang
lemah dan pada saat itu kita bisa mendapatkan masukan atau saran yang dapat
membangkitkan semangat kita kembali. Dalam kehidupan ini kita selalu memotivasi
diri kita untuk lebih dari orang lain, tidak hanya di dunia kerja saja yang
harus di motivasi agar menjadi lebih baik tetapi dalam kehidupan sehari-hari
pun juga perlu.
Kegiatan
ini, mendorong mental kita untuk lebih maju lagi. Motivasi berasal dari kata movere
yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam
makalah ini kami akan menjelaskan tentang motivasi secara terperinci agar lebih
jelas apa yang di maksud dengan motivasi itu sendiri. Motivasi sering di pakai
perusahaan untuk meningkatkan nilai mutu kerja kita di suatu perusahaan .
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan Motivasi?
b.
Apa tujuan dan jenis - jenis Motivasi dalam suatu organisasi?
c.
Metode apa saja yang digunakan dalam memotivasi organisasi?
d.
Sebutkan model dan prinsip - prinsip motivasi dalam oraganisasi?
e.
Sebutkan teknik motivasi dan perspektif dalam oraganisasi?
f.
Pengertian dan Macam Motivasi dalam Persfektif Islam?
1.3
Tujuan Masalah
a.Untuk
memahami apa yang dimaksud dengan Motivasi
b.Untuk
mengetahui tujuan dan jenis – jenis Motivasi dalam suatu organisasi
c.Untuk mengetahui
Metode apa saja yang digunakan dalam memotivasi organisasi
d.Untuk
memahami model dan prinsip - prinsip motivasi dalam oraganisasi
e.Untuk
memahami teknik dan perspektif motivasi
dalam oraganisasi
f.Untuk memahami motivasi dalam
perspektif Islam dan mengetahui macam-macamnya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Motivasi
Motivasi
berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan.Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada
sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Pentingnya
motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung
perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil
yang optimal.Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada
bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang
diinginkan.
Perusahaan
tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang
terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja
yang maksimal.Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi
perusahaan jika mereka tidak mau bekerja giat.
Di bawah ini merupakan beberapa pengertian dari motivasi
yaitu:
a. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:143).
”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.
b. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2007:93).
“Motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar
mampu mencapai tujuan dari motifnya”.
c. Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:321).
“Motivasi adalah faktor-faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang”.
d.
Menurut T. Hani Handoko (2003:252).
“Motivasi
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah dorongan dalam mengarahkan individu yang merangsang tingkah
laku individu serta organisasi untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan.
2.2
Tujuan dan Jenis - jenis Motivasi
a.
Tujuan Motivasi
Tujuan
motivasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:146) adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2.
Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3.
Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4.
Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5.
Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6.
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7.
Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8.
Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
9.
Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10.
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
b.Jenis-Jenis
Motivasi
Malayu
S.P Hasibuan (2005:150)mengatakan bahwa jenis-jenis
motivasi adalah sebagai berikut:
1.
Motivasi Positif (Insentif Positif)
Motivasi
Positif adalah Manajer memotivasi (merangsang) bawahan
dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi
standar.
2.
Motivasi Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi
Negatif adalah Manajer memotivasi bawahan dengan standar
mereka akan mendapatkan hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja
bawahan dalam waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi
untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik.
2.
3 Metode Motivasi
Malayu
S.P. Hasibuan (2005:149), mengatakan bahwa ada dua metode
motivasi adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi
langsung adalah motivasi (materiil dan Non Materiil) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasannya, jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan,
tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa.
b.
Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi
Tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau
kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya. Misalnya ruangan kerja yang nyaman, suasana pekerjaan yang serasi
dan sejenisnya.
2.
4 Proses Motivasi
Malayu
S.P. Hasibuan (2005:151), mengatakan bahwa proses motivasi
adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan
Dalam
proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi. Baru
kemudian para karyawan dimotivasi kearah tujuan.
2.
Mengetahui kepentingan
Hal
yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan dan
tidak hanya melihat dari sudut kepntingan pimpinan atau perusahaan saja.
3.
Komunikasi efektif
Dalam
proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan
harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus
dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.
4.
