BAB I
PENDAHULUAN
Pada permulaan abad ke-19 imperium Mughal di anak
Benua Indo-Pakistan secara pasti memasuki fase keruntuhan. Walaupun nama dan
bayangannya masih tetap nampak, khususnya di Delhi untuk setengah abad
kemudian, namun kekuasaanya yang riil telah musnah. Kerajaan-kerajaan kecil,
seperti Rajput, Jat, Maratha, Sikh serta lainnya, yang muncul akibat kerapuhan
para emperor Mughal setelah Awrangzeb, secara bertahap dilindas oleh East India
Company yang mulai membentuk koloninya di Indo – Pakistan pada tahun 1757.
Setelah pemberontakan 1857, imperium Mughal secara resmi bertekuk lutut di
bawah penjajahan Inggeris.
Dengan runtuhnya imperium Mughal, masyarakat Muslim
Indo-Pakistan pun ikut runtuh. Kemegahan budaya, intelektual dan kekuasaan
mereka memudar dengan cepat. Sebaliknya, orang-orang Hindu, yang pada masa
kejayaan Islam di anak benua India merupakan masyarakat kelas bawah, kecuali
pada Akbar, kini mulai mendominasi seluruh lapangan kehidupan. Hal ini memang
bertentangan dengan sejarah masa lalu mereka. Akan tetapi, “penganakemasan”
orang Hindu oleh Inggeris serta kurangnya respons kaum muslimin terhadap
kekuasaan dan institusi-institusi Inggris, ditambah lagi dengan ketidakmampuan
warisan keagamaan tradisional dalam menjawab tantangan zaman mengakibatkan
tenggelamnya masyarakat Muslim Indo-Pakistan. Inilah yang menandai mulainya
sejarah kontemporer umat Muslim di anak benua India .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gerakan Mujahidin
Dan Sekolah Deoband
1. Gerakan Mujahidin
Ta`rif Jama’at Islami adalah sebuah
jama’ah Islam modern yang mememfokuskan aktifitasnya utuk menegakkan syari’at
Islam dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Jama’at Islami tergolong gigih
membendung berbagai bentuk aliran sekuleristik yang berusaha keras mendominasi
seluruh negeri. Pertama Pendiri Abu
al-A’la al-Maududi adal ah pendiri Jama’at Islami. Ia dilahirkan di kota
Aurangabad di wilayah Hyderabad. Memulai pendidikannya di wilayah asuhan orang
tuanya sendiri Sayid Ahmad Hasan. Keturunannya dari keluarga Qutb al-Din
Maudud. Keluarga ini terkenal degan keteguhannya dalam memegang dan kedudukan
rohaninya yang tinggi.
Aktifitas dakwah Maududi berawal di
dunia jurnalistik pada tahun 1918 M. pada tahun 1920 M beliau membentuk sebuah
front jurnalistik yang bertujuan memerdekakan ummat Islam dan menyampaikan
Islam. Karir jurnalistiknya sering berpindah-pindah dalam berbagai surat kabar.
Ia pernah menjadi penulis direktur dan pemimpin redaksi.
Bukunya Jihad Dalam Islam yang
beredar tahun 1928 M berpengaruh luas dan mendalam dalam membangkitkan semangat
perlawanan menentang Inggris kaum Berhalaisme dan musuh-musuh Islam di mana
saja. Tahun 1933 M. Ia menerbitkan majalah Turjuman Al-Qur’an dari Hyderabad
Deccan. Motto majalah ini adalah “Wahai ummat Islam embanlah dakwah Al-Qur’an
bergeraklah dan terbanglah menjelajah dunia.”
Melalui majalah ini Maududi
mentransfer pemikiran-pemikirannya ke segenap ummat Islam di anak benua
India-Pakistan. Ini merupakan langkah awal yang meratakan jalan menuju
berdirinya Jama’at Islami di kemudian hari. Tahun 1937?1938 M Maududi tinggal
di Lahore memenuhi panggilan Dr. Mohammad Iqbal. Di Bathankot ia bersama Iqbal
mendirikan sebuah Lembaga Researc Islam. Lembaga ini menjadi tempat pengkaderan
dan tempat dia mengarang buku. Namun beberapa lama kemudian sejak kedatangan
Maududi Iqbal berpulang menghadap Ilahi.
