BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan inkuiri pada prinsipnya
telah lama digunakan dalam kehidupan manusia.Tidak sedikit penemuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk memperbaiki
kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa
kanak-kanak sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia
memperoleh kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin
diketahuinya. Jadi, sebenarnya potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu
telah banyak dimiliki seseorang sejak kecil, namun sering terhambat oleh
lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai.Orang tua sering tidak
melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan sebagainya, apabila
anaknya banyak bertanya, dan mencoba sesuatu yang mungkin sampai rusak.Para
guru umumnya kurang mengembangkan metode inkuiri ini sehingga para siswa
disekolah lebih banyak bersifat menerima informasi. Maka hal ini akan banyak
menghambat perkembangan potensi siswa.
Pada makalah ini akan dibahas konsep
dasar strategi pembelajaran inkuiri, proses pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri, dan sintaks pembelajaran inkuiri.
B. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri.
2. Mengetahui proses pembelajaran inkuiri.
3. Memahami sintaks pembelajaran inkuiri.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari model strategi pembelajaran inkuiri?
2. Bagaimana proses pembelajaran inkuiri?
3. Bagaimana sintaks pembelajaran inkuiri?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Inkuiri
1. Pengertian Strategi Inkuiri
Strategi
belajar-mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada
kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar-mengajar secara faktual.
Kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media
pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai, adalah unsur-unsur
pengajaran yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu. Mungkin untuk suatu
program pengajaran pada suatu saat dipandang lebih efektif penyampaiannya
dengan metode ceramah, pada saat lain mungkin dengan diskusi kelompok, dan pada
saat lain mungkin tanya jawab. Rangkaian ini secara keseluruhan membentuk suatu
pola yang kita sebut strategi belajar-mengajar.[1]
Inkuiri merupakan bagian inti dari
bagian pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.[2]
Pendekatan inkuiri adalah cara
belajar mengajar yang dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan untuk
memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir kritis.[3]
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris
inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.[4]
Pengajaran berdasarkan inkuiri
(inquiry-based teaching) adalah suatu srategi yang berpusat pada siswa di mana
kelompok-kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang di
gariskan secara jelas.[5]
Inkuiri merupakan suatu teknik atau
cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya
sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah kelas. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas
tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau
membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil
laporan kerja kelompok dilaporkan kesidang pleno, dan terjadilah diskusi secara
luas. Dari sidang plenolah kesimpulan akan dirimuskan sebagai kelanjutan hasil
kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang
harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.[6]
Inquiry : pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan.
Kuslan & Stone, inkuiri adalah pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Sund &
Trow Gridge (1973) inkuiri adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah,
menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik
kesimpulan hasil pemecahan masalah. W. Gelly (1984) inkuiri adalah suatu
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan meyelidiki secara sistematik, kritis, logis, dan analisis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.[7]
Joyce mengemukakan kondisi-kondisi
umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi
tersebut ialah :[8]
a.
Aspek sosial di
dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini
menuntut ada nya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa
tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Adanya rasa takut, rendah diri, malu, dan sebagainya, baik terhadap teman,
siswa maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya
suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat
yang berbeda maupun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara dalam
batas-batas disiplin yang ada.
b.
Inkuiri
berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua
pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak.
Kebenarannya selalu bersifat sementara. [9]Sikap
terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Denngan demikian, maka
penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inkuiri. Apabila pengetahuan
dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengukian
hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya
berbagai sudut pandang yang berbeda diantara siswa, maka sedapat mungkin
dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open
ended.
Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang
berbeda dari siswa dan masing-masing dengan argumen yang benar. Disamping
inkuiri terbuka dikenal juga inkuiri tertutup, yaitu jika hanya ada
satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil inkuiri.
c.
