Minggu, 16 November 2014

Strategi Pembelajaran Inkuiri



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan inkuiri pada prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan manusia.Tidak sedikit penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk memperbaiki kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa kanak-kanak sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya. Jadi, sebenarnya potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah banyak dimiliki seseorang sejak kecil, namun sering terhambat oleh lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai.Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan sebagainya, apabila anaknya banyak bertanya, dan mencoba sesuatu yang mungkin sampai rusak.Para guru umumnya kurang mengembangkan metode inkuiri ini sehingga para siswa disekolah lebih banyak bersifat menerima informasi. Maka hal ini akan banyak menghambat perkembangan potensi siswa.
Pada makalah ini akan dibahas konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri, proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, dan sintaks pembelajaran inkuiri.

B. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri.
2. Mengetahui proses pembelajaran inkuiri.
3. Memahami sintaks pembelajaran inkuiri.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari model strategi pembelajaran inkuiri?
2. Bagaimana proses pembelajaran inkuiri?
3. Bagaimana sintaks pembelajaran inkuiri?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Inkuiri
1. Pengertian Strategi Inkuiri
            Strategi belajar-mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar-mengajar secara faktual. Kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai, adalah unsur-unsur pengajaran yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu. Mungkin untuk suatu program pengajaran pada suatu saat dipandang lebih efektif penyampaiannya dengan metode ceramah, pada saat lain mungkin dengan diskusi kelompok, dan pada saat lain mungkin tanya jawab. Rangkaian ini secara keseluruhan membentuk suatu pola yang kita sebut strategi belajar-mengajar.[1]
Inkuiri merupakan bagian inti dari bagian pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.[2]
Pendekatan inkuiri adalah cara belajar mengajar yang dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir kritis.[3]
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.[4]
Pengajaran berdasarkan inkuiri (inquiry-based teaching) adalah suatu srategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang di gariskan secara jelas.[5]
Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan kerja kelompok dilaporkan kesidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang plenolah kesimpulan akan dirimuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.[6]
Inquiry : pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan. Kuslan & Stone, inkuiri adalah pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Sund & Trow Gridge (1973) inkuiri adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan hasil pemecahan masalah. W. Gelly (1984) inkuiri adalah suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan meyelidiki secara sistematik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.[7]
Joyce mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut ialah :[8]
a.       Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut ada nya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, rendah diri, malu, dan sebagainya, baik terhadap teman, siswa maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda maupun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang ada.
b.      Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenarannya  selalu bersifat sementara. [9]Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Denngan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inkuiri. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengukian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda diantara siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended.
Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa dan masing-masing dengan argumen yang benar. Disamping inkuiri terbuka dikenal juga inkuiri tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil inkuiri.
c.       Penggunaan fakta sebagai evidensi. Didalam kelas dibicarakan validitas dan reabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pembeiri informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan. [10]
2. Strategi Inkuiri dan Dimensi Berpikir
Untuk merangsang kegiatan berpikir peserta didik, maka perlu dikertahui apa yang dia ketahui dan bagaimana cara ia berpikir. Hanya dengan cara demikian dapat dikembangkan kemampuan berpikir siswa dalam proses inkuiri. Sering guru mengharapkan siswanya mengikuti cara berpikirnya sendiri, dan tidak sebaliknya guru mengikuti cara berpikir siswa.[11]
Apabila misalnya guru bertanya kepada siswanya apa kelanjutan dari bilangan 2 dan 4, maka guru mengharapkan bahwa lanjutannya ialah 6. Siswa menjawab 8 atau 5, tidak dapat diterima oleh guru karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Untuk mengenal berbagai cara berpikir siswa, terutama dalam mereka berinkuiri, perlu kita kenal beberapa cara berpikir pada umumnya.[12]
a.       Berpikir ururtan. Apabila misalnya guru menghadapkan siswa pada tiga bilangan berturut-turut 2,4,6, maka siswa dapat menyebut bahwa bilangan pada urutan yang ke-4 adalah 8 dan ke-5 adalah 10. Tetapi jika yang diinformasikan adalah 2,7,3, maka siswa sukar atau tidak dapat menyebut urutan selanjutnya karena tidak ditemukan suatu aturan tertentu yang bekerja dalam ketiga bilangan yang diamati.
b.      Berpikir bertentangan. Jika kepada siswa dihadapkan pasangan kata-kata: panas-dingin dan kecil-besar, maka ia dapat menyebut pasangan dari kata-kata: siang-…, berat-…, dan seterusnya dengan benar. Kalau iamengatakan siang berpasangan dengan panas, dan berat berpasangan dengan ton, maka ia belum menemukan prinsip apa yang mehubungkan, kata panas dengan dingin dan besar dengan kecil.
c.       Berpikir asosiasi. Jika kepada siswa dihadapkan pasangan kata-kata: besi-berat, kapas-ringan, maka ia dapat menyebut pasangan dari kata murid-… dengan benar. Kalau ia mengatakan bahwa pasangan kata murid adalah guru, berarti ia belum menemukan hubungan asosiasi yang menghubungkan kata besi dengan berat, dan dimana ada kapas disitu ada ringan.
d.      Berpikir kausalitas. Kalau kepada siswa dihdapkan pasangan kata: rajin-pandai dan mendung-hujan, maka ia dapat menyebut pasangan dari kata menganggur-…, dengan benar. Ini berarti bahwa setelah mengamati kedua pasangan kata yang dihadapkan kepadanya, maka ia menemuan adanya sifat sebab akibat (kusalitas) yang bekerjadalam setiap kata pasang itu. Sifat tersebut ia terapkan pada kata menganggur, dan dia mencari apa akibatnya kalau ia menganggur.