Melalui majalah Turjuman Al-Qur’an
Maududi menyerukan para ulama dan tokoh-tokoh Islam supaya menghadiri
konferensi yang dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 1941 M/1360 H di Lahore.
Konferensi ini dihadiri 75 orang dilegasi yang mewakili beberapa negara bagian
india. Dalam konferensi inilah Jama’at Islami didirikan dan Maududi terpilih
menjadi pemimpinnya.
Ketika itu anak benua india
dikuasai Inggris. Maududi mengeluarkan fatwanya yang berani. Ia mengharmkan
bekerja utk berbakti kepada kekuatan penjajah. Fatwa inilah yang menyebabkan
Jama’at Islami menghadapi serangan dahsyat dari pihak penjajah sejak awal
berdirinya. Tanggal 28 Agustus 1947 M Pakistan lahir sebagai negara merdeka
yang memisahkan diri dari negara India negara berhala. Kemudian disusul dgn
munculnya kepemimpinan Jama’at Islami baru di India. Jama’at menyatakan
kemerdekaan dgn sendirinya. Tujuannya tak lain adalah memudahkan urusan-urusan
administratif. Jama’at Islami dgn berdikari mendirikan kamp-kamp penampungan
Muhajirin Muslimin dan kepada mereka di beri bantuan sampai merasa aman dan
damai.
Dalam hidupnya Maududi berkali-kali
dijebloskan ke dalam penjara krn keberanian dan sikapnya melawan orang-orang
yang menentang penerapan hukum Islam di Pakistan. Ia pernah dijatuhi hukuman
mati tetpi kemudian mendapatakan keringanan.Penjara-demi penjara dimasukinya
namun tidak membuatnya mundur dari sikap dan perjuangannya. Bahkan hal itu
semakin memperkuat keyakinannya terhadap dakwah dan prinsip-prinsip Islam. Jama’at
Islami banyak membantu Muhajirin Kasmir dalam perjuangannya melawan India.
Mereka dilengkapi dgn amunisi puskesmas-puskesmas dan kamp-kamp
pengungsi.Nopember 1971 M Pakistan pecah menjadi dua. Bagian barat tetap
disebut Pakistan dan bagian timur disebut Bangladesh. Perpecahan itu telah
mengguncang Maududi.
Sejak Nopember 1972 M atas
permohonan sendiri Maududi mengundurkan diri dari jabatan ketua jama’at krn
pertimbangan kesehatannya. Beliau selanjutnya lbh banyak menekuni studi dan
menulis terutama merampungkan kitabnya Tafhum Al-Qur’an. Jabatan ketua jama’at
sesudahnya dipegang oleh Miyan Thufail Muhammad.27 Pebruari 1979 M ia mendapat
hadiah King Faisal Fondation dalam bidang pengkhidmatan terhadap Islam. Hadiah
tersebut didonasikan utk membangun sebuah lembaga ilmu pengetahuan Islam di
Lahore. Satu Dzulqa’idah 1399 H/22 September 1979 M Maududi wafat setelah
menjalani operasi di New York. Jenazahnya dibawa ke Lahore. Ucapan ta’ziyahpun
berdatangan dari seluruh dunia Islam.Dalam bidang dakwah Maududi telah
mewariskan kader-kader kepustakaan dan karya tulis yang tidak sedikit.
karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dicetak
berulang kali. (Farhan, hal.112-135:1986)
2. Sekolah Deobend
Deobandi (Urdu: دیو بندی devbandī)
adalah Islam Sunni [1] Paham gerakan politik yang timbul dan memulai dari India
dan Pakistan dan kemudian menyebar ke negara-negara lain, seperti Afganistan,
Afrika Selatan, dan Inggris dengan kedatangan imigran dari Asia Selatan.
