BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhir-akhir ini, manajemen
sebagai ilmu begitu popular sehingga banyak kajian yang difokuskan pada
manjemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah, maupun pembukaan program studi
manajemen meliputi manajemen ekonomi, manajemen sumberdaya manusia, manajemen
pendidikan, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, manajemen telah di
implementasikan dalam berbagai persoalan yang bersifat batiniyah, seperti
manajemen qalbu.
Awal
mulanya, tema manajemen hanya popular dalam dunia perusahaan atau bisnis.
Kemudian tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh pendidikan
dengan beberapa modifikasi dan spesifikasi tertentu lantaran terdapat perbedaan
objek. Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik.
Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1).
Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan
urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan
pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar
tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan
efektif.
Pendidikan Agama
Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur
pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada
yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada
jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi,
Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok
Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah
Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di
dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika
tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada
masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan
Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi
yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran
yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang
tersusun rapi”.
Makalah sederhana
ini akan membahas tentang pengertian manajemen pendidikan Islam,
prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam, manfaat dan tujuan
manajemen pendidikan Islam, dan pengelolaan administrasi pendidikan Islam sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen
Pendidikan Islam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian manajemen pendidikan Islam?
2. Bagaimana
prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam?
3. Apa manfaat dan tujuan manajemen pendidikan Islam?
4. Bagaimana
pengelolaan administrasi pendidikan Islam?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk
memahami pengertian
manajemen pendidikan Islam.
2.
Untuk
memahami prinsip-prinsip
manajemen pendidikan Islam.
3.
Untuk
memahami manfaat dan tujuan pendidikan Islam.
4.
Untuk
memahami pengelolaan
administrasi pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen Pendidikan Islam
1. Pengertian
Manajemen
Shrode
Dan Volch (1986), menyatakan bahwa kerangka dasar manajemen meliputi: ”Philosophy
, Asumtion, Principles, and Theory, which are basic to the study of any
discipline of management”. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah
merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari
berpikir praktis.[1]
Bagi
seorang manajer falsafah merupakan cara berfikir yang telah terkondisikan
dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang
mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan
dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan , peran organisasinya, dan
dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau
garis bedar untuk bertindak.[2]
Teori
manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku
organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction).
Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:[3]
1) Mengacu
pada pengalaman empirik
2) Adanya
keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3) Mengakui
kemungkinan adanya penolakan
Dari segi bahasa manajemen
berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata
management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan.
Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan
Shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.[4]
Sedangkan Sondang P.
Siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain.[5]
George Terry
memberikan definisi seperti yang dikutip oleh Hadari Nawawi dalam bukunya
Manajemen Strategik bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya dengan bantuan orang lain. Sedangkan Hasibuan,
dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, mengatakan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[6]
Mujahid juga
mengatakan manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Berdasarkan definisi ini tampak bahwa proses manajemen akan terjadi apabila
kita melibatkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak
dapat melakukan sendiri tugas tersebut, tetapi melimpahkan pada orang lain atau
karyawan atau bawahannya.[7]
2. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah segala
upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada
dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan
manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.[8]
Pendidikan sebagai usaha
membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan
jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan
yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat
tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir
perkembangan atau pertumbuhannya.[9]
Kendati
definisi tentang pendidikan masih sangat beragam, namun arah yang akan dituju
pada dasarnya memiliki kesamaan. Driyarkarya (1980) mengatakan, pendidikan
adalah memanusiakan manusia muda. Mengangkat manusia muda ke taraf mendidik.[10]
Pendidikan
tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang,
tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam
perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.[11]
Ditinjau
dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan Undang-undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu “Pendidikan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”[12]
Dalam studi pendidikan,
sebutan “pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu
jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikan
bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual,
kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan
Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang
sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW
yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan
ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar peroses pengajaran (face to
face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam
kedalam diri subyek didik.[13]
Menurut Ahmad
Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam.[14]
Adapun
Musthafa Al Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan
akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya
dengan air petunjuk dan nasihat sehingga akhlaknya itu menjadi salah satu
kemampuannya yang meresap dalam jiwanya, kemudian terwujud keutamaan, kebaikan,
dan cinta bekerja untuk memanfaatkan tanah air.[15]
Menurut
Burlian Somad, pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk
individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ajaran
Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan ajaran Allah.[16]
3.