e.       Berpikir konsentris. Menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi dari keempat cara berpikir diatas. Berpikir konsentris terarah pada mencari hakikat dari sesuatu yang bersifat umum.
f.       Berpikir konvergen. Berpangkal dari unsur-unsur yang terpisah-pisah. Dengan mempelajari karakterisitik dan kecenderungan masing-masing unsur, maka diketahui semua unsur mengarah pada satu titik tertentu. Misalnya ada tiga unsur yang diamati yaitu kependudukan, investasi dan kependidikan. Tampak bahwa pertumbuhan penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, pengeluaran untuk investasi semakin merosot. Mutu pendidikan tampak makin menurun. Dengan kemampuan berpikir konvergen maka diketahui pada waktu mendatang tingkat pengangguran makin tinggi.
g.      Berpikir divergen. Bertitik tolak berbagi ke berbagai dari suatu peristiwa menuju ke berbagai kemungkinan. Dari peristiwa pengangguran misalnya, pikiran berkembang ke berbagai alternatif seperti: kriminalitas, wabah kelaparan, dan kerusakan lingkungan hidup.
h.      Berpikir silogisme. Bertitik tolak pada premis mayor yang tidak diragukan kebenarannya. Kemudian ada premis minor yang sifatnya lebih khusus. Dengan menghadapkan premis minor terhadap premis mayor maka akan dapat diperoleh suatu kesimpulan.
Guilford melihat kegiatan berfikir itu dalam tiga dimensi dalam struktur intelektual.ketiga dimensi itu ialah (1) Konten, (2) Proses (operation) dan 93) Produk. Ketiga dimensi dari struktur intelegensi itu dapat dinyatakan dalam apa yang disebut Kubus Guilford. Dari kubus tersebut dengan 4 jenis konten 5 jenis proses dan 6 jenis produk maka ada 120 jenis berfikir secara intelektual. Hal ini merupakan peringatan bagi seorang Guru bahwa ada berbagai macam cara berfikir dikalangan siswa, dan bahwa cara berfikir Guru hanyalah salah satunya. Selanjutnya akan kita lihat bagaimana hal ini dihubungkan dengan strategi belajar-mengajar inkuiri.[13]
3. Jenis Pembelajaran Inkuiri
Strategi belajar-mengajar dapat kita golongkan dalam dua kutub yang ekstrem. Disatu pihak adalah strategi belajar-mengajar dimana siswa terlibat secara maksimal dalam usaha mencari dan menemukan, sedangkan dalam kutub lain keterlibatan siswa sangat terbatas pada menerima informasi dimana peranan guru sangat dominan. Yang pertama kita sebut strategi inkuiri atau discovery, dan yang lain kita sebut strategi ekspositori.[14]
Pendekatan generalisasi terhadap inkuiri yang disebut inkuiri yang berpusat pada masalah terdiri atas dua jenis, yakni inkuiri yang berorientasi kepada diskoveri dan inkuiri berdasarkan kebijakan.[15]
a. Inkuiri  yang berorientasi kepada Diskoveri
            Inkuiri yang berorientasi kepada diskoveri menunjuk kepada situasi-situasi akademis.Dalam hal itu kelompok kecil siswa (yang terdiri atas empat sampai enam orang anggota) mencari jawaban-jawaban terhadap topik-topik inkuiri yang ditemukan. Dalam situasi tersebut, para siswa dapat menemukan konsep atau rincian  informasi. Model ini dapat dilaksanakan kepada seluruh kelas sebagi bagian dari kegiatan-kegiatan inkuiri, yang disebut social inquiry.
            Asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri ini ialah:
1)      Keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
2)      Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
3)      Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskoveri menambah motivasi dan memajukan partisipasi.
Kendatipun model inkuiri paling banyak mendapat dukungan dan digunakan oleh para pendidik, namun tidak berarti bahwa metode lainnya diabaikan atau tidak digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan inkuiri.Penggunaan strategi inkuiri dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut.
a)      Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.
b)      Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta.
c)      Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.
d)     Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.
e)      Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sistesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.[16]
            Proses inkuiri ini menuntut guru untuk berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan konselor kelompok. Guru menyajikan beberapa pengetahuan seraya mendorong mereka untuk mencari pengetahuan sendiri. Beberapa kriteria berikut ini hendaknya diperhatikan oleh guru agar dia berhasil melaksanakan strategi instruksional ini:
1)   Merumuskan topik inkuiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa.
2)   Membentuk kelompok yang seimbang, baik akademis maupun sosial.
3)   Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.
4)   Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas.
5)   Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai.
            Perlu diperhatikan bahwa penugasan terhadap siswa hendaknya mengundang inisiatif, dorongan ingin tahu, dan tanggung jawab.[17]
b. Inkuiri berdasarkan kebijakan
Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk yang proaktif yang berhubungan dengan penyusunan proposisi kebijakan, yakni “ apa yang harus dilakukan “ (berorientasi pada tindakan). Hal ini berbeda dengan proposisi tentang fakta, pernyataan tentang “ apa yang ada “. Inkuiri ini berbeda dari inkuiri yang berorientasi kepada diskoveri dari segi hakikat, sifat, dan tujuannya.Masalah-masalah sosial dan kebijakan yang berhubungan dengan itu merupakan fokus dan tujuan yang menjadi konsensus kelompok atas kebijaksanaan yang ditargetkan.Para siswa perlu memiliki pengalaman kelompok yang berkenaan dengan identifikasi dan definisi masalah-masalah sosial melalui kebijakan yang direkomendasikan.
Untuk melaksanakan model inkuiri ini, kelompok mengikuti langkah-langkah yang khusus sebagai proses inkuiri yang dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :
a)      Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok memiliki rentang  intelektual dan keterampilan-keterampilan sosial.
b)      Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada kelompok. Mereka harus menghasilkan genuine puzzlement dan merumuskan minat kelompok.
c)      Merumuskan atau membentuk proposisi tentatif yang berhubungan dengan topik, yakni pernyataan “ harus di ”. pernyataan ini juga mencangkup satu atau lebih usul penyelesaian masalah pokok.
d)     Merumuskan semua istilah yang terdapat di proposisi kebijakan.
e)      Menjelajahi validitas yang logis dan konsisten internal proposisi tersebut beserta isi atau hal-hal yang menunjang.
f)       Mengumpulkan evidensi yang mendukung isi ( contentions).
g)      Menganalisis penyelesaian yang diusulkan dan mencapai posisi suatu kelompok.
h)      Menilai proses kelompok.[18]