Penggunaan
fakta sebagai evidensi. Didalam kelas dibicarakan validitas dan reabilitas
tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
Untuk menciptakan kondisi seperti
itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai
pembeiri informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu
sangat diperlukan. [10]
2. Strategi Inkuiri dan Dimensi Berpikir
Untuk merangsang kegiatan berpikir
peserta didik, maka perlu dikertahui apa yang dia ketahui dan bagaimana cara ia
berpikir. Hanya dengan cara demikian dapat dikembangkan kemampuan berpikir
siswa dalam proses inkuiri. Sering guru mengharapkan siswanya mengikuti cara
berpikirnya sendiri, dan tidak sebaliknya guru mengikuti cara berpikir siswa.[11]
Apabila misalnya guru bertanya
kepada siswanya apa kelanjutan dari bilangan 2 dan 4, maka guru mengharapkan
bahwa lanjutannya ialah 6. Siswa menjawab 8 atau 5, tidak dapat diterima oleh
guru karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Untuk mengenal berbagai
cara berpikir siswa, terutama dalam mereka berinkuiri, perlu kita kenal
beberapa cara berpikir pada umumnya.[12]
a.
Berpikir
ururtan. Apabila misalnya guru menghadapkan
siswa pada tiga bilangan berturut-turut 2,4,6, maka siswa dapat menyebut bahwa
bilangan pada urutan yang ke-4 adalah 8 dan ke-5 adalah 10. Tetapi jika yang
diinformasikan adalah 2,7,3, maka siswa sukar atau tidak dapat menyebut urutan
selanjutnya karena tidak ditemukan suatu aturan tertentu yang bekerja dalam
ketiga bilangan yang diamati.
b.
Berpikir
bertentangan. Jika kepada
siswa dihadapkan pasangan kata-kata: panas-dingin dan kecil-besar, maka ia
dapat menyebut pasangan dari kata-kata: siang-…, berat-…, dan seterusnya dengan
benar. Kalau iamengatakan siang berpasangan dengan panas, dan berat berpasangan
dengan ton, maka ia belum menemukan prinsip apa yang mehubungkan, kata panas
dengan dingin dan besar dengan kecil.
c.
Berpikir
asosiasi. Jika kepada siswa dihadapkan
pasangan kata-kata: besi-berat, kapas-ringan, maka ia dapat menyebut pasangan
dari kata murid-… dengan benar. Kalau ia mengatakan bahwa pasangan kata murid
adalah guru, berarti ia belum menemukan hubungan asosiasi yang menghubungkan
kata besi dengan berat, dan dimana ada kapas disitu ada ringan.
d.
Berpikir
kausalitas. Kalau kepada siswa dihdapkan
pasangan kata: rajin-pandai dan mendung-hujan, maka ia dapat menyebut pasangan
dari kata menganggur-…, dengan benar. Ini berarti bahwa setelah mengamati kedua
pasangan kata yang dihadapkan kepadanya, maka ia menemuan adanya sifat sebab
akibat (kusalitas) yang bekerjadalam setiap kata pasang itu. Sifat tersebut ia
terapkan pada kata menganggur, dan dia mencari apa akibatnya kalau ia
menganggur.
e.
Berpikir
konsentris. Menuntut kemampuan intelektual
yang lebih tinggi dari keempat cara berpikir diatas. Berpikir konsentris
terarah pada mencari hakikat dari sesuatu yang bersifat umum.
f.
Berpikir
konvergen. Berpangkal dari unsur-unsur yang
terpisah-pisah. Dengan mempelajari karakterisitik dan kecenderungan
masing-masing unsur, maka diketahui semua unsur mengarah pada satu titik
tertentu. Misalnya ada tiga unsur yang diamati yaitu kependudukan, investasi
dan kependidikan. Tampak bahwa pertumbuhan penduduk makin meningkat dari tahun
ke tahun. Sementara itu, pengeluaran untuk investasi semakin merosot. Mutu
pendidikan tampak makin menurun. Dengan kemampuan berpikir konvergen maka
diketahui pada waktu mendatang tingkat pengangguran makin tinggi.
g.