Pengertian
Manajemen Pendidikan
Manajemen
pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.[17]
Manajemen
pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. [18]
Manajemen
pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.[19]
4. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Harold Koontz
dan Cyril O’Donnel dalam bukunya Principles of Manajemen an Analysis of
Manajement Function memberikan batasan bahwa manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.[20]
Sedangkan,
manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa
proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien.[21]
Adapun
pengetian manajem pendidikan Islam adalah suatu proses penataan atau
pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia Muslim
dan Non-muslim dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam
secara efektif dan efisien.[22]
Mujammil
Qomar mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses
pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati
sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[23]
Berbeda
dengan Ramayulis, menurutnya manajemen pendidikan Islam sebagai proses
pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki, baik perangkap keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut melalui kerja sama dengan orang lain secara efektif,
efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di
dunia maupun di akhirat.[24]
Dengan demikian manajemen
pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki
(ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain
secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.[25]
B.
Prinsip-prinsip
Manajemen Pendidikan Islam
Prinsip
pendidikan Islam adalah kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam merumuskan
dan melaksanakan pendidikan Islam.[26]
Makna definitif di atas
selanjutnya memiliki implikasi-implikasi yang saling terkait membentuk satu
kesatuan sistem dalam manajemen pendidikan islam sebagai berikut:[27]
1. Proses
pengelolaan lembaga pendidikan islam.
Hal ini
menghendaki adanya nilai-nilai islam dalam proses pengelolaan lembaga
pendidikan islam.
2. Terhadap
lembaga pendidikan islam.
Hal ini menunjukan objek dari
manajemen ini yang secara khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan
islam dengan segala keunikannya. Maka manajemen ini bias memaparkan cara-cara
pengelolaan pesantren, madrasah, perguruan tinggi islam dan sebagainya.
Banyak muncul pertanyaan apa
perbedaan manajemen pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan lainnya.
Misalnya adanya manajemen pendidikan umum memang secara general sama. Artinya
ada banyak atau bahkan mayoritas kaidah-kaidah menejerial yang dapat digunakan
oleh seluruh mamajemen, namun secara spesifik terdapat kekhususan-kekhususan
yang membuuhkan penanganan yang spesial pula. Inti manajemen dalam bidang
apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya berbeda tergantung pada
bidang apa manajemen tersebut digunakan dan dikembangkan. Perbedaan variabel
ini membawa perbedaan kultur yang kemudian memunculkan perbedaan.[28]
a. Division of work
Merupakan sifat
alamiah, yang terlihat pada setiap masyarakat. Bila masyarakat berkembang maka
bertambah pula organisasi-organisasi baru menggantikan organisasi-organisasi
lama. Tujuan daripada pembagian kerja adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih
banyak dan lebih baik dengan usaha yang sama.
b. Authority
and Responsibility
Authority (wewenang) adalah hak
memberi instruksi-instruksi dan kekuasaan meminta kepatuhan. Responsibility
atau tanggung jawab adalah tugas dan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh
seseorang pejabat dan agar dapat dilaksanakan, authority (wewenang) harus
diberikan kepadanya.
c. Discipline
Hakekat daripada kepatuhan adalah
disiplin yakni melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pemimpin
dengan para pekerja, baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa
peraturan-peraturan atau kebiasaan-kebiasaan.
d. Unity of command
Untuk setiap tindakan, seorang
pegawai harus menerima instruksi-instruksi dari seorang atasan saja. Bila hal ini
dilanggar, wewenang (authority) berarti dikurangi, disiplin terancam,
keteraturan terganggu dan stabilitas mengalami cobaan, seseorang tidak akan
melaksanakan instruksi yang sifatnya dualistis.
e. Unity of direction
Prinsip ini dapat dijabarkan sebagai
: “one head and one plan for a group of activities having the same objective”,
yang merupakan persyaratan penting untuk kesatuan tindakan, koordinasi dan
kekuatan dan memfokuskan usaha.
f. Subordination of individual interest to
general interest
Dalam sebuah perusahaan kepentingan
seorang pegawai tidak boleh di atas kepentingan perusahaan, bahwa kepentingan
rumah tangga harus lebih dahulu daripada kepentingan anggota-anggotanya dan
bahwa kepentingan negara harus didahulukan dari kepentingan warga negara dan
kepentingan kelompok masyarakat.
g. Remuneration
of Personnel
Gaji daripada pegawai adalah harga
daripada layanan yang diberikan dan harus adil.Tingkat gaji dipengaruhi oleh
biaya hidup, permintaan dan penawaran tenaga kerja. Di samping itu agar
pemimpin memperhatikan kesejahteraan pegawai baik dalam pekerjaan maupun luar
pekerjaan.
h. Centralization
Masalah sentralisasi atau
disentralisasi adalah masalah pembagian kekuasaan, pada suatu organisasi kecil
sentralisasi dapat diterapkan, akan tetapi pada organisasi besar harus
diterapkan disentralisasi.
i.