4. Tujuan dan Manfaat Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi inkuiri ialah :[19]
·         Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini ialah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
·         Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
·         Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentantang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal.
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut :[20]
a.       Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b.      Fasilitator, yang menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
c.       Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
d.      Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e.       Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
f.       Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g.      Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Supaya guru dapat melaksanakan peranannya secara efektif  maka pengenalan kemampuan  siswa sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar mempunyai tujuan demikian: agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam berkelompok.Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya.Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, dan sebagainya.Akhirnya dapt mencapai kesimpulan yang disetutujui bersama.Bila siswa melakukan semua kegiatan diatas berarti siswa sedang melakukan inquiri.[21]
Dengan cara ini siswa diharapkan meneliti berbagai masalah sosial sehingga mereka memperoleh:
1)      Pengetahuan
a) Pengetahuan mengenai fakta, yakni semua informasi dan data yang dapat diperiksa ketepatannya dan telah diterima secara umum kebenarannya.
b) Pengetahuan mengenai konsep-konsep, yakni ide umum dalam pikiran seseorang yang menggunakan kelompok sesuatu atau tindakan yang mempunyai nilai dan sifat umum tertentu.
c)  Pengetahuan mengenai generalisasi, yakni pernyataan umum atau teori yang menyatukan beberapa konsep yang mempunyai makna yang luas.
2)      Keterampilan akademis
a) Dari keterampilan yang sederhana sampai keterampilan yang kompleks ( mengingat, menafsirkan, menerapkan, menganalisis, menyintensiskan, menilai ).
b)  Dari penyelidikan sampai kesimpulan yang valid seperti bertanya dan memahami masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menafsirkan dan menganalisis serta menyajikan hipotesis, merumuskan generalisasi, dan mngomunikasikan kesimpulan.
c)      Dari berpikir kritis sampai berpikir kreatif.
3)      Sikap dan nilai yang baik . Semua sikap dan nilai yang patut dimiliki oleh para siswa
4)      Keterampilan sosial. (Gabungan dari 1, 2, dan 3 ) 
a)      Tingkah laku dalam pergaulan yang tidak resmi (di dalam masyarakat).
b)      Tingkah laku dalam pergaulan dalam lingkungan resmi (organisasi).
c)      Keterampilan dalam mengorganisasi kita dengan cerdas, teliti, dan sopan.
Adapun teknik inkuiri ini memiliki keunggulan seperti :
1)      Dapat membentuk dan mengembangkan “sel concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide baik.
2)      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3)      Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur dan terbuka.
4)      Mendorong siswa untuk  berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5)      Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
6)      Situasi proses belajar menjadi terangsang.
7)      Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
8)      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9)      Siswa dapat terhindar dari cara-cara belajar yang tradisional.
10)  Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.[22]
B. Proses Inkuiri
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan suatu masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.[23]
Siklus inkuiri terdiri dari:[24]
1)      Observasi (Observation);
2)      Bertanya (Questioning);
3)      Mengajukan dugaan (Hyphotesis);
4)      Pengumpulan data (Data gathering);
5)      Penyimpulan (Conclussion);