Berpikir
divergen. Bertitik tolak berbagi ke berbagai
dari suatu peristiwa menuju ke berbagai kemungkinan. Dari peristiwa
pengangguran misalnya, pikiran berkembang ke berbagai alternatif seperti:
kriminalitas, wabah kelaparan, dan kerusakan lingkungan hidup.
h.
Berpikir
silogisme. Bertitik tolak pada premis mayor
yang tidak diragukan kebenarannya. Kemudian ada premis minor yang sifatnya
lebih khusus. Dengan menghadapkan premis minor terhadap premis mayor maka akan
dapat diperoleh suatu kesimpulan.
Guilford melihat kegiatan berfikir itu
dalam tiga dimensi dalam struktur intelektual.ketiga dimensi itu ialah (1)
Konten, (2) Proses (operation) dan 93) Produk. Ketiga dimensi dari struktur
intelegensi itu dapat dinyatakan dalam apa yang disebut Kubus Guilford. Dari
kubus tersebut dengan 4 jenis konten 5 jenis proses dan 6 jenis produk maka ada
120 jenis berfikir secara intelektual. Hal ini merupakan peringatan bagi
seorang Guru bahwa ada berbagai macam cara berfikir dikalangan siswa, dan bahwa
cara berfikir Guru hanyalah salah satunya. Selanjutnya akan kita lihat
bagaimana hal ini dihubungkan dengan strategi belajar-mengajar inkuiri.[13]
3. Jenis Pembelajaran Inkuiri
Strategi belajar-mengajar dapat kita
golongkan dalam dua kutub yang ekstrem. Disatu pihak adalah strategi
belajar-mengajar dimana siswa terlibat secara maksimal dalam usaha mencari dan
menemukan, sedangkan dalam kutub lain keterlibatan siswa sangat terbatas pada
menerima informasi dimana peranan guru sangat dominan. Yang pertama kita sebut
strategi inkuiri atau discovery, dan yang lain kita sebut strategi ekspositori.[14]
Pendekatan generalisasi terhadap
inkuiri yang disebut inkuiri yang berpusat pada masalah terdiri atas dua jenis,
yakni inkuiri yang berorientasi kepada diskoveri dan inkuiri berdasarkan
kebijakan.[15]
a. Inkuiri yang berorientasi
kepada Diskoveri
Inkuiri yang berorientasi kepada diskoveri menunjuk kepada
situasi-situasi akademis.Dalam hal itu kelompok kecil siswa (yang terdiri atas
empat sampai enam orang anggota) mencari jawaban-jawaban terhadap topik-topik
inkuiri yang ditemukan. Dalam situasi tersebut, para siswa dapat menemukan
konsep atau rincian informasi. Model ini
dapat dilaksanakan kepada seluruh kelas sebagi bagian dari kegiatan-kegiatan
inkuiri, yang disebut social inquiry.
Asumsi-asumsi yang
mendasari model inkuiri ini ialah:
1)
Keterampilan
berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan
pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
2)
Keuntungan bagi
siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung
jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
3)
Kegiatan-kegiatan
belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskoveri menambah
motivasi dan memajukan partisipasi.
Kendatipun model inkuiri paling
banyak mendapat dukungan dan digunakan oleh para pendidik, namun tidak berarti
bahwa metode lainnya diabaikan atau tidak digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan inkuiri.Penggunaan strategi inkuiri dilakukan melalui
langkah-langkah, sebagai berikut.
a)
Mengidentifikasi
dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.
b)
Mengajukan
suatu pertanyaan tentang fakta.
c)
Memformulasikan
hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.
d)
Mengumpulkan
informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan
data yang terkumpul.
e)
Merumuskan
jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi
tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sistesis antara hipotesis yang
diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang
terkumpul.[16]
Proses inkuiri ini
menuntut guru untuk berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan konselor
kelompok. Guru menyajikan beberapa pengetahuan seraya mendorong mereka untuk
mencari pengetahuan sendiri. Beberapa kriteria berikut ini hendaknya
diperhatikan oleh guru agar dia berhasil melaksanakan strategi instruksional
ini:
1)
Merumuskan
topik inkuiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa.