Scalar chain
Scalar chain (rantai skalar) adalah
rantai daripada atasan bermula dari authority terakhir hingga pada tingkat
terendah.
j.
Order
Untuk ketertiban manusia ada formula
yang harus dipegang yaitu, suatu tempat untuk setiap orang dan setiap orang
pada tempatnya masing-masing.
k. Equity
Untuk merangsang pegawai melaksanakan
tugasnya dengan kesungguhan dan kesetiaan, mereka harus diperlakukan dengan
ramah dan keadilan.Kombinasi dan keramahtamahan dan keadilan menghasilkan
equity.
l.
Stability Of Tonure Of Personnel
Seorang pegawai membutuhkan waktu
agar biasa pada suatu pekerjaan baru dan agar berhasil dalam mengerjakannya
dengan baik.
m. Initiative
Memikirkan sebuah rencana dan
meyakinkan keberhasilannya merupakan pengalaman yang memuaskan bagi seseorang.
Kesanggupan bagi berfikir ini dan kemampuan melaksanakan adalah apa yang
disebut inisiatif.
n. Ecsprit
de Corps
“Persatuan adalah kekuatan”. Para pemimpin perusahaan
harus berbuat banyak untuk merealisir pembahasan itu.
C. Manfaat dan Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
Manfaat
manajemen pendidikan antara lain:[30]
1. Terwujudnya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAIKEM).
2. Terciptanya
peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Tercapainya
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
4. Terbekalinya
tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen
pendidikan.
5. Teratasinya
masalah mutu pendidikan.
Tujuan
Pendidikan Islam diklasifikasikan menjadi lima macam sebagai berikut:[31]
1. Tujuan
pendidikan jasmani dengan keterampilan fisik, yaitu untuk mempersiapkan diri
manusia sebagai khalifah di muka bumi melalui keterampilan fisik.
2. Tujuan
pendidikan rohani, yaitu untuk meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya menyembah
Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani Rasulullah Saw.
3. Tujuan
pendidikan akal, yaitu pengarahan kecerdasan untuk kekuasaan Allah dan
menentukan pesan ayat-ayat-Nya yang berimplikasi kepada peningkatan iman dan
taqwa kepada Allah. Hal ini meliputi tiga tahapan, yaitu pencapaian kebenaran
ilmiah (‘ilm al-yaqin), pencapaian kebenaran empiris (‘ain al-yaqin),
dan pencapaian kebenaran meta-empiris (haqq al-yaqin).
4. Tujuan
pendidikan sosial, yaitu membentuk kepribadian yang utuh yang menjadi bagian
dari komunitas sosial.
5. Tujuan
pendidikan karier, yaitu untuk mempersiapkan anak didik dalam memasuki dunia
kerja dan karier.
D.
