Sabtu, 21 Februari 2015

Sigmund Freud (Id, Superego & Ego)

Freud: Tiga Unsur Diri


Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang dokter di Wina awal 1900-an yang mendirikan psikoanalisa, suatu teknik untuk merawat masalah emosional melaui penjajakan jangka panjang dan intensif pada pikiran bawah sadar. Freud melihat tiga unsur dalam diri, yaitu Id, Superego, dan ego. Id merupakan pusat nafsu dan dorongan yang bersifat naluriah dan asocial, rakus dan antisocial. Jadi, setiap anak yang lahir telah memiliki satu unsur diri yang bernama Id. Dorongan bawaan lahir dan naluriah tersebut menyebabkan seseorang untuk mencari kepuasan diri. Ini dibuktikan oleh Freud dengan argumentasi bahwa bayi yang baru lahir terbukti dari tangisannya karena lapar atau sakit. Dorongan ini beroperasi sepanjang hidup manusia yang menuntut pemenuhan langsung keperluan dasar: perhatian, keselamatan, makanan dan seks.
Namun dorongan Id untuk memenuhi keputusan langsung berhadapan dengan suatu penghalang: kebutuhan akan orang lain, khususnya orang tua. Penghalang inilah yang disebut Superego, yaitu unsur diri yang bersifat social dan merupakan kompleks dari cita-cita dan nilai social yang dihayati seseorang dan membentuk hati nurani (conscience). Superego mewakili kebudayaan dalam diri seseorang, norma, dan nilai yang telah kita internalisasi dari kelompok social seseorang. Sebagai suatu komponen moral dari diri, superego menimbulkan rasa bersalah atau malu ketika seseorang melanggar aturan social atau adat, sebaliknya akan menimbulkan rasa bangga dan puas manakala telah mentaatinya.

Pertentangan antara Id dan Superego memiliki dampak tehadap diri seseorang. Jika Id lepas kendali, seseorang akan mengikuti hasrat diri terhadap kesenangan dan melanggar norma masyarakat. Sebaliknya, jika Superego lepas kendali, maka seseorang akan terlalu kaku terhadap aturan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kekuatan penyeimbang dari dua unsur diri yang bertolak belakang tersebut, yaitu unsur diri yang dikenal sebagai ego, adalah unsur diri yang bersifat sadar dan rasional. Jadi, ego merupakan penyeimbang antara dorongan yang bersifat bawaan sejak lahir dan naluriah atau Id dengan tuntutan masyarakat atau superego. Oleh karena itu, pada seseorang yang secara emosional sehat, ego mampu menyeimbangkan tuntutan antara Id dan superego yang bertentangan ini. Sebaliknya, jika orang tidak mampu meyesuaikan diri maka orang tersebut mengalami kebingungan internal dan perilaku bermasalah.

0 komentar:

Posting Komentar