Nama Deobandi berasal dari kata
“Deva” dan “Ban”, sebuah hutan belantara di bagian provinsi utara India, (Uttar
Pradesh) India, di mana sekolah Darul Uloom “Darul ‘Ulum” Deoband yang
didirikan oleh Maulana Qasim Nanautavi, Maulana Kifayatullah berada. Deobandi mengikuti
fiqh dari Abu Hanifa dan Aqidah dari Abu Mansur Maturidi [1], secara historis
Deobandi mengadopsi pemikiran Shah Wali-Allah, pembaharu Islam di anak benua
India pada abad ke delapanbelas yang menggabungkan semua disiplin ilmu agama
seperti: Teologi, ilmu Logika (Mantiq), Fiqh, Tasawwuf, Tafsir, Hadith dan
Filsafat. Dalam tempo kurang lebih seratus tahun Madrasah Deobandi telah
berhasil mencetak ratusan siswa yang ikut mengembangkan ilmu keislaman di Asia
Selatan.
Umumnya para alumni siswa dari Deobandi
seusai menamatkan pendidikannya banyak menggunakan nama tambahan di belakang
namanya semisal Maulana Shafi’ Usmani Deobandi, Maulana Kifayatullah Deobandi
dsb. Kerekatan nama pendidikan ini dengan para alumninya merupakan tolok-ukur
dalam berbagai gerakan yang dibentuk oleh para alumni, beberapa organisasi yang
berafiliasi kepada paham politik Deobandi, di antaranya adalah: Jam’iyat
Ulama-e-Islam (JUI), sebuah organisasi politik sosial yang terkemuka di
Pakistan kemudian berubah menjadi Jam’iyat Ulama-e-Islam dari Fazlur Rahman
(JUIF) dan Jam’iyat Ulama-e- Islam dari Samiul Haque (JUIS), pada pemilu 2002
partai ini tergabung dalam koalisi partai-partai Islam Majlis Muttahida Amal
(MMA) gabungan dari berbagai sekte di Pakistan, seperti: Deobandi, Ahlul Hadith,
Brelvi, Shi’ah dan Jama’at Islami.
Syari’at Tauhid Wassunnah Sebuah
gerakan Da’wah yang berkiblat kepada Deobandi didirikan oleh Maulana Hussain
Ali pada tahun 1957 di Provinsi Punjab. Hingga saat ini organisasi ini bekerja
dalam penegakkan Tauhid dan penerapan Sunnah, serta menentang hal-hal yang
dianggap bid’ah dan khurafat. Organisasi ini juga merupakan organisasi
tandingan atas faham politik dari organisasi Barelwi yang berkembang pesat
diseluruh provinsi Pakistan khususnya pada provinsi Sind (Murray, hal.
232-250:1990)
B. Sayyid Ahmad Khan
dan Gerakan Aligarh
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817 dan
menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui
Fatimah dan Ali. Neneknya Sayyid Hadi adalah Pembesar Istana di zaman Alamghir
II (1754- 1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di
samping Bahasa Arab ia juga belajar Bahasa Persia. Sayyid Ahmad Khan adalah
orang yang rajin membaca. Ketika usianya 18 tahun ia bekerja pada Serikat India
Timur, kemudian bekerja pula sebagai hakim, tetapi pada tahun 1846 ia pulang
kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Pada masa Pemberontakan 1857 ia berusaha mencegah
terjadinya kekerasan dan banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak
Inggeris menganggap ia telah banyak berjasa dan ingin membalas jasa tersebut,
tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggeris ditolaknya, ia hanya menerima Gelar
Sir dari pemerintahan Inggeris dari berbagai hadiah yang ditawarkan tersebut.
Hubungannya dengan pihak Inggeris sangat baik dan inilah yang dipergunakannya
untuk kepentingan ummat Islam India.
Ahmad Khan berpendapat bahwa usaha peningkatan
kedudukan dan kesejahteraan ummat Islam India dapat diwujudkan melalui kerja
sama dengan Inggeris sebagai penguasa di India. Dalam fikirannya, menentang
kekuasaan Inggeris tidak akan membawa kebaikan bagi ummat Islam India tetapi
akan menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan jauh ketinggalan dari
masyarakat Hindu India. Selain itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk
di dalamnya Inggeris, adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sehingga
untuk mendapatkan kemajuan, ummat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam memperoleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan
Hindu dalam menentang Inggeris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik
dengan Inggeris. Untuk mewujudkan cita-citanya, ia menerbitkan majalah “Tahzib
al-Akhlak”. Pada tahun 1875, ia mendirikan lembaga pendidikan Muhammedan Anglo
Oriental College (MAOC) yang kemudian berkembang menjadi Universitas Aligarh.