Integrasi tujuan
Proses
motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan
karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh
laba serta perluasan perusahaan.Sedangkan tujuan individu karyawan ialah
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan
harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.
Fasilitas
Manajer
penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu
karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Seperti
memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
6.
Team Work
Manajer
harus membentuk Team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai
tujuan perusahaan. Team Work penting karena dalam suatu perusahaan
biasanya terdapat banyak bagian.
2. 5 Teori-Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang dikemukakan
oleh para ahli yang bisa menjadi sumber untuk perusahaan dalam memotivasi dan
meningkatkan kinerja karyawannya adalah:
a.
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh
Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai
lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1)
kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus,
istirahat dan sex
(2)
kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual
(3)
kebutuhanakan kasih sayang (love needs)
(4)
kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status dan
(5)
aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama
(fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara
lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang
lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara
membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis
dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan
makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin
mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional,
teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami
“koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep
“hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat
diartikan sebagai tingkatan.Atau secara analogi berarti anak tangga.Logikanya
ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada
pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat
pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan
diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman
tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi”
dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena
pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan
fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa
dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian
dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
a)Kebutuhan
yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang
akan datang;
b)
Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser
dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu
dalam pemenuhan kebutuhan itu.
c) Kendati pemikiran Maslow tentang teori
kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi
dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada
kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
b.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori
kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang
menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan
seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan
kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu
tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi
obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat
mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku.Mengatasi
kendala-kendala, mencapai standar tinggi.Mencapai performa puncak untuk diri
sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan
kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
”Menurut McClelland karakteristik orang
yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
(1)
sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat
(2)
menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
(3)
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim
“ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari
tiga istilah yaitu : E= Existence (kebutuhan akan eksistensi), R= Relatedness
(kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G= Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan).Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal
penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model
yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness”
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan
“Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu
diusahakan pemuasannya secara serentak.
Apabila
teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
a)Makin
tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya;
b)Kuatnya
keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
c)Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar
keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
d)Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh
manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat
menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain
memusatkan perhatiannya kepada hal – hal yang mungkin di capainya.
d.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah
memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang
dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor
motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai
faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang
diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status
seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam
organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan
menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang
lebihberpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik
ataukah yang bersifat ekstrinsik.
e. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa
manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi
kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang
pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua
kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan
yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
1.
Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan
kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan
pengalamannya
2. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi
yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan
sendiri
3. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di
organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis
4.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan
yang merupakan hak para pegawaiPemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam
kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus
selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di
kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak
negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang
tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para
pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan
atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
f.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam
penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a)
tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
(b)
tujuan-tujuan mengatur upaya
(c)
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
(d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
g.
Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Victor H. Vroom,
dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori
yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang
bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya
itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat
sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan
harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat
terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan
memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan
menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi
manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri
karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai
dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang
paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting
karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara
pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
h.
Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang
telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena
didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang
bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif.Perilakunya pun ditentukan oleh
persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional
disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi
ekstrernal dari perilaku dan tindakannya.Artinya, dari berbagai faktor di luar
diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang
dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk
mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan
mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya
konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah
seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu
singkat.Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya.Pujian tersebut
berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut
menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja
lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan
keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga
kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai
konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar
cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat
dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut
ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
i.
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa
tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan
menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai
kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan
di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori
yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
(a)
persepsiseseorang mengenai diri sendiri
(b)
harga diri
(c)
harapan pribadi
(d)
kebutuhaan
(e)
keinginan
(f)
kepuasan kerja
(g)
prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
(a)
jenis dan sifat pekerjaan
(b)
kelompok kerja dimana seseorang bergabung
(c)
organisasi tempat bekerja
(d)
situasi lingkungan pada umumnya
(e)
sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
2.
4 Model-Model dan Prinsip – prinsip Motivasi
a.
Model – Model Motivasi
1.
Model Tradisional
Model
tradisional ini digunakan untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar
melakukan tugas mereka dengan berhasil, para menajer menggunkan sistem upah
insentif, semakin banyak mereka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang
sempurna, semakin besar penghasilan mereka.
2.