PROSES INKUIRI
Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut diatas merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivaor, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori murni, semua tahap itu dilakukan sendiri oleh guru.Guru yang merumuskan masalah, guru yang menyusun hipotesis, guru yang mencari bukti, guru yang membuktikan hipotesis dan guru yang merumuskan kesimpulan.Semua perolehan guru pada setiap tahap diinformasikan pada peserta didik.Pada inkuiri semua itu dilakukan oleh siswa.[25]
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:
1)      Merumuskan masalah;
2)      Mengamati atau melakukan observasi;
3)      Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya; dan
4)      Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.[26]
Kemampuan-kemampuan yang dituntut pada setiap tahap dalam proses inkuiri itu ialah :[27]
Tahap Inkuiri
Kemampuan yang dituntut
1.      Merumuskan masalah
1.      Kesadaran terhadap masalah
2.      Melihat pentingnya masalah
3.      Merumuskan masalah
2.      Merumuskan jawaban sementara (hipotesis)

1.      Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh
2.      Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis
3.      Merumuskan hipotesis
3.      Menguji jawaban tentative
1.      Merakit peristiwa
2.      Menyusun data
3.      Analisis data
4.      Menarik kesimpulan
1.      Mencari pola dan makna hubungan
2.      Merumuskan kesimpulan
5.      Menarik kesimpulan dan generalisasi


Proses Inkuiri dapat juga disusun secara aditif  (penjumlahan), hipotesis, uji hipotesis, dan kesimpulan sementara ada dalam beberapa unit pelajaran. Pokok bahasan tentang transportasi misalnya, dapat dibagi dalam tiga unit, yaitu transportasi darat, laut, maupun udara.