Pengelolaan
Administrasi Pendidikan Islam
1. Planning
Mondy dan Premeaux (1995)
menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya
dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan amat penting
untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama
karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan
pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004).[32]
Dalam dinamika masyarakat,
organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut
Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle
for accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut tak
dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan
lingkungan yang berbeda. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk
perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan
manusia dan proses perencanaan.[33]
Dalam proses perencanaan terhadap
program pendidikan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan
Islam, maka prinsip perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai islami
yang bersumberkan pada al-Qur'an dan al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini al-Qur'an
mengajarkan kepada manusia:
...وافعل الخير لعلكم تفلحون (الحج : 77)
Artinya: “Dan berbuatlah
kebajikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan” (Al-Hajj : 77)
Selain ayat tersebut, terdapat pula
ayat yang menganjurkan kepada para manajer atau pemimpin untuk menentukan sikap
dalam proses perencanaan pendidikan. yaitu dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat
90:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan atau kebaikan, memberi
kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan yang keji, mungkar dan
permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”
(An-Nahl : 90)
2. Organizing
Mengorganisasikan adalah
proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan
sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stone
(1996:11) menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai
sasaran spesifik atau beberapa sasaran.[34]
Menurut Drs. B. Suryosubroto,
pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta
mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam
rangka mencapai tujuan sekolah.[35]
Pengorganisasian sebagai
fungsi administrasi pendidikan menjadi tugas utama bagi para pemimpin
pendidikan termasuk kepala sekolah. Dalam kegiatan sekolah sehari-hari terdapat
bermacam-macam jenis pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan keterampilan dan
tanggung jawab yang berbeda-beda. Keragaman tugas dan pekerjaan semacam itu
tidak mungkin dilakukan dan dipikul sendiri oleh seorang pemimpin. Oleh karena
itu, setelah seorang kepala sekolah mempunyai perencanaan yang matang, dia akan
melakukan pengorganisasian dengan menyusun tugas dan tanggung jawab para
personil dalam organisasi.[36]
3. Actuating
Soetopo dan Soemanto (1982)
menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi
dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan
sukarela. Di dalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan
harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian
wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama
yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.[37]
Dalam isthilah manajemen
terdapat isthilah yang sangat berhubungan erat dengan penggerakan (actuating)
yakni motivating yang menjadi inti dari actuating. Motivasi yaitu suatu keadaan
seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau mengarahkan perilaku kea rah
tujuan. Adapun prinsip-prinsip penggerakan yakni keteladanan, konsistensi,
keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan.[38]
4. Controling
Controling, memastikan bahwa
kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual
dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan
antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan
yang sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan
penjualan.[39]
Fungsi dari controling adalah
menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat hasil dari kinerja
selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan kembali
pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan
hasil dari controlling.[40]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam
adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga
pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan
tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien,
dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun
di akhirat.
Prinsip
pendidikan Islam adalah kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam merumuskan
dan melaksanakan pendidikan Islam.
Perencanaan memiliki peranan
yang amat penting dalam pengelolaan sebuah institusi atau lembaga terutama pada
lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan bukanlah menghasilkan barang dan
jasa tetapi lembaga pendidikan merupakan sebuah pabrik yang akan memproduksi
generasi-generai yang unggul dalam pretasi dan anggun dalam akhlak, apalagi
dengan lembaga yang berlabelkan Islam sebagai pandangan dan pedoman dalam
membina dan mengembangkan peserta didik agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam bukanlah hanya salah satu dari mata kuliah yang harus dipelajari secara
tekstual belaka, akan tetapi adalah untuk direalisasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dan semoga dengan semangat dan tekad yang kuat untuk
mencari ilmu akan menjadi motivator untuk perubahan terhadap berbagai
problematikan yang terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Karena gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal, sebelum bertindak dan
berproses hendaklah perlu perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan sesuatu
yang memuaskan dan sampai pada tujuan yang diharapkan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Fungsi-Funsi Manajemen, di akses dari http://andimpi.blogspot.com.
Arifin, M.
1993. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara.
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fauzi, Imron. 2012. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mujib, Manajemen Pendidikan Islam, di akses dari http://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2013/05/ manajemen-pendidikan-islam.html.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Siagian, Sondang, P. 1990. Filsafah Administrasi. Jakarta: CV Masa Agung.
Suryosubroto. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Syukur, Fatah NC. 2011. Manajemen Pendidikan
Berbasis pada Madrasah. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan,
Jakarta: PT Bumi Aksara.
[1] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm 9.
[2] Ibid.
[3] Ibid., hlm. 11.
[4] http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/fungsi-perencanaan-dalam-manajemen.html,
diakses pada tanggal 21 Februari
2015 pukul 12.51 WIB.
[10] Fatah Syukur NC, Manajemen
Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2011), hlm. 11
[12] Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 7
[18] Ibid.
[19] Ibid.
[29] Denia Setyawan, Manajemen Pendidikan Islam, diakses dari http://deniasetyawan.blogspot.com pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14.16 WIB.
[32] Mujib, Manajemen Pendidikan Islam, di akses dari http://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2013/05/ manajemen-pendidikan-islam.html, pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14.25 WIB
[34] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung, Alfabeta,
2009), hal. 94
[37] Mujib, Op.cit.
[39] Andi, Fungsi-Funsi Manajemen, di akses dari http://andimpi.blogspot.com pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 14.25 WIB
0 komentar:
Posting Komentar