Untuk mengukuhkan ide-idenya ia mendirikan All India Muhammadan Education
Conference (1886). Ia juga tercatat sebagai anggota parlemen di Legislatif
Council selama empat tahun (1878 – 1882).
Beberapa hasil karya Sayyid Ahmad Khan adalah Atsar
al-Sanadid (1874) yang merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi
dan sekitarnya, Essay on life of Muhammad (1870), Tafsir al-Qur’an sebanyak 6
jilid, Ibthal al-Ghulami (1890) dan Tabyin al-Kalam (1860). Selain itu juga
menulis dua buku Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858) dan Asbab Baghawad Hind (1858).
Dari hasil karyanya ini terihat pula bahwa Sayyid Ahmad Khan termasuk penulis
yang produktif.
Ahmad Khan mengakhiri perjuangannya dengan
berpulangnya ke rahmatullah pada tanggal 27 Maret 1898 setelah menderita sakit
beberapa lama dalam usia 81 tahun, dan dimakamkan di Aligarh. Atas usaha
usahanya dan atas sikap kooperatif yang ditunjukkannya terhadap Inggeris,
Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah pandangan Inggeris terhadap
ummat Islam India. Sementara itu kepada ummat Islam dianjurkan agar tidak
bersikap melawan tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggeris. Cita
citanya untuk menjalin hubungan baik antara Inggeris dan ummat Islam
dimaksudkan agar ummat Islam dapat merobah nasib dari kemunduran. Keinginan ini
telah dapat diwujudkan Sir Sayyid pada masa hidupnya.( Lapidus, hal.37-44:1989
).
Ø Ide-Ide Pembaharuan
Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India
mundur karena tidak mengikuti perkembangan zaman. Ummat Islam tidak menyadari
bahwa peradaban Islam masa klasik telah runtuh dan digantikan peradaban modern
yang berasal dari dunia Barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan
dan tekhnologi sebagai pondasi kokoh bagi kemajuan dan kekuatan orang Barat
modern yang berasal dari hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal bagi
Sayyid Ahmad Khan mendapat penghargaan tinggi, namun bagi sebahagian kalangan
ummat Islam tradisional pada masanya berpegang teguh bahwa kekuatan akal bukan
tidak terbatas.
Oleh karena itu, Ahmad Khan percaya pada kekuatan
dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan
kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dengan
kata lain, ia mempunyai faham qa¬dariah (free will and free act) dan tidak
faham jabariah atau fatalisme. Manusia menurutnya dianugerahi Tuhan daya daya,
seperti daya berfikir, yang disebut akal, dan daya fisik untuk mewujudkan
kehendaknya. Manusia mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya daya yang
diberikan Tuhan kepadanya itu.
Ahmad Khan menolak pula faham taklid bahkan tidak
segan segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya
hanyalah al-Qur’an dan Hadis. Pendapat ulama di masa lampau tidak mengikat bagi
ummat Islam dan di antara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan
zaman modern.
Secara sederhana bentuk-bentuk ide pembaharuan
Sayyid Ahmad Khan dapat pula dikembangkan sebagai berikut :
1. Bidang Keagamaan
Salah satu warisan keagamaan yang
ditinjau dan diperbaharui kembali, dan sangat fundamental serta mencakup
seluruh aspek Islam, adalah tafsir al-Qur’an. Untuk kegiatan ini, anak benua
Indo-Pakistan dapat berbangga diri, karena amat produktif dalam menelorkan
mufassir liberal dan radikal semisal Sayyid Ahmad Khan ini.
Pembaharuan penafsiran al-Qur’an
yang dilakukan adalah berusaha mengadaptasikan ajaran-ajaran al-Qur’an dengan
tuntutan-tuntutan zaman modern. Ini terwujud dengan terbitnya volume pertama
dari enam jilid tafsir karya Ahmad Khan pada tahun 1880.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa
al-Qur’an dan hadis merupakan sumber hukum Islam. Ia sangat selektif dalam
menerima hadis. Dengan munculnya hadis-hadis palsu, ia berpandangan bahwa tugas
kaum muslimin sekarang dalam memelihara hadis adalah merumuskan “standar
penilaian modern terhadap hadis-hadis” ia tidak menjelaskan standar tersebut.