2)
Membentuk
kelompok yang seimbang, baik akademis maupun sosial.
3)
Menjelaskan tugas
dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan
tepat waktunya.
4)
Sekali-kali
perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan
demi kemajuan tugas.
5)
Melaksanakan
penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap
hasil-hasil yang dicapai.
Perlu diperhatikan
bahwa penugasan terhadap siswa hendaknya mengundang inisiatif, dorongan ingin
tahu, dan tanggung jawab.[17]
b. Inkuiri berdasarkan kebijakan
Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah
suatu bentuk yang proaktif yang berhubungan dengan penyusunan proposisi
kebijakan, yakni “ apa yang harus dilakukan “ (berorientasi pada tindakan). Hal
ini berbeda dengan proposisi tentang fakta, pernyataan tentang “ apa yang ada
“. Inkuiri ini berbeda dari inkuiri yang berorientasi kepada diskoveri dari
segi hakikat, sifat, dan tujuannya.Masalah-masalah sosial dan kebijakan yang
berhubungan dengan itu merupakan fokus dan tujuan yang menjadi konsensus
kelompok atas kebijaksanaan yang ditargetkan.Para siswa perlu memiliki
pengalaman kelompok yang berkenaan dengan identifikasi dan definisi
masalah-masalah sosial melalui kebijakan yang direkomendasikan.
Untuk melaksanakan model inkuiri
ini, kelompok mengikuti langkah-langkah yang khusus sebagai proses inkuiri yang
dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :
a)
Membentuk
kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok memiliki rentang intelektual dan keterampilan-keterampilan
sosial.
b)
Memperkenalkan
topik-topik inkuiri kepada kelompok. Mereka harus menghasilkan genuine
puzzlement dan merumuskan minat kelompok.
c)
Merumuskan atau
membentuk proposisi tentatif yang berhubungan dengan topik, yakni pernyataan “
harus di ”. pernyataan ini juga mencangkup satu atau lebih usul penyelesaian
masalah pokok.
d)
Merumuskan
semua istilah yang terdapat di proposisi kebijakan.
e)
Menjelajahi
validitas yang logis dan konsisten internal proposisi tersebut beserta isi atau
hal-hal yang menunjang.
f)
Mengumpulkan
evidensi yang mendukung isi ( contentions).
g)
Menganalisis
penyelesaian yang diusulkan dan mencapai posisi suatu kelompok.
h)
Menilai proses
kelompok.[18]
4. Tujuan dan Manfaat Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sasaran utama kegiatan mengajar pada
strategi inkuiri ialah :[19]
·
Keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini
ialah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
·
Keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
·
Mengembangkan
sikap percaya pada diri siswa tentantang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah
pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan
siswa dapat berinkuiri secara maksimal.
Peranan utama guru dalam menciptakan
kondisi inkuiri adalah sebagai berikut :[20]
a.
Motivator, yang
memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b.
Fasilitator,
yang menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
c.
Penanya, untuk
menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan
pada diri sendiri.
d.
Administrator,
yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e.
Pengarah, yang
memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
f.
Manajer, yang
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g.
Rewarder, yang
memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam peningkatan semangat
heuristik pada siswa.
Supaya guru dapat melaksanakan
peranannya secara efektif maka
pengenalan kemampuan siswa sangat
diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
Guru menggunakan teknik ini sewaktu
mengajar mempunyai tujuan demikian: agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif
mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri,
dan mereka belajar bersama dalam berkelompok.Diharapkan juga siswa mampu
mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya.Juga mereka
diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inkuiri
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan
masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, menarik kesimpulan. Menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, dan sebagainya.Akhirnya dapt mencapai kesimpulan yang disetutujui
bersama.Bila siswa melakukan semua kegiatan diatas berarti siswa sedang
melakukan inquiri.[21]
Dengan cara ini siswa diharapkan
meneliti berbagai masalah sosial sehingga mereka memperoleh:
1)
Pengetahuan
a) Pengetahuan
mengenai fakta, yakni semua informasi dan data yang dapat diperiksa
ketepatannya dan telah diterima secara umum kebenarannya.
b) Pengetahuan
mengenai konsep-konsep, yakni ide umum dalam pikiran seseorang yang
menggunakan kelompok sesuatu atau tindakan yang mempunyai nilai dan sifat umum
tertentu.
c) Pengetahuan
mengenai generalisasi, yakni pernyataan umum atau teori yang menyatukan
beberapa konsep yang mempunyai makna yang luas.