Model Hubungan Manusiawi
Model
hubungan tradisional yaitu para manajer dianjurkan untuk bisa memotivasi para
karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka
merasa penting dan berguna, sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. Para
karyawan diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk mengambil keputusan
dalam menjalankan pekerjaannya.
3.
Model Sumber Daya Manusia
Model
Sumber Daya Manusia yaitu karyawan mempunyai motivasi yang sangat beraneka
ragam, bukan hanya motivasi karena uang ataupn keinginan akan kepuasan, tetapi
juga kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Tugas
manajer dalam model ini, bukanlah menyuap para karyawan dengan upah atau uang
saja tetapi juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai
tujuan organisasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan menyumbangkan sesuai
dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing.
b.
Prinsip-prinsip Dalam Motivasi Kerja
Anwar
P. Mangkunegara (2007:100), mengatakan bahwa terdapat beberapa
prinsip dalam memotivasi kerja karyawan adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip Partisipasi
Dalam
upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi
dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2.
Prinsip Komunikasi.
Pemimpin
mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian
tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi
kerjanya.
3.
Prinsip Pengakui Andil Bawahan
Pemimpin
mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil dalam usaha pencapaian tujuan.
Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4.
Prinsip Pendelegasian Wewenang
Pemimpin
yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk
sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya,
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai
tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5.
Prinsip Memberi Perhatian
Pemimpin
memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan
memotivasi pegawai bekrja apa yang diharapkan oleh pemimpin.
2.
6 Teknik dan Prespektif Motivasi
a.
Teknik Motivasi
Tekhnik Memotivasi pendekatan Kerja:
1.Pendekatan Kerja Tradisional
a) Berangkat dari “TEORI X” Mc Gregor :
a. Orang itu tidak suka bekerja, malas dan sedapat mungkin
menghindarinya.
b. Orang itu tidak jujur, tidak mau bertanggung jawab, dan
lebih suka “cari selamat”
c. Orang itu tidak kreatif, ambisinya rendah, tidak
mementingkan pekerjaan tetapi apa yang dia peroleh.
b) Tekhnik Memotivasi “be strong” :
1) Pemaksaan
2) Pengawasan secara ketat.
3) Perilaku pekerja diarahkan dengan insentif dan ancaman
hukuman
4) Tugas dibuat dalam operasi-operasi yang sederhana dan
mudah dipelajari.
2. Pendekatan Human Relation
a) Berangkat dari “TEORI Y” Mc Gregor :
a. Orang itu rajin dan suka bekerja keras.
b. Orang itu jujur dan bertanggung jawab.
c. Orang itu kreatif, inovatif dan memiliki ambisi yang
tinggi untuk berprestasi.
b) Tekhnik memotivasi “be good”
a. Otonomi
b. Tanggungjawab.
c. Keterlibatan
d. Pemberdayaan
e. Kesempatan untuk berkembang
f. Meaningful & Challenging Works
3. Implicit Bargaining
a. Berangkat dari kesadaran adanya
kelemahan dan kelebihan dari kedua pendekatan sebelumnya.
b. Merupakan kombinasi pendekatan
tradisional dan pendekatan human relations.
c. Dalam pendekatan ini selain adanya
aturan formal menyangkut pekerja juga adanya perjanjian yang tidak tertulis
antara pekerja dan pihak pimpinan mengenai hal-hal apa yang menjadi tugas dan
yang harus dikerjakan oleh pekerja.
4. Kompetisi
Asumsi dari pendekatan ini sederhana
saja, yaitu bahwasanya dengan menciptakan situasi persaingan diharapkan
motivasi kerja akan bertambah besar.
Dalam menciptakan situasi persaingan digunakan Insentif.
Insentif : Faktor-faktor eksternal yang oleh individu
dipandang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakannya.
5. Motifasi Internal
a. Self-Motivation, Self-Management
b. Dalam pendekatan ini motivasi pekerja
diupayakan bangkit dari dalam diri pekerja sendiri (Kesadaran).
c. Pendekatan ini relatif lebih sulit,
namun lebih effektif jika mampu dilakukan.
d. Proses pembelajaran dan Effektivitas
peran atasan sangat menentukan keberhasilan pendekatan ini.