Oleh karena itu, ia hanya menerima hadis yang sesuai dengan nash dan ruh
al-Qur’an, yang sesuai dengan akal dan pengalaman manusia, dan yang tidak
bertentangan dengan hakikat-hakikat sejarah. Berkaitan dengan pembagian hadis
kepada Mutawatir, Masyhur dan Ahad, ia berpendapat bahwa hadis Mutawatir dapat
diterima, hadis Masyhur tidak dapat diterima kecuali setelah diadakan
penelitian, sedangkan hadis Ahad tidak dapat diterima sama sekali.
Menurut Sayyid Ahmad Hadis yang
dapat diterima tersebut dibagi kepada dua bagian yaitu hadis yang berkaitan
dengan agama dan hadis yang berkaitan dengan dunia. Hadis yang berkaitan dengan
ruang lingkup agama bersifat mengikat dan wajib diikuti, sedangkan hadis yang
berkaitan dengan perkara dunia, tidak termasuk tugas kerasulan secara mutlak
dan hanya berlaku khusus bagi kondisi dan keadaan bangsa Arab pada masa
nubuwwah, dan tidak mengikat bagi seluruh kaum muslimin.
Berkaitan dengan permasalahan fiqh,
Sayyid Khan mempunyai pandangan tersendiri yang mendekatkan antara
perkara-perkara dan dengan pemahaman peradaban barat, antara lain dalam masalah
jihad, bunga bank, poligami dan had.
- Bidang Pendidikan
Sebagai telah disebut di atas,
Sayyid Ahmad Khan beranggapan bahwa jalan bagi ummat Islam India untuk
melepaskan diri dari kemunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, adalah
dengan memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern Barat. Untuk mencapai
tujuan ini maka sikap mental ummat yang kurang percaya kepada kekuatan akal,
kurang percaya pada kebebasan manusia dan kurang percaya pada adanya hukum
alam, harus dirobah terlebih dahulu. Perobahan sikap mental itu diusahakannya melalui
tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan artikel artikel dalam majalah Tahzib Al
Akhlaq. Usaha melalui pendidikan juga tidak dilupakannya, bahkan pada akhirnya
ke dalam lapangan inilah dicurahkannya perhatian dan usahanya. Salah satu jalan
yang efektif untuk merobah sikap mental suatu bangsa menurut Sir Sayyid
haruslah melalui pendidikan.
Pada tahun 1861 Sayyid Ahmad Khan
mendirikan Sekolah Inggeris di Muradabad. Di tahun 1876 ia mengundurkan diri
sebagai pegawai Pemerintah Inggeris dan sampai akhir hayatnya di tahun 1898, ia
mementing¬kan pendidikan ummat Islam India. Di tahun 1878, ia mendirikan
sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan
karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam upaya memajukan ummat Islam
India. Sekolah itu mempunyai peranan penting dalam kebangkitan ummat Islam
India, dan sekiranya tidak karena lembaga pendidikan tersebut ummat Islam India
di Pakistan sekarang akan lebih jauh lagi ketinggalan dari ummat-ummat lain.
MAOC dibentuk sesuai dengan model sekolah
di Inggeris dan bahasa yang dipakai di dalamnya ialah Bahasa Inggeris.
Direkturnya berbangsa Inggeris sedang guru dan staffnya banyak terdiri atas
orang Inggeris. Ilmu pengetahuan modern merupakan sebahagian besar dari mata
pelajaran yang diberikan dengan tidak mengabaikan pendidikan agama. Sedangkan
pada sekolah Inggeris yang diasuh Pemerintah pendidikan agama tidak diajarkan.
Dalam sistem pendidikan di MAOC pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa
menjalankan ajaran agama mendapat prioritas yang utama. Keistimewaan lainnya,
sekolah tersebut terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat, baik Hindu, Parsi dan
Kristen, bukan hanya bagi orang Islam.
Sebelumnya pada tahun 1869/1870
Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggeris, untuk mempelajari sistem pendidikan
Barat. Sekembalinya dari kunjungan itulah ia membentuk Panitia Peningkatan
Pendidikan Ummat Islam. Salah satu tujuan panitia tersebut adalah menyelidiki
sebab-sebab ummat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah sekolah
Pemerintah. Di samping itu dibentuk pula Panitia Dana Pembentukan Perguruan
Tinggi Islam.
