Minggu, 29 Maret 2015

Manajemen Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akhir-akhir ini, manajemen sebagai ilmu begitu popular sehingga banyak kajian yang difokuskan pada manjemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah, maupun pembukaan program studi manajemen meliputi manajemen ekonomi, manajemen sumberdaya manusia, manajemen pendidikan, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, manajemen telah di implementasikan dalam berbagai persoalan yang bersifat batiniyah, seperti manajemen qalbu.
Awal mulanya, tema manajemen hanya popular dalam dunia perusahaan atau bisnis. Kemudian tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh pendidikan dengan beberapa modifikasi dan spesifikasi tertentu lantaran terdapat perbedaan objek. Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian manajemen pendidikan Islam, prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam, manfaat dan tujuan manajemen pendidikan Islam, dan pengelolaan administrasi pendidikan Islam sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam. 

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian manajemen pendidikan Islam?
2.      Bagaimana prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam?
3.      Apa manfaat dan tujuan manajemen pendidikan Islam?
4.      Bagaimana pengelolaan administrasi pendidikan Islam?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memahami pengertian manajemen pendidikan Islam.
2.      Untuk memahami prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam.
3.      Untuk memahami manfaat dan tujuan pendidikan Islam.
4.      Untuk memahami pengelolaan administrasi pendidikan Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
1.    Pengertian Manajemen
Shrode Dan Volch (1986), menyatakan bahwa kerangka dasar manajemen meliputi: ”Philosophy , Asumtion, Principles, and Theory, which are basic to the study of any discipline of management”. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berpikir praktis.[1]
Bagi seorang manajer falsafah merupakan cara berfikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan , peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis bedar untuk bertindak.[2]
Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:[3]
1)      Mengacu pada pengalaman empirik
2)      Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3)      Mengakui kemungkinan adanya penolakan
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily  management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.[4]
Sedangkan Sondang P. Siagian  mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[5]
George Terry memberikan definisi seperti yang dikutip oleh Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen Strategik bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan bantuan orang lain. Sedangkan Hasibuan, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[6]
Mujahid juga mengatakan manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Berdasarkan definisi ini tampak bahwa proses manajemen akan terjadi apabila kita melibatkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melakukan sendiri tugas tersebut, tetapi melimpahkan pada orang lain atau karyawan atau bawahannya.[7]
2.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.[8]
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[9]
Kendati definisi tentang pendidikan masih sangat beragam, namun arah yang akan dituju pada dasarnya memiliki kesamaan. Driyarkarya (1980) mengatakan, pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Mengangkat manusia muda ke taraf mendidik.[10]
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.[11]
Ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu “Pendidikan  pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”[12]
Dalam studi pendidikan, sebutan “pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik.[13]
Menurut Ahmad Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[14]
Adapun Musthafa Al Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat sehingga akhlaknya itu menjadi salah satu kemampuannya yang meresap dalam jiwanya, kemudian terwujud keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja untuk memanfaatkan tanah air.[15]
Menurut Burlian Somad, pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ajaran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan ajaran Allah.[16]
3.      Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.[17]
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. [18]
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.[19]
4.      Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam bukunya Principles of Manajemen an Analysis of Manajement Function memberikan batasan bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.[20]
Sedangkan, manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.[21]
Adapun pengetian manajem pendidikan Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia Muslim dan Non-muslim dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[22]
Mujammil Qomar mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[23]
Berbeda dengan Ramayulis, menurutnya manajemen pendidikan Islam sebagai proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki, baik perangkap keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut melalui kerja sama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat.[24]
Dengan demikian manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.[25]
B.     Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam
Prinsip pendidikan Islam adalah kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam merumuskan dan melaksanakan pendidikan Islam.[26]
Makna definitif di atas selanjutnya memiliki implikasi-implikasi yang saling terkait membentuk satu kesatuan sistem dalam manajemen pendidikan islam sebagai berikut:[27]
1.      Proses pengelolaan lembaga pendidikan islam.
Hal ini menghendaki adanya nilai-nilai islam dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam.
2.      Terhadap lembaga pendidikan islam.
Hal ini menunjukan objek dari manajemen ini yang secara khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan islam dengan segala keunikannya. Maka manajemen ini bias memaparkan cara-cara pengelolaan pesantren, madrasah, perguruan tinggi islam dan sebagainya.
Banyak muncul pertanyaan apa perbedaan manajemen pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan lainnya. Misalnya adanya manajemen pendidikan umum memang secara general sama. Artinya ada banyak atau bahkan mayoritas kaidah-kaidah menejerial yang dapat digunakan oleh seluruh mamajemen, namun secara spesifik terdapat kekhususan-kekhususan yang membuuhkan penanganan yang spesial pula. Inti manajemen dalam bidang apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya berbeda tergantung pada bidang apa manajemen tersebut digunakan dan dikembangkan. Perbedaan variabel ini membawa perbedaan kultur yang kemudian memunculkan perbedaan.[28]
Henry Fayol mengemukakan prinsip-prinsip manajemen yang dibagi menjadi 14 bagian, yaitu:[29]
a.       Division of work
Merupakan sifat alamiah, yang terlihat pada setiap masyarakat. Bila masyarakat berkembang maka bertambah pula organisasi-organisasi baru menggantikan organisasi-organisasi lama. Tujuan daripada pembagian kerja adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik dengan usaha yang sama.
b.      Authority and Responsibility
Authority (wewenang) adalah hak memberi instruksi-instruksi dan kekuasaan meminta kepatuhan. Responsibility atau tanggung jawab adalah tugas dan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seseorang pejabat dan agar dapat dilaksanakan, authority (wewenang) harus diberikan kepadanya.
c.       Discipline
Hakekat daripada kepatuhan adalah disiplin yakni melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pemimpin dengan para pekerja, baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan-kebiasaan.
d.      Unity of command
Untuk setiap tindakan, seorang pegawai harus menerima instruksi-instruksi dari seorang atasan saja. Bila hal ini dilanggar, wewenang (authority) berarti dikurangi, disiplin terancam, keteraturan terganggu dan stabilitas mengalami cobaan, seseorang tidak akan melaksanakan instruksi yang sifatnya dualistis.
e.       Unity of direction
Prinsip ini dapat dijabarkan sebagai : “one head and one plan for a group of activities having the same objective”, yang merupakan persyaratan penting untuk kesatuan tindakan, koordinasi dan kekuatan dan memfokuskan usaha.
f.       Subordination of individual interest to general interest
Dalam sebuah perusahaan kepentingan seorang pegawai tidak boleh di atas kepentingan perusahaan, bahwa kepentingan rumah tangga harus lebih dahulu daripada kepentingan anggota-anggotanya dan bahwa kepentingan negara harus didahulukan dari kepentingan warga negara dan kepentingan kelompok masyarakat.
g.      Remuneration of Personnel
Gaji daripada pegawai adalah harga daripada layanan yang diberikan dan harus adil.Tingkat gaji dipengaruhi oleh biaya hidup, permintaan dan penawaran tenaga kerja. Di samping itu agar pemimpin memperhatikan kesejahteraan pegawai baik dalam pekerjaan maupun luar pekerjaan.
h.      Centralization
Masalah sentralisasi atau disentralisasi adalah masalah pembagian kekuasaan, pada suatu organisasi kecil sentralisasi dapat diterapkan, akan tetapi pada organisasi besar harus diterapkan disentralisasi.
i.        Scalar chain
Scalar chain (rantai skalar) adalah rantai daripada atasan bermula dari authority terakhir hingga pada tingkat terendah.