2)
Keterampilan
akademis
a) Dari
keterampilan yang sederhana sampai keterampilan yang kompleks ( mengingat,
menafsirkan, menerapkan, menganalisis, menyintensiskan, menilai ).
b) Dari
penyelidikan sampai kesimpulan yang valid seperti bertanya dan memahami
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menafsirkan dan menganalisis
serta menyajikan hipotesis, merumuskan generalisasi, dan mngomunikasikan
kesimpulan.
c)
Dari berpikir
kritis sampai berpikir kreatif.
3)
Sikap dan nilai
yang baik . Semua sikap
dan nilai yang patut dimiliki oleh para siswa
4)
Keterampilan
sosial. (Gabungan dari 1, 2, dan 3 )
a)
Tingkah laku
dalam pergaulan yang tidak resmi (di dalam masyarakat).
b)
Tingkah laku
dalam pergaulan dalam lingkungan resmi (organisasi).
c)
Keterampilan
dalam mengorganisasi kita dengan cerdas, teliti, dan sopan.
Adapun teknik inkuiri ini memiliki
keunggulan seperti :
1)
Dapat membentuk
dan mengembangkan “sel concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti
tentang konsep dasar dan ide-ide baik.
2)
Membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3)
Mendorong siswa
untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur
dan terbuka.
4)
Mendorong siswa
untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesanya sendiri.
5)
Memberi
kepuasan yang bersifat intrinsik.
6)
Situasi proses
belajar menjadi terangsang.
7)
Dapat mengembangkan
bakat dan kecakapan individu.
8)
Memberi
kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9)
Siswa dapat
terhindar dari cara-cara belajar yang tradisional.
10)
Dapat
memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.[22]
B. Proses Inkuiri
Inkuiri tidak hanya mengembangkan
kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan
emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri merupakan
suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan suatu masalah, mengembangkan
hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan
sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada
taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.[23]
Siklus inkuiri terdiri dari:[24]
1)
Observasi
(Observation);
2)
Bertanya
(Questioning);
3)
Mengajukan
dugaan (Hyphotesis);
4)
Pengumpulan
data (Data gathering);
5)
Penyimpulan
(Conclussion);
PROSES INKUIRI
Semua tahap dalam proses inkuiri
tersebut diatas merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk
mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivaor,
fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori murni, semua tahap itu
dilakukan sendiri oleh guru.Guru yang merumuskan masalah, guru yang menyusun
hipotesis, guru yang mencari bukti, guru yang membuktikan hipotesis dan guru
yang merumuskan kesimpulan.Semua perolehan guru pada setiap tahap
diinformasikan pada peserta didik.Pada inkuiri semua itu dilakukan oleh siswa.[25]
Langkah-langkah kegiatan inkuiri
adalah sebagai berikut:
1)
Merumuskan
masalah;
2)
Mengamati atau
melakukan observasi;
3)
Menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya
lainnya; dan
4)
Mengomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi
yang lain.[26]
Kemampuan-kemampuan yang dituntut
pada setiap tahap dalam proses inkuiri itu ialah :[27]
Tahap
Inkuiri
|
Kemampuan
yang dituntut
|
1.
Merumuskan
masalah
|
1.
Kesadaran
terhadap masalah
2.
Melihat
pentingnya masalah
3.
Merumuskan
masalah
|
2.
Merumuskan jawaban
sementara (hipotesis)
|
1.