Selain itu organisasi agar dapat
berjalan baik, maka organisasi itu perlu melakukan teknik-teknik seperti ini :
1. Jelaskan tujuan organisasi kepada setiap anggota
organisasi.
2. Usahakan agar setiap orang menyadari, memahami, serta
menerima baik tujuan tersebut.
3. Jelaskan filsafat yang dianut pimpinan organisasi
dalam menjalankan kegiatan- kegiatan organisasi
4. Jelaskan kebijakan yang ditempuh oleh pimpinan organisasi
dalam usaha pencapaian tujuan.
5. Usahakan setiap orang mengerti struktur organisasi.
6. Jelaskan peranan apa yang diharapkan pimpinan
organisasi untuk dijalankan setiap orang
7. Tekan kan pentingnya kerja sama dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan.
8. Perlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh
pengertian
9. Berikan penghargaan serta pujian kepada karyawan
yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mampu
bekerja.
10. Yakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam
organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal
mungkin.
b. Perspektif Motivasi
1)
Perspektif Behavioral
Menekankan
imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid.Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat
(Emmer, dkk, 2000).
2)
Perspektif Humanistis
Menekankan
pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih
nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan
Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam
hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
3)
Perspektif Kognitif
Pemikiran
murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti penting dari penentuan
tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk &
Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Jadi perspektif behavioris
memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan
perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak
dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif mengusulkan konsep menurut White (1959)
tentang motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi
lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses
informasi secara efisien.
4)
Perspektif Sosial
Kebutuhan
afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.
Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang
hangat dan akrab.Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk
menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang
tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah
yang punya hubungan penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sifat
akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek,
2002).
2.7. Pengertian dan Macam-macam
Motivasi dalam Perspektif Islam
a. Pengertian Motivasi dalam
Perspektif Islam
Motivasi dalam Islam,
Motif dalam Bahasa Arab disebut
داع سبب داع صورة رسم sedangkan motivasi تعليل ايجاب مسبب داع ,
Sedangakan niat dalam bahasa Arab adalah نوي ينوي نية رجا يرجوا دفع . Miftah
Faridl berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif , karena pengertian
niat ada dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan jenis perbuatan
ibadah seperti sholat subuh , tahiyatul masjid dan lain-lain. Niat yang kedua
dalam arti tujuan adalah maksud dari sesuatu perbuatan (motif).
Niat daalm pengertian motif mempunyai dua fungsi:
1.
Menentukan nilai hukum (wajib, sunat , makruh dan haram) , yaitu untuk sesuatu
amal yang tidak ditentukan secara tegas hukumnya dalam Al-Quran dan as-Sunnah.
2. Menentukan
kualitas pahala dari sesuatu perbuatan-perbuatan yang tertinggi ikhlas dan
perbuatan terendah riya.
Ketika motivasi
dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan keikhlasan maka hal ini sangat
sulit diukur, namun yang perlu digaris bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya
ketika motivasi itu dibahas dan dibicarakan maka ada persamaannya yaitu
sama–sama sulit diklaim secara mutlak namun hanya bisa diprediksi
kemungkinannya.
Menurut Asep Ridrid
Karana kata niat jika disejajarkan lebih tinggi daripada motivasi karena
motivasi seorang muslim harus timbul karena niat pada Allah. Pada prakteknya
kata motivasi dan niat hampir sama–sama dipakai dengan arti yang sama, yaitu
bisa kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan
. Walaupun dalam bahasa Inggris intention diartikan niat dan motivation dengan
motivasi namun dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.
Manusia diciptakan
tidak lain hanyalah untuk beribadah pada Allah Semua aspek kehidupan bisa bernilai
ibadah ketika diniatkan karena Allah. Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadits
dari Umar radhiyallahu anha,
Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal yang ikhlas.
Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal yang ikhlas.
Maksud niat disini
adalah pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan yang
dituntutnya. Maksud pendorong adalah penggerak kehendak manusia yang mengarah
pada amal. Sedangkan tujuan pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam.
b.
Macam-Macam Motifasi dalam Perspektif Islam.
Menurut Abdul Hamid Mursi menerangkan motivasi dalam
perspektif Islam sebagai berikut :
1.