j.        Order
Untuk ketertiban manusia ada formula yang harus dipegang yaitu, suatu tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya masing-masing.
k.       Equity
Untuk merangsang pegawai melaksanakan tugasnya dengan kesungguhan dan kesetiaan, mereka harus diperlakukan dengan ramah dan keadilan.Kombinasi dan keramahtamahan dan keadilan menghasilkan equity.
l.         Stability Of Tonure Of Personnel
Seorang pegawai membutuhkan waktu agar biasa pada suatu pekerjaan baru dan agar berhasil dalam mengerjakannya dengan baik.
m.    Initiative
Memikirkan sebuah rencana dan meyakinkan keberhasilannya merupakan pengalaman yang memuaskan bagi seseorang. Kesanggupan bagi berfikir ini dan kemampuan melaksanakan adalah apa yang disebut inisiatif.
n.      Ecsprit de Corps
“Persatuan adalah kekuatan”. Para pemimpin perusahaan harus berbuat banyak untuk merealisir pembahasan itu.

C.    Manfaat dan Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
Manfaat manajemen pendidikan antara lain:[30]
1.      Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
2.      Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3.      Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
4.      Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan.
5.      Teratasinya masalah mutu pendidikan.
Tujuan Pendidikan Islam diklasifikasikan menjadi lima macam sebagai berikut:[31]
1.      Tujuan pendidikan jasmani dengan keterampilan fisik, yaitu untuk mempersiapkan diri manusia sebagai khalifah di muka bumi melalui keterampilan fisik.
2.      Tujuan pendidikan rohani, yaitu untuk meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya menyembah Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani Rasulullah Saw.
3.      Tujuan pendidikan akal, yaitu pengarahan kecerdasan untuk kekuasaan Allah dan menentukan pesan ayat-ayat-Nya yang berimplikasi kepada peningkatan iman dan taqwa kepada Allah. Hal ini meliputi tiga tahapan, yaitu pencapaian kebenaran ilmiah (‘ilm al-yaqin), pencapaian kebenaran empiris (‘ain al-yaqin), dan pencapaian kebenaran meta-empiris (haqq al-yaqin).
4.      Tujuan pendidikan sosial, yaitu membentuk kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas sosial.
5.      Tujuan pendidikan karier, yaitu untuk mempersiapkan anak didik dalam memasuki dunia kerja dan karier.