Menguji dan
menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh
2.
Melihat dan
merumuskan hubungan yang ada secara logis
3.
Merumuskan
hipotesis
|
3.
Menguji
jawaban tentative
|
1.
Merakit
peristiwa
2.
Menyusun data
3.
Analisis data
|
4.
Menarik
kesimpulan
|
1.
Mencari pola
dan makna hubungan
2.
Merumuskan
kesimpulan
|
5.
Menarik
kesimpulan dan generalisasi
|
|
Proses Inkuiri dapat juga disusun
secara aditif (penjumlahan), hipotesis,
uji hipotesis, dan kesimpulan sementara ada dalam beberapa unit pelajaran.
Pokok bahasan tentang transportasi misalnya, dapat dibagi dalam tiga unit,
yaitu transportasi darat, laut, maupun udara.
Proses inkuiri berjalan sebagai
berikut.
Tahap
Kegiatan
|
Materi
|
Kegiatan
|
Pendahuluan
|
Kecelakaan
dalam transportasi
|
Artikulasi
Masalah
|
Merumuskan
masalah
|
1.
Transportasi
darat
2.
Transportasi
laut
3.
Transportasi
udara
|
Merumuskan
masalah transportasi darat
Merumuskan
masalah transportasi laut
Merumuskan
masalah transportasi udara
|
Perumusan
Hipotesis
|
1.
Hipotesis (1)
2.
Hipotesis (2)
3.
Hipotesis (3)
|
Menguji
hipotesis 1
Menguji
hipotesis 2
Menguji
hipotesis 3
|
Menarik
kesimpulan sementara
|
1.
Transportasi
darat
2.
Transportasi
laut
3.
Transportasi
udara
|
Menarik
kesimpulan 1
Menarik
kesimpulan 2
Menarik
kesimpulan 3
|
Penarikan
kesimpulan
|
1.
Kesimpulan
(1)
2.
Kesimpulan
(2)
3.
Kesimpulan
(3)
|
Membuat
generalisasi
|
Pada
contoh diatas, kesimpulan merupakan integrasi dari ketiga kesimpulan
sementara dari masing-masing unit. Setelahmenyimpulkan faktor-faktor penyebab
kecelakaan pada masing- masing jenis transportasi, barulah ditarik kesimpulan
umum yang berlaku bagi seluruh transportasi.
Keberhasilan proses inkuiri seperti
telah dipaparkan diatas sangat tergantung pada proses pendahuluan. Permasalahan
yang diketengahkan pada tahap awal ini harus mampu dipertanyakan oleh siswa.
Tujuan umum strategi inkuiri ini bukan pada terselesaikannya masalah itu
sendiri, tetapi seperti yang telah dikemukakan oleh Joice-Weill ialah to
help the students develop the intellectual discipline and skills necessary to
raise question and search out answer stemming from their curiousity.
Oleh karena itu, keberhasilan
strategi ini sangat tergantung pada bahan yang dikemukakan sebagai stimulus
pada tahap ini.Tahap pendahuluan ini disebut juga tahap apresiasi. Disebut
demikian oleh karena materi yang disajikan harus terkait dengan apa yang telah
diketahiu siswa sebelumnya. Ketidakterkaitan materi dengan apa yang telah
diperoleh siswa menyebabkan pelajaran terasa asing dan tidak menarik bagi
siswa. Selain itu, bahan pelajaran bukan saja tidak asing, tetapi merangsang
keingintahuan bagi siswa. Untuk maksud tersebut maka bahan sajian merupakan
gambaran menyeluruh tetapi singkat terhadap apa yang akan ditemukan dalam
pelajaran yang akan disajikan selanjutnya.[28]
Teknik ini dapat juga berjalan
sebagai berikut : Guru menunjukkan suatu benda/barang/buku yang masih asing
kepada siswa dikelas. Semua siswa disuruh mengamati, meraba, melihat dengan
seluruh alat inderanya. Kemudian guru memberikan masalah/pertanyaan kepada
seluruh siswa-siswa yang sudah siap dengan jawaban/pendapat, maka ia akan
mendapat giliran mengemukakan pendapatnya. Jawaban atau pendapat yang sudah
dikemukakan oleh temannya terdahulu tidak boleh diulang oleh temannya
kemudian.Jadi masalah itu berkembang seperti yang diarahkan.Murid menemukan
banyak masukan-masukan baru yang berarti. Hal itu bisa terjadi bila proses
interaksi belajar mengajar bila ada perubahan dari “teacher centered” kepada
“student centered”.[29]
Untuk meningkatkan teknik inquiry
dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan berikut :[30]
1)
Membimbing
kegiatan laboratorium.