Motivasi
fisiologis
Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk
sesuai dengan fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri khusus terpenting dalam
tabiat penciptaan hewan dan manusia adalah motivasi fisiologis. Studi-studi
fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia unutk
menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu lenyap maka timbul
motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan
tubuh seperti semula.
a. Motivasi Menjaga Diri
Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-Quran tentang
motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga individu dan
kelangsungan hidupnya. MIsalnya lapar, dahaga, bernapas dan rasa sakit. Secara
tersirat dalam Surat Thaha ayat 117-121
tiga motivasi terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik matahari,
cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa.Sebagian ayat al-Qur’an menunjukkan
pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut dan perasaan takut dalam
kehidupan.
b. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis
Allah menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang
manusia untuk menjaga diri yang mendorongnya menjalankan dua hal terpenting
yakni motivasi seksual dan rasa keibuan. Motivasi seksual merupakan dasar
pembentukan keluarga dan dalam penciptaan kaum wanita Allah menganugerahi
motivasi dasar untuk melakukan misi penting yaitu melahirkan anak-anak.
Al-Quran mengambarkan betapa beratnya seorang ibu mengandung dan merawat
anaknya.
2. Motivasi Psikologis atau Sosial
a. Motivasi Kepemilikan
Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis yang
dipelajari manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, di dalam fase pertumbuhan,
berkembang kecenderungan individu untuk memiliki, berusaha mengakumulasi harta
yang dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanan hingga masa yang akan
datang.
Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Urutan pemuasan kebutuhan tersebut sebagai berikut :
Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Urutan pemuasan kebutuhan tersebut sebagai berikut :
1) Kebutuhan pangan dan papan
2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan
3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup
4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh social
Mengenai motivasi kekuasaan, al-Quran menengarai yang artinya
:
”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga)’’.
b. Motivasi Berkompetensi
”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga)’’.
b. Motivasi Berkompetensi
Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan psikologis
yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan kultur yang tumbuh di
dalamnya. Manusia biasa berkompetensi dalam ekonomi, keilmuan, kebudayaan,
sosial dan sebagainya. Al-Quran menganjurkan manusia agar berkompetensi dalam
ketakwaan, amal shaleh, berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan
mengikuti manhaj Ilahi dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama manusia
sehingga memperoleh ampunan dan keridhan Allah SWT.
c. Motivasi Kerja
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada
sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau
bekerja lebih keras jika tidak menemui hambatan merealisasikan apa yang
diharapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu
untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga yang menyukai dorongan kerja
tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam
perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi yang sulit.
2. Bekerja dan berproduksi
Atas dasar tawakal dan meniadakan fatalisme ada tiga unsur
yang menjadikan hidup manusia positif dan berguna. Pertama, mengimplementasikan
potensi kerja yang dianugerahkan Allah. Kedua, bertawakal kepada Allah, dan
mencari pertolongan-Nya ketika melaksanakan pekerjaan. Ketiga, iman kepada
Allah untuk menolak bahaya, kediktatoran, dan kesombongan atas prestasi yang
dicapai.
Tujuan aktivitas manusia pada sistem-sistem sekuler adalah
meraih laba sebesar-besarnya untuk menjadi masyarakat yang elitis seperti yang
diharapkan kapitalisme, atau mengimplementasikan kelayakan materi bagi seluruh
masyarakat sebagaimana dikehendaki sosialisme. Tujuan material ini ternyata
mendatangkan berbagai konflik diantara sistem-sistem ekonomi sekuler. Apalagi,
sistem itu berupaya untuk saling mendominasi.
Konsep Islam tentang dunia sebagai ladang akhirat,
memposisikan kepentingan materi bukan sebagai tujuan, namun sebagai sarana
merealisasikan kesejahteraan manusia, seperti yang tertuang dalam surat
Al-Qashas ayat tujuh.
Karenanya syariat Islam mempunyai visi politik tersendiri yang tidak berlandaskan pada individu seperti kapitalisme atau pada seluruh masyarakat seperti sosialisme. Dasar politik Islam adalah keseimbangan dan keserasian antara kepentingan individu dan masyarakat.
Karenanya syariat Islam mempunyai visi politik tersendiri yang tidak berlandaskan pada individu seperti kapitalisme atau pada seluruh masyarakat seperti sosialisme. Dasar politik Islam adalah keseimbangan dan keserasian antara kepentingan individu dan masyarakat.