D.    Pengelolaan Administrasi Pendidikan Islam
1.    Planning
Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004).[32]
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan.[33]
Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan Islam, maka prinsip perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai islami yang bersumberkan pada al-Qur'an dan al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini al-Qur'an mengajarkan kepada manusia:
...وافعل الخير لعلكم تفلحون (الحج : 77)
Artinya: “Dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan” (Al-Hajj : 77)
Selain ayat tersebut, terdapat pula ayat yang menganjurkan kepada para manajer atau pemimpin untuk menentukan sikap dalam proses perencanaan pendidikan. yaitu dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 90:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan atau kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (An-Nahl : 90)
2.    Organizing
Mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stone (1996:11) menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran.[34]
Menurut Drs. B. Suryosubroto, pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah.[35]
Pengorganisasian sebagai fungsi administrasi pendidikan menjadi tugas utama bagi para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah. Dalam kegiatan sekolah sehari-hari terdapat bermacam-macam jenis pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan keterampilan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Keragaman tugas dan pekerjaan semacam itu tidak mungkin dilakukan dan dipikul sendiri oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, setelah seorang kepala sekolah mempunyai perencanaan yang matang, dia akan melakukan pengorganisasian dengan menyusun tugas dan tanggung jawab para personil dalam organisasi.[36]
3.      Actuating
Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan  pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.[37]
Dalam isthilah manajemen terdapat isthilah yang sangat berhubungan erat dengan penggerakan (actuating) yakni motivating yang menjadi inti dari actuating. Motivasi yaitu suatu keadaan seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau mengarahkan perilaku kea rah tujuan. Adapun prinsip-prinsip penggerakan yakni keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan.[38]
4.      Controling  
Controling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan.[39]
Fungsi dari controling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil dari controlling.[40]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
Prinsip pendidikan Islam adalah kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam merumuskan dan melaksanakan pendidikan Islam.
Perencanaan memiliki peranan yang amat penting dalam pengelolaan sebuah institusi atau lembaga terutama pada lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan bukanlah menghasilkan barang dan jasa tetapi lembaga pendidikan merupakan sebuah pabrik yang akan memproduksi generasi-generai yang unggul dalam pretasi dan anggun dalam akhlak, apalagi dengan lembaga yang berlabelkan Islam sebagai pandangan dan pedoman dalam membina dan mengembangkan peserta didik agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam bukanlah hanya salah satu dari mata kuliah yang harus dipelajari secara tekstual belaka, akan tetapi adalah untuk direalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan semoga dengan semangat dan tekad yang kuat untuk mencari ilmu akan menjadi motivator untuk perubahan terhadap berbagai problematikan yang terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Karena gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal, sebelum bertindak dan berproses hendaklah perlu perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan dan sampai pada tujuan yang diharapkan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Fungsi-Funsi Manajemen, di akses dari http://andimpi.blogspot.com.
Arifin, M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara.
Denia Setyawan, Manajemen Pendidikan Islam, diakses dari http://deniasetyawan.blogspot.com.
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fauzi, Imron. 2012.  Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mujib, Manajemen Pendidikan Islam, di akses dari http://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2013/05/ manajemen-pendidikan-islam.html.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Siagian, Sondang, P. 1990. Filsafah Administrasi. Jakarta: CV Masa Agung.
Suryosubroto. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syukur, Fatah NC. 2011. Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.



[1] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm 9.
[2] Ibid.
[3] Ibid., hlm. 11.
[4] http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/fungsi-perencanaan-dalam-manajemen.html, diakses pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 12.51 WIB.
[5] Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, (Jakarta: CV Masaagung, 1990), hlm. 5        
[6] Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 36
[7] Ibid.
[8] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 11
[9] Ibid.
[10] Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2011), hlm. 11
[11] Ibid., hlm. 12
[12] Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 7
[13] Imron fauzi, Op. Cit., hlm. 45
[14] Ibid., hlm. 57
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Husaini Usman, Op. Cit., hlm. 7
[18] Ibid.
[19] Ibid.
[20] Imron Fauzi, Op. Cit., hlm. 67
[21] Ibid.
[22] Ibid., hlm. 68
[23] Ibid.
[24] Ibid.
[25] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),  hlm. 260
[26] Imron Fauzi, Op. Cit., hlm. 62
[27] Ibid.
[28] Ibid.
[29] Denia Setyawan, Manajemen Pendidikan Islam, diakses dari http://deniasetyawan.blogspot.com pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14.16 WIB.
[30] Husaini Usman, Op. Cit., hlm. 8
[31] Imron Fauzi, Op. Cit., hlm. 61
[32] Mujib, Manajemen Pendidikan Islam, di akses dari http://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2013/05/ manajemen-pendidikan-islam.html, pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14.25 WIB
[33] Ibid.
[34] Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2009), hal. 94
[35] Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), hal. 24
[36] Ibid.
[37] Mujib, Op.cit.
[38] Ibid.
[39] Andi, Fungsi-Funsi Manajemen, di akses dari http://andimpi.blogspot.com pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14.25 WIB
[40] Ibid.

0 komentar:

Posting Komentar