2)
Modifikasi
inquiry.
3)
Kebebasan
inquiry.
4)
Inquiry
pendekatan peranan.
5)
Mengundang
kedalam inquiry.
6)
Teka teki
bergambar.
7)
Synectics
lesson
8)
Kejelasn
nilai-nilai.
Manksudnya, Pertama. Guru menyediakan petunjuk yang cukup
luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Dimana
siswa melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru.
Kedua.
Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan bahan atau
alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perorangan aau kelompok.
Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang memmungkinkan
siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
Ketiga.
Setelah siwa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu
masalah dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu, serta
telah melakukan “modifikasi inquiry”, maka siswa telah siap untuk melakukan
kebebasan inquiry. Dimana guru dapat mengundang siswa untuk melibatkan diri
dalam kegiatan “kebebasan inquiry” dan siswa dapat mengidentifikasi dan
merumuskan macam-macam masalah yang dipelajari.
Keempat.
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah yang cara-caranya serupa dengan
cara-cara yang biasanya diikuti oleh para “ilmuwan”. Suatu undangan memberikan
suatu masalah kepada siswa dan dengan pertanyaan yang telah direncanakan dengan
teliti mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti : merancang
eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan pengawasan dan seterusnya.
Kelima.
Merupakan kegiatan poses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-masing
anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda seperti : koordinator tim,
penasehat teknis, merekam data, proses penilaian. Anggota tim menggambarkan
peranan-peranan diatas , bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan topik yang dipelajari.
Keenam.Adalah
salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa didalam
diskusi kelompok kecil atau besar. Gambar peragaan atau situasi yang
sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan
kreatif siswa.
Ketujuh.Pendekatan
ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa.Pada dasarnya “synetics”
memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan
agar supaya dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya
kreativitasnya.Hal itu dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu dalam melepaskan
“ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah
sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
Kedelapan.Perlu
diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan pendekatan ini, terutama yang
menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan “self-concept” siswa.Ternyata
dengan teknik inquiry siswa melakukan tugas-tugas kognitif dengan baik.
Agar teknik ini dapat dilaksanakan
dengan baik memerlukan kondisi sebagai berikut “
1)
Kondisi yang
fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
2)
Kondisi
lingkungan yang responsif.
3)
Kondisi yang
memudahkan untuk memusatkan perhatian.
4)
Kondisi yang
bebas dari tekanan.
Dalam teknik inquiry guru berperan untuk :
1)
Menstimulir dan
menantang siswa untuk berfikir.
2)
Memberikan
fleksibilitas atau kebebasasn untuk berinisiatif dan bertindak.
3)
Memberikan
dukungan untuk “inquiry”.
4)
Menentukan
diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.
5)
Mengidentifikasi
dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya.
Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui
“inquiry”.
1)
Otonomi siswa.
2)
Kebebasan dan
dukungan siswa.
3)
Sikap
keterbukaan.
4)
Percaya pada
diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
5)
Self-concept.
6)
Pengalaman
inquiry terlibat dalam masalah-masalah.