Dalam perspektif Islam, aktivitas perekonomian harus disertai
komitmen untuk mematuhi petunjuk Tuhan yang digariskan Al-Quran dan dijabarkan
as-Sunnah.Islam telah menetapkan pekerjaan bagi seorang muslim sebagai hak
sekaligus kewajiban. Islam menganjurkan bekerja dan memerintahkan agar
pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Prinsip pertama ynng ditegakkan
Islam dalam mengatur masyarakat ialah agar setiap orang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan diri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan”.Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah dorongan dalam mengarahkan individu yang merangsang tingkah laku
individu serta organisasi untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan”.
Tujuan
motivasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:146) adalah sebagai berikut:
1.Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; 2. Meningkatkan
produktivitas kerja karyawan; 3. Mempertahankan kestabilan karyawan
perusahaan; 4.Meningkatkan kedisiplinan karyawan; 5. Mengefektifkan
pengadaan karyawan; 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang
baik;7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan;
8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan; 9.Mempertinggi rasa tanggung jawab
karyawan terhadap tugas-tugasnya;10. Meningkatkan efisiensi penggunaan
alat-alat dan bahan baku.
Malayu
S.P Hasibuan (2005:150)mengatakan bahwa jenis-jenis
motivasi adalah sebagai berikut:1. Motivasi Positif (Insentif Positif); 2.
Motivasi Negatif (Insentif Negatif).Malayu S.P. Hasibuan (2005:149),
mengatakan bahwa ada dua metode motivasi adalah sebagai
berikut:a. Motivasi Langsung (Direct Motivation); b. Motivasi Tidak
Langsung (Indirect Motivation). Malayu S.P. Hasibuan (2005:151),
mengatakan bahwa proses motivasi adalah sebagai berikut :1.Tujuan ;
2. Mengetahui kepentingan ;3. Komunikasi efektif;4. Integrasi
tujuan;5. Fasilitas;6.Team Work.
Beberapa teori motivasi yang dikemukakan
oleh para ahli yang bisa menjadi sumber untuk perusahaan dalam memotivasi dan
meningkatkan kinerja karyawannya adalah:a. Teori Abraham H. Maslow (Teori
Kebutuhan);b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG);d. Teori Herzberg
(Teori Dua Faktor);e. Teori Keadilan ;f. Teori penetapan tujuan (goal setting theory); g. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan) ; h. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku ;i. Teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Dalam
motivasi suatu organisasi ada beberapa model yang mempunyai peran penting dalam
organisasi tersebut yaitu :1.Model Tradisional ; 2. Model
Hubungan Manusiawi ; 3. Model Sumber Daya Manusia. Anwar P.
Mangkunegara (2007:100), mengatakan bahwa terdapat beberapa prinsip dalam
memotivasi kerja karyawan adalah sebagai berikut:1.Prinsip Partisipasi ;2. Prinsip
Komunikasi ;3. Prinsip Pengakui Andil Bawahan ;4.Prinsip
Pendelegasian Wewenang;5. Prinsip Memberi Perhatian.
Motifasi dalam Islam,
Motif dalam Bahasa Arab disebut
داع سبب داع صورة رسم sedangkan motivasi تعليل ايجاب مسبب داع ,
Sedangakan niat dalam bahasa Arab adalah نوي ينوي نية رجا يرجوا دفع . Miftah
Faridl berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif , karena pengertian
niat ada dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan jenis perbuatan
ibadah seperti sholat subuh , tahiyatul masjid dan lain-lain. Niat yang kedua
dalam arti tujuan adalah maksud dari sesuatu perbuatan (motif).
3.
2 Saran
Begitu
penting peranan motivasi dalam sebuah oraganisasi bahkan tidak hanya pada
organisasi tetapi juga untuk kita semua untuk mengembangkan mental kita.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/83948989/Makalah-Motivating
Suharso,
Ana Ratnaningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang;
Widya Karya.
A.M
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta;
Rajawali Pers.
Handoko,
T.Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta; BPFE.
Griffin,
Ricky W, Ronald J. Ebert. 2005. Bisnis. Jakarta; PT Indeks
Gramedia.
0 komentar:
Posting Komentar