Di tahun 1886 ia juga membentuk
Muhammedan Educational Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional
yang seragam bagi ummat Islam India. Program dari lembaga ini yakni
menyebarluaskan pendidikan Barat di kalangan ummat Islam, menyelidiki
pendidikan agama yang diberikan di sekolah sekolah Inggeris yang didirikan oleh
kalangan Islam serta menunjang pendidikan agama yang diberikan di sekolah
sekolah swasta. Pada tahun itu juga diterbitkan pula jurnal mingguan “Aligarh
Institut” yang menyebarluaskan informasi dan problematika mengenai seputar
pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan, serta lembaga ini juga melakukan
kegiatan penterjemahan buku Inggeris ke Bahasa India.
Pada tahun 1920 MAOC ini berkembang
menjadi Universitas Aligarh yang secara berlanjut meneruskan tradisi sebagai
pusat gerakan pembaharuan Islam India. Universitas inilah yang menjadi
penggerak utama terwujudnya pembaharuan di kalangan umat Islam India.
(Harun.hal 73-74:1994)
- Bidang Sosial Politik
Dalam bidang politik ide Sayyid
Ahmad Khan ini merupakan refleksi dari gejolak sosial politik yang terjadi
antara umat Islam dan Inggris pada tahun 1857. Pemikirannya inilah yang
dituangkan dalam buku karangannya Asbab Baghawat Hind yang berisi tentang usaha
Sayyid Ahmad Khan untuk meyakinkan pihak Inggris, bahwa umat Islam tidak
terlibat pemberontakan itu.
Dalam usahanya, ia meyakinkan pihak
Inggeris bahwa dalam Pemberontakan 1857 ummat Islam tidak memainkan peranan
utama, Ahmad Khan mengeluarkan panflet yang berisikan penjelasan tentang faktor
penyebab pecahnya pemberontakan tersebut. Di antara faktor penyebab tersebut
adalah :
1) Intervensi Inggeris dalam soal keagamaan seperti
pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti panti yang
diasuh oleh orang Inggeris, pembentukan sekolah sekolah missi Kristen, dan
penghapusan pendidikan agama dari perguruan perguruan tinggi.
2) Tidak turut sertanya orang orang India, baik
Islam maupun Hindu, dalam lembaga lembaga perwakilan rakyat, sehingga berakibat
:
a) Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat
Inggeris yang sebenarnya dan menganggap Inggeris datang untuk merobah agama
mereka menjadi Kristen.
b) Pemerintah Inggeris tidak mengetahui keluhan
keluhan rakyat India.
c) Pemerintah Inggeris tidak berusaha mengikat tali
persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan
bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak
menghormati rakyat India membawa akibat yang tidak baik.
Lebih lanjut, Sayyid Ahmad Khan
menyatakan bahwa di antara golongan Islam yang ikut serta dalam pemberontakan
1857 adalah mereka yang kerap kali melakukan perbuatan tidak baik dan tercela
serta perbuatan kriminal. Dan jika hanya segelintir ummat Islam yang bersalah
tidaklah pada tempatnya pula untuk menetapkan keseluruhan ummat Islam India
bertanggung jawab terhadap pemberontakan tersebut. Dengan demikian tidak pada
tempatnya Pihak Inggeris menaruh rasa curiga terhadap ummat Islam India. Sikap
Sayyid dalam bidang politik terlihat pula pada pertengahan kedua dari abad
ke-19, ketika rasa nasionalisme India telah mulai timbul dan terbentuknya
Partai Kongres Nasional India di tahun 1885. Sayyid Ahmad Khan menjauhkan diri
dari gerakan ini, dengan alasan bahwa bahasa yang dipakai Kongres terhadap
Pemerintah Inggris kurang sopan. Menurut Rayendra Prasadia, ia pada mulanya
adalah penyokong nasionalisme India. la pemah menerangkan bahwa Hindustan
merupakan negara bagi orang Hindu dan dalam kategori Hindu termasuk orang India
Islam dan orang India Kristen. Tetapi akhimya ia dipengaruhi oleh Mr. Back,
salah satu Direktur MAOC yang berpendapat bahwa pendidikan ummat Islam India
belum sampai ke taraf yang membuat mereka akan dapat mengambil keuntungan dari
permainan dalam bidang politik. Sebaliknya turut campur dalam bidang politik
akan merugikan ummat Islam India. Sayyid Ahmad Khan memang berpendapat bahwa
pendidikanlah satu satunya jalan bagi ummat Islam India untuk mencapai
kemajuan. Kemajuan tidak akan dicapai melalui jalan politik.