Pendekatan pendekatan lain untuk mengembangkan
kemampuan inquiry siswa melalui science ialah “teka-teki bergambar, synectics
dan kejelasan nilai-nilai”.[31]
C. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Pada strategi inkuiri, kegiatan
belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang
merangsang.Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau
pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan
reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang
berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mengorganisasi
stimulus itu, dan perasaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhtian dan
minatnya dengan cara yang menunjukkan reaksi mereka yg berbeda-beda, guru
mengarahkan mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah.[32]
Munculnya reaksi mereka sangat
bergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan guru.Bahan tersebut
sebagai pendahuluan daari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan
yang telah dimiliki oleh siswa. Bahan ini disebut advanced organizer.
Selanjutnya, siswa diarahkan pada
usaha supaya mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, dan
melaporkan hasilnya.Akhirnya, siswa mengvaluasi sendiri penyelesaiannya dalam
hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya,
walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru diluar
penyelidikan mereka.[33]
Sintaks atau aliran kegiatan
belajar-mengajar dapat disususn sebagai berikut:
SINTAKS UNTUK MODEL INKUIRI KELOMPOK
·
Tahap Pertama
Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana)
·
Tahap Kedua
Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
·
Tahap Ketiga
Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas.
·
Tahap Keempat
Belajar menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok
·
Tahap Kelima
Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar
·
Tahap Keenam
·
Evaluasi dan
tindak lanjut[34]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang
berusaha memaksimalkan cara belajar siswa untuk aktif mencari pengetahuan
mereka sendiri tetapi dalam proses pembelajaran guru tetap wajib memantau atau
membimbing siswa.
2. Inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan
suatu masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis,
dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai
pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang
bersangkutan.
3. Sintaks pembelajaran inkuiri dibagi menjadi 6 tahap: Menghadapi
stimulus, Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang, Merumuskan tugas
yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas, Belajar menyelesaikan masalah
secara independen atau kelompok, Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan
belajar, Evaluasi dan tindak lanjut.
B. Saran
Strategi
pembelajaran inkuiri ini hendaknya dipelajari dengan sungguh- sungguh agar
pengaplikasiannya dalam proses
pembelajaran dapat berjalan maksimal dan mencapai keberhasilan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2002.Strategi
Belajar-Mengajar.Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar.
1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa.
Bandung: PT Sinar Baru.
Hamalik, Oemar.
1999. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
N.K, Roestiyah.
2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahastya.
Trianto. 2010. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Anonim.Model
Pembelajaran Inkuiri.
(Diakses pada tanggal 09 Maret
2014).
[1] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo,
2002), hal, 83-84.
[2] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
(Jakarta: Kencana, 2010), 114.
[3] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar
Berdasarkan Cbsa, (Bandung: PT Sinar Baru, 1991), hal, 63.
[4] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo,
2002), hal, 84-85.
[5] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar
Berdasarkan Cbsa, (Bandung: PT Sinar Baru, 1991), hal, 63.
[6] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi
Mahastya, 2001), hal, 75.
[7]Anonim, http://slideshare.net/ayucummil/model-pembelajaran-inkuiri/, (Diakses pada tanggal 09 Maret 2014).
[8] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo,
2002), hal, 85.
[9] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 86.
[10] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal…
[11] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 87.
[12] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar … hal, 88-93.
[13] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 92.
[14] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 84.
[15]
Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara), hal,
220-221.
[16]
Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar…hal, 221.
[17]
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa,
(Bandung: Sinar Baru, 1991), hal, 64-65.
[18]
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan Cbsa..hal,
66-68.
[19] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 85.
[20] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar…hal, 86-87.
[21]
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi Mahastya,
2001), hal, 76.
[22]
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar… hal, 76-77.
[23] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 93.
[24]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
(Jakarta: Kencana, 2010), hal, 114.
[25] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 94.
[26]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)…hal, 115.
[27] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal,
95-96.
[28] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 96-97.
[29]
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Asdi Mahastya,
2001), hal, 77.
[30]
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar… hal, 78-79.
[31]
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar…hal, 79-80.
[32] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal, 97.
[33] W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal, 98.
[34]W.
Gulo, Strategi Belajar-Mengajar… hal…
0 komentar:
Posting Komentar