Proses inkuiri berjalan sebagai berikut.
Tahap Kegiatan
Materi
Kegiatan
Pendahuluan
Kecelakaan dalam transportasi
Artikulasi Masalah
Merumuskan masalah
1.      Transportasi darat

2.      Transportasi laut

3.      Transportasi udara

Merumuskan masalah transportasi darat
Merumuskan masalah transportasi laut
Merumuskan masalah transportasi udara
Perumusan Hipotesis
1.      Hipotesis (1)
2.      Hipotesis (2)
3.      Hipotesis (3)
Menguji hipotesis 1
Menguji hipotesis 2
Menguji hipotesis 3
Menarik kesimpulan sementara
1.      Transportasi darat
2.      Transportasi laut
3.      Transportasi udara
Menarik kesimpulan 1
Menarik kesimpulan 2
Menarik kesimpulan 3
Penarikan kesimpulan
1.      Kesimpulan (1)
2.      Kesimpulan (2)
3.      Kesimpulan (3)
Membuat generalisasi

Pada  contoh diatas, kesimpulan merupakan integrasi dari ketiga kesimpulan sementara dari masing-masing unit. Setelahmenyimpulkan faktor-faktor penyebab kecelakaan pada masing- masing jenis transportasi, barulah ditarik kesimpulan umum yang berlaku bagi seluruh transportasi.
Keberhasilan proses inkuiri seperti telah dipaparkan diatas sangat tergantung pada proses pendahuluan. Permasalahan yang diketengahkan pada tahap awal ini harus mampu dipertanyakan oleh siswa. Tujuan umum strategi inkuiri ini bukan pada terselesaikannya masalah itu sendiri, tetapi seperti yang telah dikemukakan oleh Joice-Weill ialah to help the students develop the intellectual discipline and skills necessary to raise question and search out answer stemming from their curiousity.
Oleh karena itu, keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada bahan yang dikemukakan sebagai stimulus pada tahap ini.Tahap pendahuluan ini disebut juga tahap apresiasi. Disebut demikian oleh karena materi yang disajikan harus terkait dengan apa yang telah diketahiu siswa sebelumnya. Ketidakterkaitan materi dengan apa yang telah diperoleh siswa menyebabkan pelajaran terasa asing dan tidak menarik bagi siswa. Selain itu, bahan pelajaran bukan saja tidak asing, tetapi merangsang keingintahuan bagi siswa. Untuk maksud tersebut maka bahan sajian merupakan gambaran menyeluruh tetapi singkat terhadap apa yang akan ditemukan dalam pelajaran yang akan disajikan selanjutnya.[28]
Teknik ini dapat juga berjalan sebagai berikut : Guru menunjukkan suatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa dikelas. Semua siswa disuruh mengamati, meraba, melihat dengan seluruh alat inderanya. Kemudian guru memberikan masalah/pertanyaan kepada seluruh siswa-siswa yang sudah siap dengan jawaban/pendapat, maka ia akan mendapat giliran mengemukakan pendapatnya. Jawaban atau pendapat yang sudah dikemukakan oleh temannya terdahulu tidak boleh diulang oleh temannya kemudian.Jadi masalah itu berkembang seperti yang diarahkan.Murid menemukan banyak masukan-masukan baru yang berarti. Hal itu bisa terjadi bila proses interaksi belajar mengajar bila ada perubahan dari “teacher centered” kepada “student centered”.[29]
Untuk meningkatkan teknik inquiry dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan berikut :[30]
1)      Membimbing kegiatan laboratorium.
2)      Modifikasi inquiry.
3)      Kebebasan inquiry.
4)      Inquiry pendekatan peranan.
5)      Mengundang kedalam inquiry.
6)      Teka teki bergambar.
7)      Synectics lesson
8)      Kejelasn nilai-nilai.
Manksudnya, Pertama. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Dimana siswa melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru.
Kedua. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan bahan atau alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perorangan aau kelompok. Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang memmungkinkan siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
Ketiga. Setelah siwa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu masalah dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu, serta telah melakukan “modifikasi inquiry”, maka siswa telah siap untuk melakukan kebebasan inquiry. Dimana guru dapat mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan “kebebasan inquiry” dan siswa dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang dipelajari.
Keempat. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para “ilmuwan”. Suatu undangan memberikan suatu masalah kepada siswa dan dengan pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti : merancang eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan pengawasan dan seterusnya.
Kelima. Merupakan kegiatan poses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda seperti : koordinator tim, penasehat teknis, merekam data, proses penilaian. Anggota tim menggambarkan peranan-peranan diatas , bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang dipelajari.
Keenam.Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa didalam diskusi kelompok kecil atau besar. Gambar peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
Ketujuh.Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa.Pada dasarnya “synetics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar supaya dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya.Hal itu dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
Kedelapan.Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan “self-concept” siswa.Ternyata dengan teknik inquiry siswa melakukan tugas-tugas kognitif dengan baik.
Agar teknik ini dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi sebagai berikut “
1)      Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
2)      Kondisi lingkungan yang responsif.
3)      Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
4)      Kondisi yang bebas dari tekanan.
Dalam teknik inquiry guru berperan untuk :
1)      Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir.
2)      Memberikan fleksibilitas atau kebebasasn untuk berinisiatif dan bertindak.
3)      Memberikan dukungan untuk “inquiry”.
4)      Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.
5)      Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya.
Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inquiry”.
1)      Otonomi siswa.
2)      Kebebasan dan dukungan siswa.
3)      Sikap keterbukaan.
4)      Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
5)      Self-concept.
6)      Pengalaman inquiry terlibat dalam masalah-masalah.
Pendekatan pendekatan lain untuk mengembangkan kemampuan inquiry siswa melalui science ialah “teka-teki bergambar, synectics dan kejelasan nilai-nilai”.[31]

C. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Pada strategi inkuiri, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang.Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mengorganisasi stimulus itu, dan perasaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhtian dan minatnya dengan cara yang menunjukkan reaksi mereka yg berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah.[32]
Munculnya reaksi mereka sangat bergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan guru.Bahan tersebut sebagai pendahuluan daari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Bahan ini disebut advanced organizer.
Selanjutnya, siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, dan melaporkan hasilnya.Akhirnya, siswa mengvaluasi sendiri penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru diluar penyelidikan mereka.[33]
Sintaks atau aliran kegiatan belajar-mengajar dapat disususn sebagai berikut:
SINTAKS UNTUK MODEL INKUIRI KELOMPOK
·         Tahap Pertama
Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana)
·         Tahap Kedua
Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
·         Tahap Ketiga
Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas.
·         Tahap Keempat
Belajar menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok
·         Tahap Kelima
Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar
·         Tahap Keenam
·         Evaluasi dan tindak lanjut[34]


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berusaha memaksimalkan cara belajar siswa untuk aktif mencari pengetahuan mereka sendiri tetapi dalam proses pembelajaran guru tetap wajib memantau atau membimbing siswa.
2. Inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan suatu masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.
3. Sintaks pembelajaran inkuiri dibagi menjadi 6 tahap: Menghadapi stimulus, Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang, Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas, Belajar menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok, Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar, Evaluasi dan tindak lanjut.
B. Saran
            Strategi pembelajaran inkuiri ini hendaknya dipelajari dengan sungguh- sungguh agar pengaplikasiannya dalam proses pembelajaran dapat berjalan maksimal dan mencapai keberhasilan secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002.Strategi Belajar-Mengajar.Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa. Bandung: PT Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
N.K, Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahastya.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Anonim.Model Pembelajaran Inkuiri.
(Diakses pada tanggal 09 Maret 2014).




[1] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 83-84.
[2] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), 114.
[3] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa, (Bandung: PT Sinar Baru, 1991), hal,  63.
[4] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 84-85.
[5] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa, (Bandung: PT Sinar Baru, 1991), hal, 63.
[6] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi Mahastya, 2001), hal, 75.
[7]Anonim, http://slideshare.net/ayucummil/model-pembelajaran-inkuiri/, (Diakses pada tanggal 09 Maret 2014).
[8] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 85.
[9] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 86.
[10] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal…
[11] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 87.
[12] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar … hal, 88-93.
[13] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 92.
[14] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 84.
[15] Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara), hal, 220-221.
[16] Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar…hal, 221.
[17] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hal, 64-65.
[18] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa..hal, 66-68.
[19] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 85.
[20] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar…hal, 86-87.
[21] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi Mahastya, 2001), hal, 76.
[22] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar… hal, 76-77.
[23] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 93.
[24]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), hal, 114.
[25] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 94.
[26]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)…hal, 115.
[27] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 95-96.
[28] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 96-97.
[29] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi Mahastya, 2001), hal, 77.
[30] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar… hal, 78-79.
[31] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar…hal, 79-80.
[32] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 97.
[33] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 98.
[34]W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal…

0 komentar:

Posting Komentar