Oleh karena itu ia menganjurkan
supaya ummat Islam India jangan turut campur dalam agitasi politik yang
dilancarkan Partai Kongres. Usaha usaha untuk merobah sikapnya terhadap Partai
Kongres tidak berhasil. Ia berkeyakinan bahwa anggota kasta kasta dan pemeluk
agama agama yang berlainan di India tidak bisa disatukan menjadi satu bangsa.
Tujuan dan cita cita mereka saling berlainan. Wujud Partai Kongres Nasional
India sebenarnya tidak mempunyai dasar. Gerakan yang dijalankan Partai Kongres,
demikian ia selanjutnya menjelaskan, bukan hanya akan merugikan bagi ummat
Islam, tetapi juga bagi seluruh India.
Dalam ide politik yang ditimbulkan
Sayyid Ahmad Khan di atas telah kelihatan pengertian bahwa ummat Islam
merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu negara dengan ummat
Hindu. Umat Islam harus mempunyai negara tersendiri. Bersatu dengan ummat Hindu
dalam satu negara akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan
lenyap dalam mayoritas Hindu yang lebih tinggi kemajuannya. Di sini telah dapat
dilihat bibit dari ide Pakistan yang muncul kemudian di abad ke-20.
Dari usaha-usaha pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan terlihat yang paling menonjol adalah dalam bidang pendidikan.
Terlihat sikapnya terhadap pendidikan ummat Islam memang terlihat sangat
mengagumkan, namun pengaruh tersebut tidak terbatas dalam bidang pendidikan
saja. Melalui buku karangannya dan tulisan¬-tulisannya Tahzib al-Akhlaq ide ide
pembaharuan yang dicetuskannya menarik perhatian golongan terpelajar Islam
India. Penafsiran penafsiran baru yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran
Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar ini dari pada tafsiran tafsiran
lama.
C. Aligarh dan
Pengaruhnya bagi Pembaharuan India-Pakistan
Malapetaka hebat
yang melanda India, yaitu Pemberontakan tahun 1857 telah berlalu. Pemberontakan
itu merupakan akibat dari keinginan akan adanya pendidikan di India, dan akibat
dari kenyataan bahwa Bangsa India tidak memahami hak Pemerintah, yang
sasarannya adalah kita ini, terhadap kita dan tidak mengerti tentang kewajiban
kita terhadapnya. Selain ini semua, juga terdapat keinginan akan adanya
hubungan antara para penguasa dan rakyat dalam hal keinginan untuk memperoleh
pendidikan itu. Pada saat ini, universitas universitas yang didirikan di India
dengan tujuan mendirikan pendidikan tingkat tinggi. Kebanyakan para negarawan
menyetujui adanya pendidikan tingkat tinggi itu dan menganggapnya sebagai
kewajiban pemerintah, sementara sebagian kecil di antara mereka bersikap
menentangnya. Akan tetapi, tak seorang pun yang berfikir bahwa bersamaan dengan
pendidikan itu, latihan yang baik pun diperlukan, sebab tak seorang pun dapat
meningkatkan dirinya sebagai manusia (beradab) hanya dengan pendidikan semata
mata, demikian juga dengan pendidikan itu saja sikap moralnyapun tidak dapat
ditingkatkan, bahkan dia akan menjadi semacam kuda bengal yang tidak mau
dikendalikan oleh penunggangnya.
Demikianlah
keadaan masyarakat India masa itu, tidak dipungkiri walaupun dengan berbagai
ide pembaharuan yang ditelorkan oleh pembaharu-pembaharu seperti Sir Sayyid dan
rekan-rekannya, namun sikap mental tak bisa sepenuhnya terpengaruh dengan ide
pembaruaan tersebut. Hal ini akan terbukti dengan sejarah Aligarh selanjutnya
pasca Sir Sayyid.
Setelah Sir
Sayyid wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898, ide ide pembaharuan yang
dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh
pengikut dan pada akhirnya lahirlah sebuah gerakan yang disebut Gerakan Aligarh
yang berpusat MAOC sendiri. Ada beberapa tokoh Aligarh yang berpengaruh dan
melanjutkan ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan, di
antaranya:
Ø Nawab Muhsin al-Muluk
Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat,
maka kepemimpinan Aligarh pindah ke tangan Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal
dengan nama Nawab Muhsin Al Mulk (1837 1907). Pada mulanya ia adalah pegawai
Serikat India Tiffluk, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah
berkunjung ke Inggeris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 ia
berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara keduanya terjalin tali
persahabatan yang erat. la banyak rnenulis artikel Tahzib Al Akhlaq dan
kemudian juga di majalah yang diterbitkan MAOC la pindah ke Aligarh dan menetap
di sana mulai pari tahun 1893.
Pada tahun 1897 ia menggantikankan
kedudukan Sayyid Ahmad Khan di MAOC Ia mempunyai jasa yang besar dalam
menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan yang dilakukannya melalui Muhammedan
Educational Conference. Jasanya dalam memajukan MAOC terlihat dengan bertambah
banyaknya jumlah murid lembaga pendidikan tersebut.
Muhsin al-Mulk berhasil membuat
golongan ulama India merobah sikap keras terhadap Gerakan Aligarh. Sebagaimana
diketahui bahwa Deoband yang banyak menghasilkan ulama ulama India tradisional,
mempunyai sikap yang tidak kooperatif dengan Inggeris, sedang Sayyid Ahmad Khan
terkenal dengan sikap pro Inggeris. Jadi antara MAOC terdapat perbedaan bukan
hanya dalam soal-soal keagamaan saja tetapi, juga mengenai sikap politik.
Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa
para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh ia mampu menarik beberapa lawan
politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Ia adalah orang yang paling cinta
damai, namun ia dihadapkan juga kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada
sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan
ia mengundurkan dari Perguruan Tinggi tersebut. Ia wafat 16 Oktober 1907, dan
dikuburkan di samping kuburan Sir Sayyid di Aligarh. (merry, hal.274-281:1990)
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas mengenai pembaharuan di
India/Pakisan bahwa, dapat di simpulkan syari’at Tauhid Wassunnah Sebuah
gerakan Da’wah yang berkiblat kepada Deobandi didirikan oleh Maulana Hussain
Ali pada tahun 1957 di Provinsi Punjab. Hingga saat ini organisasi ini bekerja
dalam penegakkan Tauhid dan penerapan Sunnah, serta menentang hal-hal yang
dianggap bid’ah dan khurafat. Organisasi ini juga merupakan organisasi
tandingan atas faham politik dari organisasi Barelwi yang berkembang pesat
diseluruh provinsi Pakistan khususnya pada provinsi Sind
Ide-ide pembaharuan;
1.
Bidang Agama
2.
Bidang Pendidikan
3.
Sosial Politik
Di antara faktor penyebab sosial politik:
a. Intervensi Inggeris dalam soal keagamaan
seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti
panti yang diasuh oleh orang Inggeris, pembentukan sekolah sekolah missi
Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan perguruan tinggi.
b. Tidak turut sertanya orang orang India, baik
Islam maupun Hindu, dalam lembaga lembaga perwakilan rakyat, sehingga
berakibat:
Ø Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan
niat Inggeris yang sebenarnya, dan Menganggap Inggeris datang untuk merobah
agama mereka menjadi Kristen.
Ø Pemerintah Inggeris tidak mengetahui
keluhan keluhan rakyat India
c. Pemerintah Inggeris tidak berusaha
mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam
pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak
menghargai dan tidak menghormati rakyat India membawa akibat yang tidak baik.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Murray Thurston Titus, Islam in India and Pakistan, University of California
Press (1990)
·
Farhan, Al-Islam Pusat Kumunikasi dan Informasi Islam Indonesia, PT. Mutiara
Bandung: 1986.
·
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah pemikiran dan gerakan.
Jakarta : Bulan Bintang, 1992..com/msg01642.html
·
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, terj. Ghufran A. Mas’adi, judul
asli: A History of Islamic Societies, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999,
Jilid ke-3.
0 komentar:
Posting Komentar